Kisah Pangeran Jaka Lombang dan Puteri Cemara Udang
keluarga miskin. Ada sepercik kerinduan di hati pangeran mengingat hal itu, namun semuanya tinggallah kenangan.
“Sekarang kalian harus membantuku. Kita akan membuat perahu dan berlayar ke laut Utara.” Perintah pangeran.
Demikianlah akhirnya Pangeran Jaka Lombang memutuskan menyeberangi lautan untuk pergi ke sebuah pulau. Dibantu oleh para prajuritnya, ia membuat perahu dan dipasanglah layar sebagai kelengkapannya. Ia berlayar menjelajahi pulau yang satu ke pulau yang lain. Akhirnya sampailah ia pada sebuah pulau yang disebut pulau Nusa Udang yang letaknya jauh di sebelah utara pulau Madura. Di pulau itulah Pangeran Jaka Lombang bertemu dengan seorang puteri cantik jelita. Sesuai petunjuk dalam keheningan semedinya. Kepada puteri itulah ia harus meminta pertolongan untuk mengatasi bencana kelaparan yang menimpa rakyatnya.
“Selamat datang Pangeran,” kata puteri itu lembut menyambut kedatangan pangeran Jaka Lombang.
Begitu melihat puteri itu, terkejutlah pangeran. Ia merasa sangat mengenal puteri itu, namun entah di mana sekarang. Terkenang kembali wajah cantik bersahaja seorang puteri yang dulu sangat dicintainya.
“Bukankah engkau Radina, puteri yang amat kucinta?” Kata pangeran penuh harapan bertemu kekasih yang telah lama pergi.
“Bukan Pangeran. Aku bukan Radina lagi. Radina telah lama pergi. Aku adalah Puteri Cemara. Penguasa pulau Nusa Udang ini.” Demikian kata puteri itu dengan lembutnya.
“Marilah Pangeran. Aku tahu yang Pangeran butuhkan. Aku akan menolong Pangeran.” Katanya lembut. Kemudian Puteri Cemara memberikan sebuah bungkusan kepada pangeran Jaka lombang.
“Sungguh mulia hatimu Puteri.” Kata pangeran terharu sambil menerima bungkusan itu. “Tetapi bagaimana mungkin puteri menolongku sedangkan para pejabat pembantu raja saja tidak mampu?” Kata pangeran kurang percaya.
“Pulanglah Pangeran. Ayahnda menunggumu. Bukalah bungkusan itu dan tanamlah di pantai. Semoga Yang Maha Kuasa menolongmu.” Demikian Pesan Puteri Cemara.
Demikian Pangeran Jaka Lombang segera minta diri. Sekali lagi ia mengucapkan terima kasih kepada puteri Cemara. Dengan penuh harapan, ia pun kembali ke kerajaan.
Dengan disaksikan oleh ayahnda dan para pejabat istana, Pangeran Jaka Lombang segera melakukan apa yang menjadi pesan-pesan puteri Cemara. Dengan sedikit gemetar dibukalah bungkusan itu, yang ternyata berisi potongan rambut dan potongan-potongan kuku. Pangeran Jaka Lombang tertegun. Ia tidak tahu apa makna bungkusan itu, namun segera ia menanam bungkusan itu tak jauh dari pantai.
Hari berikutnya terjadilah sesuatu yang ajaib. Dari tanah tempat bungkusan itu ditanam telah tumbuh pohon Cemara. Anehnya bentuk daun dari pohon cemara itu bagaikan barisan udang-udang yang bergerak-gerak terkena tiupan angin. Dari hari ke hari semakin banyak saja jumlahnya. Akhirnya jadilah hutan Cemara yang subur. Bersamaan dengan itu para nelayan kembali memperoleh hasil lautnya. Seolah ikan dan udang-udang kembali bermunculan.
Demikian para nelayan bergembira karena hasil tangkapannya melimpah. Rakyat kembali bergembira dan hidup berkecukupan. Mereka memuja-muja Pangeran Jaka Lombang. Sang raja pun menjadi terharu. Setelah mengetahui bahwa semua itu berkat pertolongan dari Puteri Cemara yang tak lain adalah gadis miskin bernama Radina, maka untuk menghormati jasa puteri Cemara itu sang Raja memberi nama pohon cemara itu sebagai pohon Cemara Udang dan pantainya dinamakan pantai Lombang.
Sampai sekarang masyarakat Madura sangat bangga akan keindahan pantai Lombang. Pemandangan laut yang biru nan jernih berhiaskan lalu-lalang perahu nelayan. Pantainya bersih dengan pasir putih yang khas dan hutan Cemara Udang-nya yang langka di dunia.
Dibawah layak dibaca