Kemarau, Warga Pamekasan Gelar Okol

tradisi okol masyarakat madura
Dua pelaku Okol sedang bertanding

[junkie-alert style=”red”] Kemarau panjang melanda disejumlah wilayah Pulau Madura menjadi persoalan yang sangat merisaukan bagi warga. Sebab pada musim kemarau sebagaimana terjadi tahun ini, mereka tidak bisa berbuat banyak, selain mengharap turunnya hujan.[/junkie-alert]

Tentu selain doa, usaha dengan cara tradisi mengharap turunnya hujan warga masyarakat di Dusun Bligih, Desa Plakpak, Kecamatan Pagantenan, Pamekasan Madura menggelar tradisi Okol, pada Jum’at , 23 Oktober 2015.

Okol merupakan pertandingan gulat satu lawan satu digelar di tanah lapang dan disaksikan para warga. Okol atau gulat tradisional ala Madura ini merupakan salah satu kepercayaan mereka, bahwa dengan menggelar tanding Okol hujan akan segera turun.

Tradisi Okol merupakan bentuk pertarungan dengan cara mengadu kekuatan otot. Para pelaku Okol hanya mengenakan celana pendek (seperti gulat atau tinju) tanpa pengaman. Dalam Okol sebagai bentuk perkelahian atau pertarungan dilakukan secara utuh, dengan ketentuan permainan yang telah disepakati bersama.

Meski dalam Okol ditentukan menang dan kalah, namun bukan sebagai tujuan. Tradisi Okol merupakan wahana bertemunya para warga dalam sebuah permainan untuk bersama-sama menyaksikan kondisi alam pada musim kemarau yang berakibat lumpuhnya kehidupan pertanian mereka.

Namun bagi masyarakat Madura, permainan Okol bukan sekedar menjadi tradisi semata, juga diangkat sebagai peristiwa ritual yang tujuannya untuk nyo’on da’ Guste Pangeran kaberkadhan ojhan (memohon kepada Tuhan berkah hujan).

Tradisi Okol diselenggarakan setiap tahun, khususnya pada saat musim kemarau, yang juga menjadi peristiwa keramaian (pesta rakyat) dalam wilayah masyarakat tertentu. Sebab dalam peristiwa tradisi minta hujan, di wilayah yang lain di Pulau Madura kerap dilakukan tradisi sejenis seperti Ojhung, Berloberen dan lainnya.

“Peserta Okol diikuti oleh lima kecamatan di Pamekasan, diantaranya Kecamatan Pakong, Pagantenan, Pelengaan, Kadur dan Proppo,” jelas Rosyidi wasit Okol, kepada awak media.

Menurut Rosyidi tujuan Okol pertama-tama minta turunnya hujan, sekaligus persahabatan antar kecamatan agar kedepan selalu terjalin keakraban.

Sistem penilaian ini tidak seperti gulat pada umumnya. Sebab dalam adu Okol ini, peserta dinyatakan kalah apabila sudah jatuh terpelanting ke tanah.

“Para peserta Okol ini, harus mematuhi sejumlah aturan yang sudah ditetapkan oleh panitia. Di antaranya harus membuka baju, tidak boleh memukul, menjotos dan menggigit lawan. Peserta juga dilarang menggunakan aksesoris. Jam tangan, cincin dan lainnya,” ujarnya.

Pagelaran gulat ini juga ramai didatangi pengunjung. Bahkan warga dari sejumlah desa di Kecamatan Pegantenan dan warga kecamatan lain datang berjubel menyaksikan tanding Okol ini.

Peserta yang dinyatakan menang dalan pertandingan tersebut sudah disiapkan sejumlah hadiah menarik. “Hadiah yang disediakan kecil-kecilan mas, yaitu kaos, rokok, air meneral, dan lainnya,” terangnya. (lm)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.