Pembelajaran Sejarah Sebagai Pembelajaran yang Hidup

Para pemateri, M. Khairil Anwar, dan H. Abdullah Hidayat dan M. Rizki Taufan (foto: Metroliputan7)

Oleh: Hidayat Raharja

Tanggal 4 Juni 2023, saya mendapat undangan melalui aplikasi whatsapp untuk menghadiri Sarasehan dengan tema :”Melacak Peradaban Klasik Sampang dari Candi Hindu-Budha Hingga Kedatangan Islam Pertama.” bertempat di pendapa wakil bupati Sampang. Acara yang sangat menarik tentunya, karena bagi saya pribadi kota ini memiliki banyak sejarah yang harus saya catat. Sampang sudah 30 tahun lebih saya tinggalkan ke kota lain dan berharap diskusi ini banyak memberikan kontribusi bagi peradaban, khususnya di Sampang.

Di depan ruang pendapa sebentang banner dengan ornamen warna hitam dibentang menampilkan foto pemateri, M. Rizki Taufan, M. Khairil Anwar, dan Wakil Bupati Sampang H. Abdullah Hidayat. Acara ini dihadiri beberapa kelompok anak muda dari berbagai organisasi dan sebagian memakai seragam almamater kampus masing-masing. Acara ini terkesan santai dan cukup menarik karena banyak dihadiri anak-anak muda.

Wakil Bupati sampang H. Abdullah Hidayat menyampaikan bahwa acara tahunan semacam ini telah lama berlangsung di pendapa wakil bupati. Ruang pendapa merupakan rumah bersama bagi masyarakat Sampang. Siapa pun bisa memanfaatkan pendapa ini. Acara sarasehan mengenai cagar budaya ini sangat menarik dan menurutnya di tahun yang akan datang perlu terus diselenggarakan dengan mengundang anak-anak muda, pelajar dan mahasiswa sebagai penerus bangsa di masa depan.

Nama sampang sejak lama sudah banyak ditemukan di masa silam. Budaya karapan sapi, ikon kota sampang. Lomba kerapan sapi Pertama kali diadakan 1968 di Bangkalan. Kewajiban kita semua untuk memberikan dampak positif bagi orang banyak, mengenai budaya luhur orang Madura. Lebih jauh Abdullah Hidayat memaparkan pentingnya juga untuk membicarakan pendirian Provinsi Madura, karena Sumber Daya Alam di Madura yang luar biasa, minyak bumi, jumlah penduduk, dan peluang usaha banyak sehingga pantas untuk jadi sebuah provinsi.

  1. Khairil Anwar, arkeolog dari Sumenep berbicara aneka banyak temuan arkeologi di daerah Sampang. Khairil menengok kepada temuan sejarah masa silam, amat banyak temuan artefak budaya di daerah sampang yang menandakan majunya peradaban manusia saat itu. Sebuah fakta yang bisa dihubungkan dengan perkembangan sejarah di Sampang saat ini.

Sebuah pertanyaan awal yang selalu bergelayut dalam pikiran dan selama ini selalu diidentikkan dengan kekerasan. Pada hal para leluhur orang Madura adalah orang-orang hebat yang sangat menguasai teknologi transportasi laut, ilmu falaq, kemaritiman dan agraria. Peninggalan budaya kerapan sapi sebagai budaya agraris, teknologi pembuatan perahu. Barangkali kelalaian kita dalam memahami sejarah, dan sebenarnya menjadi beban moral bagi para guru sejarah yang ada di Madura.

Menurut Khairil Anwar, jejak migrasi bangsa Austronesia yang ditemukan di wilayah Sampang dan kepulauan Kangean menunjukkan bahwa mereka bukan sekedar singgah tetapi tinggal dan bersosialisasi di tanah Madura. Jejak peninggalan mereka di kepulauan Madura bukan sekedar Steping Stone tetapi mereka tinggal dan menjadi leluhur yang melahirkan orang-orang Madura saat ini. Madura menjadi alur penting dalam migrasi mereka seperti ditemukan di sekitar pemukiman di Tamberu.

Kearifan lokal Madura, salah satu bentuk adaptasi paling adaptif. Ditemukannya jejak austronesia di pantai utara Madura, menegaskan daerah Madura bukan daerah transit, tetapi juga tempat hunian. Kerangka manusia Tamberu Timur pada kedalaman 120 cm, hitungan Usia sekitar 3000 tahun, menandakan bahwa leluhur orang Madura merupakan orang berbudaya. Mereka memiliki upacara kematian, ritual berdoa membuat sesaji dan upacara.

Lebih lanjut M. Rizki Taufan menyampaikan bahwa pada mulanya Madura satu kesatuan dengan Jawa, karena berbagai peristiwa geologi, terpisah. Penyatuan ini masih bisa dilihat kesamaan-kesamaan pada kemiripan ornamen makam kuno yang ada di Madura dan di Jawa. Kesamaan yang menunjukkan memiliki hubungan yang dekat. Meski kemudian melalui proses akulturasi dengan budaya setempat sehingga memunculkan adanya perbedaan.

Madura menjadi Benteng terluar kerajaan klasik di Jawa dan menjadikannya pelabuhan atau pesisir sebagai pusat pemerintahan. Ini menunjukkan kemajuan bidang maritim di masa Majapahit berkuasa. Jalur maritim menjadi penghubung antar wilayah dengan berbagai teknologi transportasi yang ada. Di pesisir Madura banyak perahu dibuat untuk keperluan transportasi dan niaga. Hasil penelitian Sulaiman B.A (1980) mengidentifikasi ada sekitar 35 jenis perahu Madura dengan berbagai bentuk dan spesifikasinya. Bentuk yang disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan alam lingkungannya. Bukti kejayaan Madura di masa lampau dalam bidang teknologi transportasi.

Keahlian membuat perahu orang Madura terbukti pula ketika di tahun 2002 seorang ahli perahu tradisional Italia – Nick Burningham dan Philip Beale mendatangi pelaut Pulau Pagerungan H. Assad Abdullah pakar pembuat perahu tradisional untuk membuat replika perahu kayu seperti yang ditemukannya di relief dinding utara candi Borobudur. Perahu kayu berukuran panjang sekitar 18,29 meter, lebar 4,25 meter, tinggi 2,25 meter serta berat 30 gross ton (GT) (kompas, 24 Juli 20023).

Ada dua layar persegi (layar tanjak) dan bercadik ganda. Para tukang membuat perahu menggunakan bahan lokal dan tidak menggunakan besi atau paku. Perahu dibuat seperti asal, dua cadik terbuat dari bambu pilihan. Persis seperti perahu yang terdapat di candi Borobudur dan dalam catatan sejarah perahu bercadik tersebut pada abad VIII berlayar ke Africa Barat (Ghana) mengangkut Kayu Manis, perjalanan yang kemudian dikenal dengan sebutan Cinnamon Route.

Beberapa temuan arkeologi menunjukkan bahwa secara mental dan sosial mereka amat patuh kepada ibunya. Ibu sebagai pusat kepatuhan yang kemudian menjadi pedoman orang Madura mengenai kepatuhan dalam adagium babu’ bapa’, guru rato. Peran penting seorang ibu dan hubungannya dengan seorang anak yang dilahirkannya. Sehingga perempuan menempati posisi yang istimewa, dihormati sehingga di Madura sering kali perselisihan terjadi karena masalah perempuan.

Di Sampang temuan peninggalan arkeologi berupa Situs Panjilaras berada di daerah kecamatan kota Sampang, merupakan kawasan pusat kota di masa lampau. Peninggalan yang perlu dijaga kelestariannya, karena merupakan artefak yang menyimpan jejak kota Sampang di masa lampau. Situs Sumur Daksan ditandai dengan gambar dua ekor kuda (turangga) dan di tengahnya ada gambar seperti raksasa yang menunjukkan tahun pembuatan prasasti, menurut Khairil Anwar menandakan tahun keberadaannya berada di jaman kekuasaan Majapahit. Hampir semua tinggalan temuan di Sampang berada di masa kerajaan Majapahit.

Sangat disayangkan jika beberapa situs yang ada di Sampang saat ini berada dalam kondisi rusak karena tidak pahamnya masyarakat terhadap benda cagar budaya. Bahkan ada yang musnah. Kawan-kawan dari Madura Heritage banyak berharap situs-situs itu bisa terselamatkan sehingga kota ini bisa menatap perubahan-perubahannya secara historis bukan karena dongeng tetapi fakta sejarah yang pernah ada.

Hal sangat menarik dalam sarasehan tersebut diampaikan oleh pemateri baik Khairil Anwar maupun Rizki Taufan bahwa leluhur orang Madura merupakan orang-orang hebat dan mereka bukan hanya sekadar singgah di Madura tetapi mukim dan meninggalkan jejak hunian dengan berbagai kebudayaannya. Mereka sudah memiliki kepercayaan dalam berdoa, menguburkan jenazah tinggalan yang sangat berarti dan bertautan dengan masuknya Islam pertama di Madura.

Fakta sejarah menunjukkan bahwa agama Islam masuk ke Madura melalui jalur kultural, tidak melalui kuasa. Sehingga dapat beradaptasi dengan kultur masyarakat setempat. Di Madura tidak pernah ada konflik agama di masa silam, karena Islam masuk secara adaptif sehingga kebiasaan lama tidak dihilangkan tetapi diadaptasi ke dalam kultur Islam. Sejarah menjadi sangat menarik dan logis, karena dapat bersumber dari data primer, seperti tinggalan prasasti dan artefak lainnya. Sementara sumber sekunder bisa berasal dari historiografi, babad, dan penelitian kontemporer.

Sejarah Bagi Kaum Muda

Sebenarnya pelajaran sejarah merupakan pembelajaran yang sangat menarik, ketika dibawakannya dengan metode dan pendekatan yang tepat. Diskusi malam itu dengan beberapa mahasiswa dan organisasi kepemudaan yang hadir, bagi saya sangat menarik, karena mampu membuat betah mereka bertahan hingga diskusi usai. Ini pelajaran sejarah yang asyik, santai tetapi tidak kehilangan esensinya sebagai sumber pengetahuan.

Begitu penting sejarah bagi kaum muda. Sejarah bukan sekadar kisah tetapi merupakan sebuah fakta ilmiah yang perlu diketahui untuk dipelajari menyongsong masa depan. Peninggalan sejarah di Madura cukup banyak sebagaimana di Madura bagian Timur (Sumenep) dengan berbagai artefak masa silam yang menandakan bahwa leluhur orang Madura banyak ditemukan di kepulauan Kangean. Fosil yang menunjukkan bahwa leluhur orang Madura melakukan migrasi melalui jalur laut yang menandakan masa kejayaan Maritim di masa silam.

Barang kali yang perlu dipahami bahwa sejarah bisa memiliki konten yang amat luas, selain secara pure merupakan kajian kesejarahan namun yang tidak kalah menariknya data sejarah memungkinkan untuk digali nilai-nilai sosiologis dan filosofisnya dan beberapa temuan artefak memiliki nilai seni baik seni rupa, teknologi, bahasa dan kemungkinan yang lain. Sisi lain yang menarik dan perlu diaktualisasikan.

Maka ketika ada yang menanyakan mengenai pembelajaran sejarah di sekolah. Ini sangat menarik. Guru di sekolah memiliki peran yang penting untuk menjadikan pelajaran sejarah sebagai pelajaran yang menarik. Sejarah bukan pelajaran menghafal tahun perang dan kekuasaan atau menghafalkan nama-nama tokoh dalam sejarah. Namun sejarah sebenarnya adalah materi yang mampu mengajak anak didik untuk menghubungkan antara masa lalu dengan masa kini dan memprediksi masa yang akan datang. Sejarah adalah nilai-nilai yang bisa selalu dihidupkan semangatnya di setiap jaman.

Perkembangan pengetahuan pada saat ini sudah sampai pada tahap pertemuan antar displin ilmu. Sangat terbuka ketika misalnya menemukan irisan pelajaran seni, sejarah, dan bahasa. Maka sangat terbuka kemungkinan dalam sebuah pertunjukan memadukan antara ketiga mapel. Sebuah peluang bagi guru untuk mencari kesamaan capaian di antara perbedaan yang ada. Pemahaman sejarah yang lebih aktual dan pendekatan kekinian, sehingga dapat diterima kaum muda (para pelajar) dengan mudah.

Pembelajaran Sejarah Sebagai Pembelajaran yang Hidup

Pemerintah tidak perlu untuk membuat kurikulum sejarah lokal, tetapi guru memiliki peran vital untuk memasukkan unsur lokalitas dalam sejarah bangsa. Seberapa banyak dari guru sejarah di sekolah yang punya inisiatif untuk memasukkan kearifan lokal dalam pembelajaran sejarah? Lokalitas sebagai karakteristik yang membangun karakter bangsa dan keragaman bangsa. Pembelajaran sejarah menjadi sangat signifikan ketika dunia pendidikan menginginkan tertanamnya nilai-nilai pancasila dalam kehidupan berbangsa. Proyek Pengembangan Profil Pelajar Pancasila, dalam Kurikulum Merdeka memberikan peluang bagi guru sejarah memasukkan unsur lokal (sejarah lokal) dalam kegiatan.

Perubahan mindset guru sejarah amat penting, sebab perubahan mindset ini akan memberikan pengaruh dan pemahaman bagi peserta didik bahwa sejarah tidak hanya berhubungan dengan batuan dan fosil atau fakta di masa silam. Tetapi sejarah merupakan gambaran masa depan yang dapat diprediksi dan diproyeksikan.

Pembelajaran sejarah memiliki makna penting bagi peserta didik dengan banyaknya tinggalan sejarah masa lalu yang turut membangun peradaban bangsa. Bagaimana anak-anak kita bisa mengambil api semangat yang seharusnya dinyalakan tanpa henti. Bangga sebagai anak nelayan yang telah memberikan kontribusi terhadap budaya laut dan teknologi maritim di masa silam. Bangga sebagai petani yang mengajari hidup bersabar dan berproses dalam menuai hasil panen yang baik. Jadi saudagar bukan hanya pintar mencari untung tetapi juga bisa menasihati dalam hal kebaikan. Di masa silam saudagar juga sebagai penyebar agama di nusantara.

Pelajaran masa lalu banyak hilang ditelan gelombang politik kolonialisme. Sejarah hanya menjadi sekadar mengingat nama dan tahun, dan melihat artefak sebagai situs sejarah dan destinasi wisata. pada hal dari sejarah kita bisa melihat saat ini dan menatap ke arah masa depan. Maka, pelajaran sejarah menjadi sangat penting sepenting ilmu yang lain karena dari sejarah kita bisa melihat masa lalu untuk pelajaran dan membandingkannya dengan kondisi saat ini untuk melihat masa yang datang. Kesadaran yang akan muncul ketika pembelajaran sejarah tidak sekedar mengingat peristiwa tetapi mencari tahu latar dan akibat dari peristiwa sehingga pengalaman buruk tidak terulang kembali.

***

Penulis adalah Guru dan Pengelola SMAN 1 Omben

(Artikel ini telah terbit Jawa Pos Radar Madura, Juni 2023)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.