Merindukan Masa Keemasan Bahasa Madura

Informan yang merupakan sesepuh Bangkalan ini merindukan masa-masa keemasan bahasa Madura. Masa-masa keemasan itu menurutnya ada pada masa-masa di mana Bangk alan berada dalam kekuasaan sistem feodal. Pada masa itu, seluruh masyarakat Bangkalan berbahasa Madura. Pada masa itu, dianggap sangat tercela jika ada seseorang yang tidak menggunakan bahasa halus pada seseorang yang lebih tua atãu pada penguasa pada masa feodal itulah, adat Madura memang benar-benar diterapkan. Informan tersebut juga menyadari, bahwa perkembangan zaman memang tidak dapat dicegah. Masa kini adalah masa degradasi bahasa Madura. Meskipun demikian, Ia sangat berharap, pada masainibahasa Madura benar-benar sempurna digunakan tanpa dicampur-campur dengan bahasa lain. Dengan demikian, kemurnian bahasa Madura masih dapat dijaga.

Kondisi bahasa Madura yang kurang memiliki vitalitas membuat dukungan pada sastra Madura menjadi turut pula kendur. Logisnya, jika bahasa Madura kurang sehat, maka sastra Madura pun juga kurang sehat bahkan kondisinya bisa lebih buruk lagi. Inilah yang kini sedang terjadi pada sastra Madura. Bahasa Madura di Bangkalan berada dalam status yang kurang populer, sastra Madura ikut pula terkena imbasnya meñjadi semakin kurang populer.

Salah seorang informan menyebutkan kalkulasinya bahwa perbandingan dan masyarakat Madura yang kenal baik sastra Madura adalah 1:10. Artinya, dart 10 orang Bangkalan, ada 1 orang yang tidak tahu sama sekali tentang sastra Madura. Pernyataan ml menurut informan perlu dibuktikan lebihjauh, tetapi kuat dugaan, jika ada penelitian lebih jauh tentang hal mi, pernyataaninipasti tervalidasi, karena sejauh ini di Bangkalan, tidak pernah ada program khusus yang digagas Pemerintah Daerah yang bertujuan untuk memasyarakatkan sastra Madura.

Tulisan berkelanjutan:

  1. Perkembangan Bahasa dan Sastra Madura di Bangkalan
  2. Kondisi Umum Bahasa Sastra Madura di Bangkalan
  3. Bahasa dan Sastra Madura Tradisional di Bangkalan
  4. Merindukan Masa Keemasan Bahasa Madura

Informan menyebutkan bahwa dart beberapa sastra Partikularis seperti Bhângsalan, Paparéghân, Saloka, dan Tembhâng Macapat, seluruhnya kurang populer di lingkaran generasi Muda. Bhângsalan hanya dikenal oleh generasi tua, itupun biasanya yang ada di daerah pedesaan. Papardghân masih cuk up banyak muncul, namun sayangnya kemunculannya terbatas, hanya ada di panggung-panggung lawak saja.

Saloka hanya muncul dalam penggunaan yang sangat formal yaitu dalam dunia tulis menulis. Itupun jumlah makin lama makin berkurang karena pengetahuan masyarakat pada Saloka juga makin berkurang. Sedangkan Tembhâng Macapat, jenis rnamacainihanya ada jika ada upacara-upacara tradisional saja semisal toron tana, dan upacara yang berhubungan dengan rokat. Selain dan domain yang disebutkan di atas, sastra Partikularis ini jarang dijumpai.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.