Legenda Pangeran Segara

Punden Pangeran Segara di situs Kera-Nipa, Banyuates, Sampang, oleh arkeolog ditafsirkan susunan Batu Temu Gelang (monumen Megalitik) (foro: Madura Dalam legenda)

Rosul

Legenda tentang Pangeran Segara setidaknya ada dua versi, yang pertama terkait dengan tokoh Putri Doro Gung yang tinggal di Gunung Geger, seperti diceritakan dalam legenda Gunung Geger di atas. Dikisahkan setelah beberapa bulan tinggal di Gunung Geger, dengan bantuan Ki Poleng, Putri Doro Gung melahirkan seorang bayi laki-laki yang diberi nama Pangeran Segara.

Versi kedua terkait dengan tokoh legendaris Madura yaitu Putri Kuning. Dalam legenda tersebut diceritakan bahwa pada suatu hari saat Putri Kuning duduk di atas batu besar sambil memandang ke arah laut Jawa, tiba-tiba datang secepat kilat menyambar Putri Kuning dan tahu-tahu Putri Kuning sudah berada di suatu tempat bersama Raja Siluman penguasa Laut Jawa.

Konon, kerajaan Raja Siluman ada di hutan Kera-Nipa di kawasan pantai utara di wilayah Kecamatan Banyuates, Kabupaten Sampang, Madura. Akhirnya Putri Kuning diperistri oleh Raja Siluman dan melahirkan seorang anak laki-laki dan diberi nama Pangeran Segara karena lahir di kawasan laut (segara). Singkat cerita, Pangeran Segara atau Raden Segara tumbuh menjadi pemuda yang gagah dan memiliki kesaktian yang diturunkan atau diwariskan dari Raja Siluman.

Setelah cukup dewasa dengan modal yang dimiliki dan keyakinan diri yang kuat berangkatlah Pangeran Segara ke Kerajaan untuk mengabdi menjadi seorang prajurit. Dalam waktu yang tidak lama nama Raden Segara sangat terkenal di kalangan prajurit kerajaan. Karena kesaktian dan gagah beraninya itulah akhirnya Raden Segara diangkat sebagai Panglima Perang dan akan dijadikan menantu oleh Sang Raja. Namun sebelum diresmikan sebagai menantu raja, Sang Raja minta agar Raden Segara pulang untuk mencari tahu siapa sebenarnya kedua orang tuanya.

Bersama beberapa prajurit kerajaan Raden Segara pulang ke kampung halamannya untuk menemui ibunya dan akan menanyakan siapa sebenarnya bapaknya yang selama ini belum pernah ia jumpai. Sampai di rumah ibunya, para prajurit diperintahkan untuk tinggal di luar rumah dan dilarang masuk rumah lebih-lebih apabila ada prajurit yang berusaha ikut mendengarkan apa yang akan dikatakan oleh ibunya. Pada saat ibunya sedang menceritakan tentang sosok

Raja Siluman, Pangeran Segara melihat ada beberapa prajurit yang mencoba berusaha ikut mendengarkan apa yang sedang diceritakan oleh ibunya bahwa ayahnya adalah sosok supranatural Raja Siluman penguasa Laut Jawa Saat itu pula Segara sangat murka dan mengatakan kepada para prajuritnya seperti kera. Maka berubahlah semua prajurit pengawalnya itu menjadi seekor kera.

Sementara itu datanglah Raja Siluman dan mengajak Putri Kuning dan Raden Segara kembali ke alam gaib dan mereka hidup bersama hingga sekarang. Sedangkan para prajurit pengawal Raden Segara yang berubah menjadi kera anak turunnya hingga sekarang menghuni hutan nipah. Sehingga sampai sekarang tempat tersebut dikenal dengan nama Hutan Kera Nipah (Hasil wawancara dengan beberapa narasumber di Dinas Pariwisata dan Kebudayan Kabupaten Sampang). (Madura Dalam Legenda)

Disalin dan diangkat dari buku ‘Asal-usul dan Sejarah Orang Madura’, Kajian Arkeologi-Sejarah, Eitor Gunadi Kasnowiharjo, Penerbit Balai Arkeologi Provinsi DIY, 2021, hal 19-21

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.