Rokat Bârlobârân, Permohoan pada Musim Hujan Agar Membawa Berkah

Ibu-ibu bebondong-bondong menuju Goa Kandhalia untuk ikut serta melaksanaan rokat bârlobârân (foto Siti Aisyah)

Rokat adalah istilah dalam bahasa Madura (Jawa: ruwat) yang berarti selamatan (sedekah). Rokat adalah upacara ritual untuk menghalau atau menghilangkan kesialan, nasib buruk, dan malapetaka yang menimpa atau mengancam seseorang atau sekelompok orang. Masyarakat Madura mengenal berbagai jenis rokat antara lain, rokat baliun, rokat bumi, rokat desa, rokat pandhaba, rokat sanjata (Tim Penyusun Ensiklopedi Pamekasan, 2010: 314).

Bentuk rokat biasanya berupa selametan (sedekah) atau pesta bersama. Orang Madura seperti halnya orang Jawa, pada dasarnya memiliki orientasi kehidupan dua alam yakni alam semesta (makrokosmos) dan alam diri sendiri (mikrokosmos). Keseimbangan antara dua alam tersebut senantiasa diupayakan dan dijaga agar supaya hidup dan kehidupan selalu harmonis (Soegianto, 2003: 90).

Rokat bârlobârân adalah ritual tradisi yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Langsar Kecamatan Saronggi, Kabupaten Sumenep, merupakan rokat yang terkait dengan kesuburan tanah pertanian. Rokat bârlobârân merupakan ritual tahunan yang secara tradisi dilakukan dua kali dalam setahun, yaitu rokat minta hujan atau sebagai rokat pembuka dan rokat syukur sebagai rokat penutup.

Muhammad Hasan (13 Oktober 2018) mengatakan bahwa istilah bârlobârân dalam bahasa Madura berasal kata “lobâr” yang berarti usai, selesai, atau akhir, sehingga dapat disimpulkan bahwa arti istilah bârlobârân adalah selesai atau    lebih    tepatnya “penyelesaian”. Pelaksanaan rokat minta hujan atau sebagai rokat pembuka biasanya sebelum musim            hujan  tiba      yaitu    antara bulan Oktober-November.

Rokat  pembuka        ini merupakan ungkapan permohonan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar musim kemarau segera selesai dan segera  turun hujan atau lebih tepatnya sebagai ungkapan menyambut musim penghujan. Pada musim penghujan merupakan masa tanam, yaitu masyarakat akan melaksanakan bercocoktanam, dan dengan melaksanakan rokat ârlobârân diharapkan hasil panen dapatmelimpah.

Demikian halnya, setelah masa panenselesai dan masyarakat dapat menikmati hasil panen sebagai hasil jerih payah bertani, masyarakat  melaksanakan rokat syukur atau rokat penutup dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen setelah semua masyarakat memanen hasil  tanamannya. Rokat syukur biasanya dilaksanakan sebelum musim kemarau datang yaitu antara bulan Ferbuari-Maret.

Waktu pelaksanaan ritual inti dalam rokat bârlobârân  baik  ritual  pembuka  maupun ritual  penutup,  selalu  dipilih  hari  Sabtu.Tempat pelaksanaan rokat bârlobârân yang inti berpusat di Goa Khandalia yang terletak di Dusun Karoka Desa Langsar, yaitu suatu tempat yang dianggap sakral oleh masyarakat sekitar.

Suasana peristiwa rokat bârlobârân tampak ramai selayaknya pesta desa. Penduduk desa beramai-ramai berkumpul bersama untuk mendukung pelaksanaan rokat bârlobârân, baik sebagai jamaah yang aktif maupun sebagai penonton pasif, semuanya berbaur menjadi satu dalam peristiwa ritual. Pelaksanaan rokat bârlobârân yang diwujudkan melalui aktivitas berbagai tahap ritual dan harus dilengkapi dengan berbagai sarana atau sesaji yang banyak jenisnya.

Berangkat dari latar belakang tersebut sehingga mendorong peneliti tertarik untuk melakukan pengkajian lebih dalam terhadap tata cara pelaksanaan rokat bârlobârân Desa Langsar Kecamatan Saronggi Kabupaten Sumenep.

Tata Cara Pelaksanaan Rokat Bârlobârân di Desa Langsar

Rokat bârlobârân merupakan ungkapan puji dan rasa syukur masyarakat Desa Langsar Kecamatan Saronggi Kabupaten Sumenep. Mengingat daerah tersebut termasuk dataran tinggi yang kering, sehingga sulit untuk bercocok tanam. Tradisi cocok tanam yang bisa dilakukan yaitu macam ubi-ubian, maka warga desa langsar dan sekitarnya mempunyai tradisi yaitu ritual untuk meminta hujan. Rokat bârlobârân dilakukan oleh para kerabat keturunan sesepuh ahli waris pertapa dan masyarakat setempat. Melalui rokat ini masyarakat berharap keselamatan, kesejahteraan, dan ketentraman serta kesuburan senantiasa dilimpahkan.

Pelaksanaan rokat bârlobârân dapat dipamerkan pada diri para rokat sendiri dan kepada orang lain, serta menyajikan melalui simbol-simbol budaya yang dapat diamati dan dimaknai. Simbol seni adalah sesuatu yang diciptakan oleh seniman dan secara konvensional digunakan bersama, teratur, dan benar-benar dipelajari, sehingga memberi pengertian hakikat “karya seni”, yaitu suatu kerangka yang penuh dengan makna untuk dikomunikasikan kepada yang lain, kepada lingkungannya, dan pada dirinya sendiri, sekaligus sebagai produk dan ketergantungan dalam interaksi sosial (Hadi, 2007: 90).

Peran simbolik pada rokat bârlobârân terlihat pada sesaji rokat berkatitan dengan latar belakang masyarakat sebagai petani sehingga yang digunakan yaitu hasil bumi dan masyarakat percaya terhadap hal-hal mistis yang dipercayai dan diyakini oleh masyarakatnya.

Prosesi pelaksanaan rokat bârlobârân secara tradisi selalu dilaksanakan secara bertahap yang terdiri dari empat tahap ritual baik pada rokat bârlobârân pembuka maupun penutup. Rangkaian prosesi tersebut meliputi: (1) rokat persiapan,yaitu kegiatan rapat desa untuk membicarakan persiapan pelaksanaan rokat bârlobârân; (2) rokat ngorok somor, yaitu pengambilan air dari tujuh sumur yang ada di Desa Langsar dan sekitarnya; (3) rokat accâm rajâ; dan. (4) rokat bârlobârân, sebagai tahapan rokat yang paling inti yang bertempat di Goa

Kandhalia. Pelaksanaan rokat memerlukan waktu kurang lebih 1 bulan.

Selain adanya prosesi secara bertahap, dalam rokat bârlobârân juga dilengkapi dengan berbagai sarana. Sarana-sarana tersebut selain berupa makanan siap saji, salah satu di antaranya juga penampilan pertunjukan cahé, yaitu perunjukan seperti orang menari, tetapi bukan tari bentuk seperti biasanya yang ada di Madura disebut dengan tandhâng.Adapun tata cara penyelenggaraan rokat bârlobârân tersebut meliputi hal sebagai berikut.

Waktu Pelaksanaan

Rokat Bârlobârân merupakan sebuah hal penting dan keharusan utamanya bagi kerabat keturunan ahli tapa serta warga masyarakat desa Langsar dan sekitarnya. Oleh karena itu, waktu untuk malaksanakan Rokat Bârlobârân juga dipilih berdasarkan kriteria tertentu dan juga ada batasan dalam jangka waktu tertentu secara tegas baik awal dan akhir pelaksanaan.

Menurut Hasan yang memilki gelar sebagai juru kunci Gua Khandalia bahwa dalammenentukan waktu yang tepat dalam melaksanakan rokat bârlobârân terlebih dahulu melakukan musyawarah bersama kerabat keturunan Agung Wali Tunjung yang dipimpin oleh seorang yang dikenal kenal sebutan tokang potos, dan apabila dalam waktu dekat belum ada tindakan maka sesepuh Agung Wali Tunjung akan datang ke dalam mimpi dari salah satu kerabat keturunan bahwa segeralah laksanakan rokat bârlobârân. Maka dari itu, dari sekian lamanya umur rokat bârlobâân belum pernah terlewati artinya setiap tahun selalu dilaksanakan (Hasan, wawancara, 13 Oktober 2018).

Rokat bârlobârân dalam satu tahun dilaksanakan dua kali yakni akhir musim kemarau dan pertengahan musim hujan. Rokat pertama yaitu pada saat akhir musim kemarau, biasanya warga menyebutnya dengan sebutan mabẻli nẻmor ngambâk nẻmbẻrẻk artinya mengembalikan musim kemarau menyambut musin hujan yang dilaksanakan tidak dekat dan jauh antara bulan 10-11. Rokat kedua yaitu pada saat akhir musim hujan yang dilaksanakan tidak dekat dan jauh antara bulan 3-4 saat tanaman jagung mulai tua.

Adapun maksud dan tujuan dari pelaksanaan upacara adat ini, adalah pada pelaksanaan pertama pada akhir musim kemarau, tujuannya memohon agar musim penghujan yang akan datang berjalan dengan baik, membawa berkah, dan semua tanaman khususya ubi-ubian akan berhasil dengan baik atau mendapat hasil yang melimpah. Sedangkan pada pelaksanaan kedua yaitu pada akhir musim penghujan, tujuannya adalah untuk menyampaikan rasa terima kasih/puji syukur karena musim penghujan berjalan dengan baik dan memberikan kesejahteraan pada masyarakat sekitar, khususnya masyarakat desa tersebut.

Tempat Pelaksanaan

Tempat pelaksanaan merupakan tempat berlangsungnya proses rokat bârlobârân yang terdapat di 3 Desa yaitu Desa Langsar, Kebundadap, dan Tanjung. Tempat pelaksanaan ritual dilaksanakan diberbagai tempat diantaranya Gua Khandalia, sumur atau sỏmỏr¸pohon asam atau accẻm râjâ, dan tempat-tempat yang menjadi sejarah dalam rokat seperti bujuk dan tegalan. Hal ini dikarenakan dalam sejarahnya sesepuh menjalani proses demi proses yang meninggalkan jejak maka dari itu dari sejak dulu hingga sekarang tetap di ingat dan selalu dilalui saat pelaksanaan rokat bârlobârân.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.