oleh Lilik Rosida Irmawati
Keragaman Seni Pertunjukan Sandhur
Upacara ritual yang berkaitan dengan prosesi perjalanan hidup manusia pada era millenium ini masih banyak dilakukan oleh masyarakat, terutama masyarakat tradisional. Walaupun telah hidup di jaman modern, masyarakat petani ataupun masyarakat nelayan tradisional menggunakan upacara ritual sebagai sarana berhubungan dengan makhluk-makhluk gaib ataupun media komunikasi dengan Zat Tunggal, pencipta alam semesta. Setiap melakukan upacara ritual, media kesenian menjadi bagian yang tak terpisahkan dari seluruh proses kegiatan. Masyarakat di dataran pulau Madura menyebutnya Sandhur atau Dhamong Ghardham.
Sandhur atauDhamong Ghardam merupakan ritus yang ditarikan, dengan berbagai tujuan antara lain ; untuk memohon hujan, menjamin sumur penuh air, untuk menghormati makam keramat, membuang bahaya penyakit atau mengenyahkan musibah/bencana. Ada pun bentuk ritual ini berupa tarian dan nyanyian diiringi oleh musik. Gerakan tarian dalam pelaksanaan ritual tidak lebih dari penyesuaian irama tubuh disesuaikan dengan gerakan tari daerah setempat. Irama tubuh muncul spontan dari nyanyian atau musik. Adakalanya satu atau dua peserta mengalami kesurupan (trance), karena memang dikondisikan oleh pawang/dukun sebagai mediator dalam berhubungan dan berdialog dengan makhluk dari alam lain.
Ada pun tempat-tempat yang sering diadakan upacara ritual ini di persimpangan jalan, yang bertujuan membuang pengaruh negatif, antara lain ; rokat dangdang ; ruwatan persimpangan, rokat somor, , rokat bhuju’ ; ritus di makam keramat, rokat tekos jhaghung ; ruwatan melawan tikus pemakan jagung. Prosesi tersebut biasanya dipimpin oleh seorang dukun, yang bertugas membacakan doa-doa dalam bahasa Madura dan Arab secara bergantian. Sebagian dari prosesi Dhamong Ghardam ada yang mempergunakan alat-alat musik selama ritual, seperti musik tong-tong atau pun musik Saronen. Sebagian dari para pelaku ritus tidak memasukkan unsur musik selama proses ritual, karena merupakan ketetapan bentuk baku. Pelanggaran dalam penyelenggaraan akan menyebabkan musibah (sakit).
Kebudayaan Madura harus dilestarikan, agar tidak lekang dimakan usia, karena di jaman ini sudah banyak sekali kaum muda yang tidak mempedulikan lagi kebudayaan leluhurnya,,,