Ach. Maimun Syamsuddin
Problem moral da lam ilmu pengetahuan menjadi persoalan masyarakat dunia. Bahkan sudah mulai terasa bahwa kemajuan ilmu pengetahuan tidak disertai oleh kemajuan kebijaksanaan manusia. Karena itu memperbincangkan moral dalam dunia pendidikan menjadi penting sehingga juga diperlukan perumuskan lebih menyeluruh tentang konsep pendidikan berbasis moral.
Konsep cangkolang pada tingkat tertentu menjadi penting untuk mendapat apresiasi. Dalam konteks pendidikan moral, ia dapat menjadi terapi titik awal untuk pembinaan moral selanjutnya pada aspek lain. Karena penerapan konsep cangkolang dalam bentuk prilaku bermoral adalah salah satu bentuk realisasi moralitas dalam interaksi dengan guru sebagai sumber ilmu. Misalnya, dengan terdidik untuk tulus menghormati guru, siswa diharapkan untuk juga tulus menghargai orang lain, bersikap sopan hingga turut berempati atas orang lain.
Ini akan lebih mungkin diwujudkan dengan mengembalikan guru pada posisi tradisionalnya sebagai poros moral di samping sebagai sumber ilmu. Mengembalikan guru ke posisi tradisionalnya menjadi penting karena masalah moral adalah masalah kesadaran yang diwujudkan dalam prilaku. Di sini ia sangat memerlukan figur untuk memberikan “sentuhan kemanusian” (human touching).
Karena hal itu juga akan melibatkan emosi, selain sekedar rasionalitas, yang secara psikologis lebih memberikan pengaruh dari sekedar teori, konsep atau pesan-pesan verbal.13 Untuk menjadi poros moral, seorang guru harus bermoral terpuji dalam segala hal sehingga ia menjadi figur yang dapat memberi contoh dan inspirasi kepada para peserta didik untuk memegang teguh moralitas yang dimulai dari segala bentuk interaksi sehari-hari dengannya.
Dari prilaku bermoral dalam interaksinya dengan guru dengan mempertimbangkan cangkolang, seorang peserta didik akan diarahkan untuk berprilaku bermoral dalam keseluruhan prilakunya secara keseluruhan.