Asal Usul Wilayah Tomang: Ikatan Opas Madura, VOC dan Tungku Masak

Perempuan Madura ketika masak menggunakan tomang (tungku) - (foto: Mohammad Badri Zamzam)
Perempuan Madura ketika masak menggunakan tomang (tungku) – (foto: Mohammad Badri Zamzam)

Ketika mendengar kata dan sebutan Tomang, maka terbersit pada suatu wilayah di ibu kota, yakni sebuah kelurahan Tomang terletak dalam wilayah  kecamatan Grogol Petamburan, Kota Jakarta Barat, Provinsi DKI Jakarta, Indonesia.

Tapi bila ditelusuri dari mana asal kata “tomang” sehingga sebuah wilayah besar di ibu kota. Sebab  tidak ada kata ‘tomang’ dalam Bahasa Indonesia. Kata “tomang” merupakan kata yang ada dalam bahasa Madura, dan mempunyai arti tungku yakni alat untuk memasak; susunan batu bata dan bara api kayu bakar. Dalam kamus Bahasa Belanda tidak ada ada tomang. Lalu apa hubungannya Tomang di Jakarta dan tungku di Madura.

Pada paruh kedua abad ke-18, seperti dituturkan John Joseph Stockdale dalam Sketches, Civil and Military, of the Island of Java and Its Immediate Dependencies, 75 persen serdadu VOC adalah orang Madura asal Sumenep. Panggilan serdadu Madura itu adalah Opas. Mereka tidak ditempatkan di gerbang kota, tapi di kantor petinggi VOC.

Orang-orang Madura itu, tulis Stockdale, cerdas dan berani. Mereka bukan hanya prajurit tapi pelayan. Mereka melayani tamu-tamu kulit putih yang datang ke Kastil Batavia. Mereka adalah serdadu kepercayaan para petinggi VOC. Di luar Kastil Batavia, serdadu Madura ditempatkan di benteng-benteng yang menyebar di sekujur Ommelanden; Fort Angke, Vijhoek, Rijswijk, Noordwijk, Jacatra, dan Ancol. Jumlah mereka diperkirakan mencapai 3.300, jauh di atas serdadu kulit putih yang hanya 1.240 orang.

Tidak ada gelar kapten untuk pemimpin serdadu Madura, karena seluruhnya berada di bawah Pangeran Madura. Stockdale menulis seluruh serdadu Madura ditempatkan di lingkungan basah, rawa-rawa yang nyaris tak layak huni. Menariknya, orang Madura bisa bertahan.

Kawasan Tomang yang kita kenal saat ini adalah salah satu ekosistem lahan basah di Ommelanden. Antara Tomang dan Kali Grogol, lokasi Fort Vijhoek, tidak terlalu jauh. Di sinilah prajurit-prajurit Madura bermukim jika sedang tak bertugas menjaga Fort Vijhoek. Mereka membawa tradisi kampung halaman. Salah satunya membuat tungku gerabah untuk masak sehari hari. Tungku besar untuk memasak nasi diletakkan di luar rumah. Mereka menyebutnya Tomang.

Di kawasan Tomang sendiri cukup terkenal karena di kawasan ini terdapat persimpangan jalan raya berikut jalan layang (flyover) yang dilalui banyak kendaraan menuju Harmoni, Slipi, Grogol, Kebon Jeruk. Warga Jakarta biasa menyebutnya dengan nama Perempatan Tomang Raya.

Zaenuddin HM di dalam buku karyanya berjudul “212 Asal-Usul Djakarta Tempo Doeloe,” terbitan Ufuk Press Oktober 2012 menyatakan tidak ditemukan data sejarah yang lengkap tentang nama Tomang. Namun, beberapa tokoh masyarakat yang tinggal di kawasan Tomang mengatakan Tomang artinya dapur.

Konon, kawasan itu dulunya merupakan gudang logistik Hindia Belanda dan sekaligus menjadi semacam dapur umum. Dapur umum yang memasok makanan bagi para tentara kolonial yang bertugas di wilayah Batavia, khususnya daerah sekitar tempat itu, salah satunya asrama di Petojo. Tanda-tanda bekas gudang logistik sudah tidak ada lagi, karena Tomang sekarang penuh dengan gedung perkantoran.

Dalam sebuah tulisan disebutkan wilayah Tomang di Jakarta mempunyai asal-usul saat pada tahun 1805 Panembahan Sumolo (Panembahan Natakusuma I), mengirimkan pasukan perang ke Batavia untuk membantu Belanda, dalam perang Padri yang dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol di Sumatera barat.

Panembahan Sumolo yang bernama asli Asiruddin ini bisa dikata merupakan maestro di kalangan penguasa dinasti terakhir penguasa Sumenep, Madura (1750-1929). Dua bangunan monumental Sumenep yang masih bisa disaksikan oleh generasi saat ini, yaitu keraton dan masjid Jami’, lahir di masa Sumolo.

Pasukan Sumenep yang berjumlah 1000 orang oleh Belanda, ditempatkan di suatu wilayah, di tempat itu mereka membuat tungku besar atau Tomang, dalam bahasa Madura untuk memasak makanan para pasukan. Selanjutnya tempat tersebut dinamakan kampung Tomang sampai sekarang. (LM)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.