Rama Kaè, Ramalan Musim, dan Kematian yang Tak Bisa Dihentikan

Oleh Faidi Rizal

Rama Kaè, Ramalan Musim, Dan Kematian Yang Tak Bisa Dihentikan
Gambar: Tamar Saraseh

Bagi kami masyarakat Bandungan, Rama Kaè adalah sosok lelaki sederhana, berwibawa, relegius sekaligus misterius. Kehadirannya senantiasa menjadi panutan banyak orang. Tingkah lakunya terpuji. Tutur katanya yang lembut menyentuh hati. Yang pasti dia tidak pernah menebar rasa benci, iri, dengki, dan penyakit-penyakit hati lainnya yang berbahaya. Dia juga tekun beribadah dan tidak pernah bosan mengajak orang-orang untuk juga tekun beribadah. Di samping itu, banyak pula hal-hal yang tidak masuk akal dia lakukan yang membuat orang-orang tercengang heran.

Begitulah selanjutnya, lelaki yang bertubuh tinggi, berkulit putih, serta selalu senang berjubah itu menjadi muasal dari adanya kami masyarakat Bandungan. Oleh karena itu,  kami merasa perlu untuk tidak sekadar mengingatnya saja dan mengulang cerita untuk generasi selanjutnya, tetapi harus pula merawat peninggalan-peninggalan berharga miliknya, baik yang berbentuk fisik maupun yang berbentuk ilmu dan etika.

Ibarat perjalanan panjang sepertinya sosok Rama Kaè itu adalah sejarah kami yang tidak akan pernah selesai diceritakan dalam bentuk lembaran-lembaran kertas ataupun dari mulut ke mulut. Selalu ada yang baru dan terasa perlu untuk diungkap ke permukaan.

Kisahnya ini memang tidak termaktub dalam sebuah buku seperti halnya kisah-kisah para raja Sumenep, tetapi kami memilikinya, kami mewarisinya dari lisan ke lisan. Kami ceritakan pula hal tersebut pada anak-anak kami agar mereka tahu dari mana asal mereka yang sesungguhnya; bahwa beberapa ratus tahun yang silam, di sini, di Bandungan pernah berjaya seorang Tumenggung Huda.

Baiklah mari kita lanjutkan saja kisahnya. Menurut Nyi Ma’mi (hanya untuk menyebut satu di antara sekian banyak keturunannya), salah satu keturunan Rama Kaè yang masih ada sampai saat ini menuturkan bahwa sebenarnya Rama Kaè itu memiliki nama asli Kiai Tumenggung Huda. Sebenarnya dia itu adalah sosok pendatang di kampung Bandungan ini. Dia berasal dari tanah Jawa. Meski tidak ada keterangan yang menyebutkan dari Jawa mana dia berasal, hanya saja menurut cerita, dia termasuk salah satu petinggi kerajaan Songennep pada masa itu.

Nama Rama Kaè itu sendiri sebenarnya adalah julukan atau pemberian secara tidak langsung oleh orang-orang Bandungan. Bagi mereka, nama Rama adalah panggilan terhormat untuk seseorang. Panggilan tersebut juga merupakan panggilan bapak, yang artinya sosok Kiai Tumenggung Huda merupakan sosok yang dituakan, sebagai bapak yang mengayomi anak-anak dengan kasih sayang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.