Rama Kaè, Ramalan Musim, dan Kematian yang Tak Bisa Dihentikan

Tidak ada satu orang pun pada saat itu yang tahu bahwa pohon yang terus berbagi rezeki berupa ikan-ikan dan tentu keteduhannya itu kelak akan menjadi tanda tentang perubahan musim. Bagaimana tanda itu bisa terbaca? Mari kita simak bersama bagaimana Rama Kaè kembali menunjukkan hal-hal yang membuat semua orang tercengang kagum.

Pada suatu hari di musim kemarau bersama beberapa orang, Rama Kaè duduk-duduk santai di bawah pohon Nanggher yang tidak lagi seteduh ketika di musim penghujan. Daun-daunnya meranggas dan berguguran ke tanah. Tinggal reranting saja yang angkuh. Salah seorang di antara mereka tiba-tiba menanyakan tentang kapan musim penghujan tiba.

“Tidak akan lama lagi sepertinya!”

“Belum tentu juga. Bisa saja masih lama” sambut yang lain.

“Menurut perhitungan, ini sudah memasuki musim hujan. Hanya saja entah kenapa belum juga setetes pun air turun.” Lelaki satunya juga ikut menyahut.

“Kalian perhatikan saja itu!” Sambut Rama Kaè sembari mengarahkan jari telunjuknya ke ranting besar di bagian Timur Laut. Sontak yang hadir dalam pertemuan santai itu membuang pandangannya persis ke arah yang ditunjuk Rama Kaè.

“Memangnya kenapa, Kè?” Tanya salah satunya.

“Bila sudah berdaun ranting itu, maka berarti musim hujan akan segera tiba. Tidak lama. Tetapi lihatlah, beberapa pupus daun sudah mulai menyembul.”

“Itu artinya?” Rama Kaè mengangguk pelan dan tersenyum.

Begitulah akhirnya orang-orang kampung Bandungan tidak akan pernah membajak kebun, ladang, dan memulai menanam jagung meski hujan berkali-kali turun selama ranting yang dimaksud itu belum berdaun. Jika tidak, mereka harus siap tanamannya meranggas karena kekurangan air pada suatu hari nanti. Sebab hujan-hujan itu sebenarnya bukanlah hujan musim penghujan, melainkan hujan lewat saja.

Hingga kini, kepercayaan itu tetap melekat kuat di benak kami. Kami akan memulai membajak kebun dan sawah jika ranting di bagian Timur Laut yang ditunjuk Rama Kaè itu sudah berdaun. Jika tidak, kami tidak akan melakukan apa-apa sebab hujan tidak akan turun. Benar-benar tidak akan turun.

Kini usia Rama Kaè sudah semakin sepuh. Tulang-tulangnya pun sudah tidak sekuat dulu ketika masih muda. Kulitnya yang kuat dan segar kini terlihat sudah mulai mengerut. Sudah banyak jasa-jasanya untuk Bandungan. Berkat perjuangan, kegigihannya, dan kelembutan sikapnya kampung kami ini sudah menjadi kampung yang subur, aman, dan tentram. Orang-orang yang dulu membencinya kini berbalik menjadi santri-santrinya yang suka bertapa dan menyepi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.