Remeh-Temeh Untuk Keagungan Puisi

(Catatan untuk “Buku Ketam Ladang Rumah Ingatan”)

Oleh M. Faizi

M. Faizi (foto: Januar Hermanto)
M. Faizi (foto: Januar Hermanto)

Mencermati laporan perihal membeludaknya jumlah naskah yang dikirimkan kepada panitia penerbitan buku antologi puisi “Madura Pulau Puisi”, sikap pertama saya adalah optimis. Panitia menjelaskan bahwa ada 137 nama penyair yang menyerahkan naskah puisinya. Angka ini mengejutkan dengan pertimbangan pendeknya masa pengumuman yang disebarkan. Maka, jika setiap nama mengirimkan 10 judul, lebih seribu puisi sudah terhimpun. Panitia (terdiri dari Raedu Basha dan 8 penyair lain yang mula-mula menggagas kerjasama ini dengan LSS Reboeng) lantas menyerahkan hanya 60 nama saja kepada kami (saya dan Syaf Anton WR sebagai kurator). Mereka menyimpan sisanya di laci. Barangkali, naskah-naskah itu akan diperam lebih dulu dan baru diterbitkan jika kelak sudah matang dan atau dibiarkan bernasib malang: ditimbang kiloan.

Sudah pasti, “memilih lagi” nama-nama penyair yang “sudah dipilih” adalah pekerjaan yang berat. Rasanya, saya ingin mundur dan menolak menjadi kurator mengingat pengalaman cemen di bidang ini. Alasan hiburan yang membuat saya bertahan adalah karena proyek ini bukanlah perlombaan, melainkan “hanya” pemilihan dan pemilahan untuk diterbitkan dalam satu buku antologi puisi. Saya tidak tahu, apakah penyair-penyair di luar yang 60 itu lebih dulu tesingkir karena sumbang oleh takdir atau luput karena apes. Akan terlalu berkepanjangan jika saya menyibukkan diri dalam perdebatan seputar batas takdir dan nasib apes di sini. Singkat kata; karena hanya itu yang saya terima, maka tugas saya adalah menggarap yang itu saja.

Perlu diketahui, dalam memilih puisi-puisi yang terkumpul dan pada akhirnya terbit sebagai buku ini digunakan beberapa lapis gawang. Saya (dan tentu saja bersama Syaf Anton WR) yang berada di bawah mistar kedua hanya bertugas memilih 41 dari 60 yang tersedia. Ibarat kiper, tugas saya, sama seperti tugas Tim Sembilan, yaitu hanya membiarkan gol-gol yang ditendang secara indah dan keren saja yang melampaui jangkauan tangan saya. Tendangan yang melenceng di atas mistar, saya bahkan tidak perlu lagi menguras energi untuk menangkapnya sebab dengan sendirinya ia akan mencelat ke luar lapangan.

* * *

Proyek penerbitan antologi puisi penyair muda Madura ini merupakan kerjasama Tim Sembilan dengan LSS Reboeng, sebuah lembaga/komunitas yang memiliki perhatian pada sastra dan seni. Tentang alasan mengapa LSS Reboeng memilih para penyair muda Madura dan menyiapkan dana untuk penerbitan buku serta pelaksanaan acaranya, biarlah hal itu dijelaskan oleh panitia dan tentu saja juga oleh Ibu Nana Ernawati (dari Reboeng) selaku yang berwenang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.