Rama Kaè, Ramalan Musim, dan Kematian yang Tak Bisa Dihentikan

Rama Kaè, Ramalan Musim, Dan Kematian Yang Tak Bisa Dihentikan
Gambar: Tamar Saraseh

Kata Kaè berarti sosok kiai. Kiai bagi masyarakat Bandungan atau Madura pada umumnya menjadi salah satu dari tiga sosok sentral yang paling dihormati dan disegani. Seperti ungkapan falsafah Madura bhupa’ bhàbhu’ ghuru rato. Julukan ini tidak serta merta diberikan orang-orang Bandungan kepadanya tanpa alasan, melainkan panggilan terhormat ini karena sosok Kiai Tumenggung Huda sangat pantas untuk menyandangnya. Tinggi ilmunya dan sopan santunnya menjadi alasan kuat dirinya mendapat gelar Rama Kaè.

Rama Kaè atau Tumenggung Huda hidup menjadi penduduk Bandungan sudah beberapa ratus tahun yang silam. Seluruh keluarganya sangat mudah beradaptasi dengan masyarakat sekitar yang sebelumnya sudah bertempat tinggal terlebih dahulu. Sebagai orang baru di tanah ini, dia tidak pernah lupa bagaimana cara bergaul dengan penduduk setempat.

Menjaga etika yang baik dan akhlak yang terpuji, tidak menyakiti perasaan orang lain, sabar, ramah, dan tidak menutup diri menjadi modal bagi diri dan keluarganya untuk bisa melangsungkan hidup tanpa rintangan. Karena itulah, dia tidak hanya disegani orang-orang, melainkan juga disayangi, dihormati, serta selalu dijadikan tempat untuk mengadu, meminta pertimbangan, dan nasihat oleh masyarakat sekitar. Tidak membutuhkan waktu lama baginya untuk bisa berkembang dan mengembangkan keinginannya untuk mengajak orang-orang ke jalan yang lurus dan diridai Allah. Dalam waktu singkat, banyak orang yang datang kepadanya untuk segala macam urusan. Mulai dari urusan yang sangat sederhana seperti urusan keluarga hingga persoalan budaya dalam ruang lingkup yang lebih besar dan berat.

Sepulang dari rumahnya, orang-orang tersebut seperti mendapat pencerahan dan ketenangan, pikiran yang longgar dan akal yang tidak sempit padahal sebelumnya mereka seperti tidak mendapatkan jalan keluar, pikiran yang buntu, dan hati gelisah. Lantas orang-orang itu sepanjang jalan, di rumah, di ladang dan di mana pun saja berada mereka berpikir dan yakin, bahwa Rama Kaè itu bukanlah manusia biasa seperti manusia pada umumnya. Dia sosok wali Allah yang setiap ucapannya akan menjadi kenyataan dan pengobat luka hati. Setiap tatapan matanya adalah tetesan embun yang membawa kesejukan luar biasa. Setiap gerak tubuhnya menimbulkan getar-getar kecil yang menyenangkan.

Setiap kali berpapasan dengannya, orang-orang akan memilih berhenti sebentar, berbicara, atau hanya sebatas bertegur sapa saja. Sebab dengan demikian, mereka akan mendapatkan sebuah ketenangan yang pada hakikatnya tidak bisa diceritakan lewat tulisan dan lisan. Ketenangan yang tidak bisa digambarkan dengan cara apa pun.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.