Selain kelapa, pohon siwalan atau lontar banyak tumbuh dan berkembang didaratan pulau Madura. Masyarakat setempat, memanfaatkan pepohonan yang tumbuh secara alami ini, hanya sebatas yang mereka bisa, seperti daunnya dibuat tikar, timba (untuk penyiraman tanaman tembakau), buah siwalan diolah menjadi gula merah, dan pohonnya dijadikan rangka rumah. Itupun dalam batas tentu, sementara teknologi pengembangan siwalan tidak sampai menyentuh pengenalam pada masyarakatnya. Berikut tulisan Thayyibi mengurai pemanfaatan siwalan. (redaksi)
Pohon siwalan (lontar) berasal dari India kemudian tersebar sampai keseluruh penjuru, yang diantaranya, Papua Niugini, Afrika, Australia, Asia Tenggara dan Asia tropis. Tanaman ini tumbuh melimpah di India, Myamnar dan Kamboja. Pohon berbatang lurus, tidak bercabang, tinggi 15-40 m. Kulit luar batang hitam seperti tanduk dengan urat bergaris-garis kuning. Tajuk tinggi mencapai 4 m. Tangkai daun sampai 1 m, pelepah lebar, bagian atas hitam, dengan duri tempel pada tepinya. Helaian daun bulat, berdiameter 1-1,5 in, bercangap menjari. Tangkai tongkol bunga sampai 0,5 m, membengkok, panjang bulir 20-30 cm. Buah bulat peluru, diameternya 7-20 cm, berat 1,5-2,5 kg, ungu tua sampai hitam. (Kerajinan tudungsaji, Suarna, 1995).
Pohon Siwalan atau disebut juga Pohon Lontar (Borassus flabellifer) adalah sejenis palma (pinang-pinangan) yang tumbuh di Asia Tenggara dan Asia Selatan. Pohon Lontar (Borassus flabellifer) menjadi flora identitas provinsi Sulawesi Selatan. Pohon ini banyak dimanfaatkan daunnya, batangnya, buah hingga bunganya yang dapat disadap untuk diminum langsung sebagai legen (nira), difermentasi menjadi tuak ataupun diolah menjadi gula siwalan (sejenis gula merah). Pohon Siwalan (Lontar) merupakan pohon palma (Palmae dan Arecaceae) yang kokoh dan kuat. Berbatang tunggal dengan ketinggian mencapai 15-30 cm dan diameter batang sekitar 60 cm. Daunnya besar-besar mengumpul dibagian ujung batang membentuk tajuk yang membulat. Setiap helai daunnya serupa kipas dengan diameter mencapai 150cm. Tangkai daun mencapai panjang 100 cm. (11/ 2009).
Buah Lontar (Siwalan) bergerombol dalam tandan dengan jumlah sekitar 20-an butir. Buahnya bulat dengan diameter antara 7-20 cm dengan kulit berwarna hitam kecoklatan. Tiap butirnya mempunyai 3-7 butir daging buah yang berwarna kecoklatan dan tertutupi tempurung yang tebal dan keras. Upaya menyiapkan masyarakat untuk mendapat penghasilan secara mandiri setelah berlakunya peraturan daerah tersebut merupakan hal paling utama agar program ini tidak merugikan masyarakat. Pengentasan kebiasaan mengentengkan/ menyepelehkan sebagian masyarakat dapat diawali dengan memperagakan kembali keterampilan usaha berbasis potensi lokal yang ada (pohon siwalan). Salah satunya dengan memanfaatkan potensi daerah yang masih belum dimanfaatkan secara optimal yaitu tanaman siwalan (Borassus flabelier ) yang banyak ditemui di plosok-plosok desa.
Pengelolaan tanaman siwalan terutama kegiatan pasca panen masih sangat sederhana yaitu menjual nira segar menjadi minuman legen atau laang. Minuman tersebut mempunyai beberapa kelemahan diantaranya daya tahan produk sangat rendah karena proses fermentasi, harganya hanya berkisar Rp. 5000 – 6.500 setiap 1600 ml, serta dikemas dalam wadah botol air mineral bekas. Keterbatasan pengetahuan dalam mengelola siwalan menjadi produk bernilai jual tinggi, konsumen yang lebih luas, dan daya simpan produk lebih lama diduga membuat masyarakat Pragaan enggan menjadikan potensi siwalan menjadi sumber pendapatan utama. Buah siwalan juga masih belum diusahakan lebih lanjut menjadi produk bernilai tinggi. Sehingga pelatihan keterampilan masyarakat melalui peningkatan teknologi pasca panen tanaman siwalan diangap langkah tepat untuk mereduksi label kampung pengemis bagi Pragaan, menjadi kampung kreatif melalui berbagai produk inovatif berbasis siwalan. Terutama untuk menyiapakan masyarakat terhadap lahirnya peraturan daerah larangan mengemis bagi masyarakat Sumenep.