Oleh Ngati Ati
Pantai Lombang merupakan salah satu tempat tujuan wisata unggulan di wilayah Jawa Timur. Berada di wilayah Kabupaten Sumenep. Banyak wisatawan berkunjung ke sana. Baik dari dalam maupun luar negeri. Terkenal dengan pasir putihnya yang bersih dan hutan Cemara Udang yang langka di dunia. Siapapun akan rindu untuk datang kembali menikmati keindahannya. Dari kota Sumenep ke Pantai Lombang kurang lebih berjarak 26 km arah sisi Utara. Dapat ditempuh dengan kendaraan umum atau kendaraan pribadi. Dapat melewati jalan utama Kecamatan Batang-Batang ke Utara, kemudian Pasar Legung ke Timur. Atau Desa Batang-Batang ke Timur dan belok ke Utara.
Sepanjang perjalanan, wisatawan akan disuguhi dengan pemandangan perbukitan di kiri kanan jalan dengan deretan pohon-pohon purba jenis Taal (Rontaal) yang berjajar di sepanjang jalan. Dilingkungan hutan Cemara Udang pun para wisatawan dapat menemukan penjaja makanan yang ramah dan bersahaja. Menyunggi dagangannya di atas kepala dan menawarkan dagangannya dengan dialek yang khas. Mudah ditemui juga warung-warung makan dengan menu makanan yang khas dari Madura. Seperti Nasi pecel, Rujak Cingur, Soto Madura, buah Taal, Es degan dan sebagainya. Bagi yang ingin berpuas diri dengan melanglang sepanjang garis pantai, dapat menyewa kuda tunggangan dengan uang sewa yang murah. Joki-joki kuda siap melayani dengan ramahnya. Namun demikian bagi yang ingin bersantai ria, cukup dengan duduk di seputar pahon-pohon cemara udang atau gundukan pasir yang bersih. Atau lebih senang mandi di pantai bersama keluarga, bermanja dengan air lautnya yang biru melimpah.
Namun tahukah para pembaca sekalian, asal usul terjadinya hutan Cemara Udang di seputar Pantai Lombang yang terkenal itu? Kalau belum, marilah kita simak bersama. Kisah Pangeran Jaka Lombang dan Puteri Cemara Udang.
Konon di wilayah Timur Pulau Madura pernah berdiri sebuah kerajaan kecil yang makmur dan kaya raya. Tanahnya subur dan hasil lautnya melimpah. Candiraja demikian nama kerajaan itu. Rakyatnya suka bekerja keras. Ada yang bekerja sebagai nelayan, ada juga yang bekerja sebagai petani. Daerah pantai Utara merupakan sumber pendapatan para nelayan. Karena disanalah ikan dan udang begitu melimpah. Para petani juga rajin bekerja di sawah. Meskipun tanah sawahnya hanya bisa ditanami padi sekali dalam satu tahunnya, namun karena masyarakatnya suka bekerja keras dan rajin menanam palawija atau tanaman buah-buahan sebagai selingan, maka setelah musim padi, para petani menggantinya dengan tanaman buah-buahan. Ada mentimun, ada singkong, ada semangka, dan kacang-kacangan.
Sang raja memerintah dengan adil dan bijaksana. Ia seorang raja yang dermawan. Setiap permasalahan yang terjadi di antara rakyatnya selalu diselesaikan dengan adil. Begitu juga jika ada rakyat yang kekurangan, selalu dibantu dan diajarkan cara-cara bekerja untuk mencari rejeki. Oleh karena itu, rakyat kerajaan itu begitu menyayangi rajanya. Namun sayang, sang raja mempunyai permaisuri yang congkak. Sang permaisuri selalu mengagungkan kekayaan dan hartanya. Setiap berkunjung kepada rakyatnya ia selalu memamerkan perhiasannya. Sang raja mempunyai anak laki-laki remaja. Meskipun masih muda, namun tampak ia mewarisi sifat-sifat ayahndanya. Dermawan, adil, dan bijaksana. Pangeran Jaka Lombang nama pangeran itu.
Suatu hari Bunda Permaisuri mendengar kabar dari para pelayannya bahwa Pangeran Jaka Lombang telah menjalin cinta dengan gadis desa bernama Radina. Bunda permaisuri tidak berkenan. Dipanggilah pangeran untuk menghadap.