Sandhur Pantel: Pembuka Pintu Langit

Sebagaimana kesenian tradisional, kesenian ini diperoleh secara turun menurun dari generasi ke generasi. Para pelaku kesenian ini menerima warisan secara utuh serta tidak berani membuat perubahan. Karena adanya sebuah anggapan, perubahan dalam bentuk apa pun akan menyebabkan musibah (sakit) terutama kepada para pelaku.

Prosesi Ritual

Konon, Jalinan cerita yang terdapat dalam kesenian tradisional ini berasal dari tamsil kisah nabi Zakaria. Pada suatu masa di desa Ambunten Barat hiduplah seorang anak bernama Sandhur, anak remaja tersebut adalah seorang muslim yang sangat taat. Walaupun Sandhur hanya seorang penggembala kambing, namun kesalehannya telah menjadi buah bibir. Hal tersebut menimbulkan sikap iri dari seseorang yang tidak ber-agama (si kafir). Si kafir berniat mencelakakan Sandhur, supaya Sandhur tidak menyebarkan agama Islam kepada penduduk. Karena si kafir akan kehilangan wibawa di mata penduduk yang meng-kultuskannya.

Ketika Sandhur sedang menggembalakan kambing-nya di gunung, si kafir telah berencana melakukan pembunuhan terhadap Sandhur. Namun niat jahat tersebut tidak cepat terlaksana, karena Sandhur yang dicari-cari hilang bagaikan di telan bumi. Secara gaib, Sandhur diselamatkan oleh Sang Pencipta dengan cara dimasukkan ke dalam sebuah pohon besar. Proses ini yang dikisahkan sebagai Sandurrelang.

Si kafir sama sekali tidak putus-asa ketika kehilangan jejak Sandhur buruannya. Niat  untuk membunuh semakin membakar. Perasaan marah, geram semakin membulatkan tekad untuk tidak melepaskan Sandhur, manusia yang paling dibencinya. Setelah melakukan meditasi, ada suara gaib yang memberitahukan persembunyian Sandhur. Ternyata Sandur tidaklah jauh dari tempat dimana si kafir memusatkan pikirannya. Setelah mengetahui persembunyian Sandhur, tanpa berfikir panjang lagi si kafir mengambil gergaji. Tanpa membuang waktu lagi, pohon besar tersebut langsung di gergaji dan dipotong di bagian tengah.

Response (1)

  1. Kebudayaan Madura harus dilestarikan, agar tidak lekang dimakan usia, karena di jaman ini sudah banyak sekali kaum muda yang tidak mempedulikan lagi kebudayaan leluhurnya,,,

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.