Tatanan Nilai Idealistik Orang Madura

D. Zawawi Imron

D. Zawawi Imron

Kalau ada orang Madura yang berbuat aniaya, malas, suka menipu dan manipulasi, suka mengganggu hak orang lain, jelas ia telah keluar dari tatanan nilai idealistik sebagai konsensus yang telah disepakati bersama. Sikap tercela lainnya dalam pandangan hidup orang Madura, raja cethak (besar kepala alias sombong), acethak dhuwa’ (berkepala dua alias munafik), tama’  (rakus), dan lain-lain. Sikap seperti itu harus dihindari karena bisa merusak persaudaraan dan pergaulan.

VII

Dari uraian di atas, barangkali telah bisa dilihat sosok budaya manusia Madura, yang idealistik yang masih relevan untuk dijadikan bekal membangun masa depan yang lebih baik. Dalam buku “Mempertimbangkan Tradisi”, WS. Rendra menyatakan bahwa, tradisi itu tidak seluruhnya harus digusur habis. Manusia sekarang perlu bersikap kreatif terhadap tradisi. Maksudnya, bagian tertentu dari tradisi yang sudah beku harus dibuang karena ia bisa menghambat dinamika kehidupan.

Tradisi yang tidak pernah dikelola secara kreatif dan kritis sama dengan jalan-jalan di tempat, tidak akan pernah maju kedepan. Sedang waktu terus akan berjalan bersama arus modernitas. Sekelompok manusia yang disebut masyarakat yang memeluk tradisi secara kaku tidak akan bisa menjawab permasalahan-permasalah kehidupan yang nantinya semakin kompleks.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.