2. Bidang kebudayaan
Hasil kebudayaan yang tercipta semasa pemerintahan Panembahan Sumolo atau Natakusomo I adalah Masjid Jamik dan Keraton Sumenep. Masjid Jamik Sumenep terletak di jalan Trunojoyo No. 6 yang termasuk wilayah kelurahan Bangselok, kecamatan kota kabupaten Sumenep, propinsi Jawa Timur. Masjid ini merupakan kompleks bangunan yang menempati tanah berukuran 89x89m. Selain bangunan induk, di dalam kompleks ini terdapat bangunan lain yaitu menara, gapura, serambi, bangunan sudut tembok keliling, pendopo, bencet, kantor takmir, tempat wudhu dan toilet.
Kompleks bangunan masjid ini memperoleh pengaruh seni bangunan dan ragam hias dari Eropa, Cina, dan lokal. Masjid ini dibangun atas karya seorang warga Cina. Terjadinya pemberontakan orang-orang Cina di Batavia mengakibatkan banyak orang Cina yang ditangkap atau dibunuh oleh tentara VOC. Dengan adanya penangkapan itu, orang-orang Cina melarikan diri ke kota-kota lain di Pulau Jawa.
Pada masa pemerintahan RA Tirtonegoro, datanglah 6 orang Cina ke Sumenep. Mereka adalah sisa pelarian dari Batavia. Salah seorang dari mereka bernama Lauw Koen Thing atau sering disebut Leo Kate. Ia seorang ahli bangunan. Ia menurunkan keahliannya kepada cucunya yang bernama Lauw Pia Ngo. Kemudian ia diberi kepercayaan oleh Panembahan Sumolo untuk membangun keraton Sumenep dan Masjid Jamik Sumenep. Atas jasanya itu, ia diberi tanah perdikan di pejagalan Sumenep yang kemudian dibangun rumah untuk keluarganya.
Kompleks bangunan keraton Sumenep terletak membujur dari selatan ke utara dan didirikan di atas tanah seluas lebih kurang 28.000 meter persegi. Keraton Sumenep sendiri menghadap ke arah selatan. Keraton ini terletak di sebelah timur dari alun-alun pusat kota Sumenep sehingga tampak lurus berseberangan dengan masjid jamik. Dulunya memang ada jalan lurus yang menghubungkan antara masjid dengan keraton, namun sekarang sudah tidak ada lagi sebab alun-alun sudah menjadi taman bunga.