Humanis Madura dalam Sastra Lisan

Buku Humanis Madura

Pantun juga bukan ungkapan peraturan yang hanya bisa menjadi pajangan, namun pantun bisa menjàdi suatu spirit dalam hidup manusia. Spirit atau semangat dalam din manusia bisa saja terlupakan akibat adanya suatu falsafah hidup dan menjadi budaya pada masyarakat tertentu. Pantun dapat pula sebágai alat penyemangat untuk menjalani kehidupan sehari-hari yang pada akhirnya menjadi prinsip atau ideologi dalam hidup. Jadi, tindakan yang selalu dilakukan manusia di setiap detik hidupnya selalu bertumpu atau berpegang pada prinsip dalam hidupnya.

Berbicara tentang pantun, di Indonesia yang terdiri dan berbagai suku-suku bangsa tentu saja memiliki banyak warisan budaya lisan berupa pantun mi. Salah satunya adalah pantun Madura’ atau dalam bahasa Maduranya paparegen, (pari’an Jawa). Madura sangat unik sehingga peneliti menggunakan objek kajian pantun dan Madura. Keunikannya itu bisa dilihat dan bahasa serta perilaku orang Madura yang berbeda dengan orang kebanyakan. Namun, banyak ha yang belum terekspos secara maksimal di Madura. Bukan hanya kekayaan alamnya, tetapi juga kekayaan budaya yang memiliki nilai luhur tinggi. Jika tidak terjaga dengan balk, bukan tidak mungkin keluhuran itu kan luntur digempur gelombang globalisasi. Kekayaan budaya ini salah satunya adalah dalam bentuk pantun Madura.

Hal yang paling menonjol dan kental ketika orang mendengar Madura adalah sikap manusia Madura yang sangat menjunjung tinggi harga diri. Harga diri berarti penghormatan yang berlebihan pada din sendiri serta orang lain seperti; orang tua, tetuah adat, ulama, dan lain-lain. Pada dasarnya harga din yang sesungguhnya adalah merupakan harga din atas kemuliaan karakter manusia, yang meliputi keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran, dan kelembutan. Kita dituntut untuk memiliki hal-hal tersebut agar bisa memiliki harga din yang tinggi yang sesungguhnya.

Ungkapan di atas dapat diwujudkan melalui pembelajaran setiap hart. Hart- hart yang kita jalani, seharusnya dapat kita jadikan kesempatan untuk mengikis karakter buruk dalam din kita “dan mengembangkan kebiasaan baik untuk mewujudkan harga dirt yang sesungguhnya. Dengan inilah kita bisa menjadi orang yang benar-benar berharga. Pengagungan harga din pun menjadi salah satu pribadi manusia Madura yang pada akhirnya menjadi prinsip hidup orang Madura secara umum. Bahkan ada pantun Madura yang memuat hal tersebut yaitu: Orèng males tadhâ’ lakona/Lakona ngokor dhôlika/Palerres tèngka lakona/Ma’ kantos kacalè dhika// Terjemahan: Orang malas tak mau bekerja/kerjanya mengukur tempat tidur/yang balk dalam bekerja/agar. engkau tidak ditegur// (Supratman, 2016: 55)

Begitulah, salah satu sikap yang dijunjung tinggi orang Madura tentang pentingnya manusia melakukan perbuatan yang berguna bagi manusia lain. Oleh karena itu, sejak dini orang-orang tua mengajak dan menekankan kepada anak-anaknya agar memperhatikan tindak perbuatan yang baik yang berguna bagi masyarakat. Pesan pesan moral yang seperti itu juga muncul dalam sejumlah paparegan nasihat, di samping juga menekankan pentingnya menjalankan syariat Islam, sebagaimana yang dinyatakan dalam filosofi orang Madura, bahwa sejak bayi orang Madura telah berbantalkan syahadat, berpayungkan perlindungan Allah, dan berselimutkan selawat (abantal sadhat apajung Alla asapo’ salawat).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.