Pemanusiaan Anak dalam Keluarga, Sebagai Benteng Ketahanan Sosial Budaya
Menghadapi realitas sosial budaya madura dewasaini, maka tiada lain yang dapat dan harus dilakukan oleh orang Madura adalah melakukan revitalisasi nilainilai budaya Madura. Upaya ini harus terpadu dan melibatkan seluruh komponen masyarakat Madura, terutama kalangan budayawan, seniman dan tokoh masyaralcat yang concern terhadap budaya Madura.
Pada konteks akar rumput, ujung tombak pembudayaan terdapat pada keluarga. Oleh karena itu, proses revitalisasi nilai-nilai budaya Madura harus memberikan penyadaran pada masing-masing keluarga guna menanamkan nilai-nilai budaya Madura. Benar seperti yang dinyatakan oleh N. Drijarkara, 1980:
“Pendidikan adalah hidup bersama dalam kesatuan tri-tunggal Ayah-Ibu – anak, dimana terjadi pemanusiaan anak (pembudayaan anak, pelaksanaan nilai-nilai) dengan mana dia berproses untuk akhirnya bisa memanusia sendiri (membudaya sendiri, melaksanakan nilai-nilai sendiri) sebagai manusia purnawan”
Tanggung jawab perkembangan pribadi anak bukan hanya pada institusi pendidikan an sich, tapi juga lingkungan masyarakat dan “terutama” lingkungan keluarga. Hal ini diperkuat dari teori Konvergensi yang menyatakan bahwa perkembangan anak tidak hanya dipengaruhi oleh “pembawaan”, tapi juga oleh lingkungan masyrakat, keluarga dan institusi pendidikan (sekolah).