Jalinan kisah hilangnya Sandur, “Sandur hilang – Sandur-elang, Sandurelang” yang menjadi ruh dari kesenian ini. Pada acara pembukaan, kisah ini menggambarkan Sandurrenang, namun dalam penutupannya adalah Sandurelang. Tujuan akhir setelah melafalkan bait-bait yang ada adalah untuk membebaskan diri dari semua penyakit, semua mara-bahaya dan musibah. Hal itu sesuai dengan tamsil, ketika Sandur dapat raib karena pertolongan Allah SWT. Demikian pula harapan yang terpendam dalam setiap kalbu pewaris kesenian ini, melalui lafal-lafal doa semua permohonan akan didengarkan dan terkabul atas kehendak Allah SWT.
Sandhur Pantel merupakan perpaduan seni gerak (tari), seni musik dan seni suara (tembang). Dalam setiap pementasan sandur Pantel dimainkan oleh pria dan wanita, terdiri dari 13 penabuh laki-laki, 5 penembang wanita (cerita ditembangkan), 1 orang “penegas” (ketua, memberikan improvisasi berdasarkan cerita baku) dan 14 orang sebagai penari. Ada pun gerakan tarian pada Sandhur Pantel ada 14 gerakan tari dan durasi pementasan kurang lebih 5 s/d 6 jam.
Pementasan Sandhur Pantel biasanya dilaksanakan pada malam hari, dibagi dalam dua babak. Dengan komposisi lingkaran, paling belakang adalah para penabuh, di depan penabuh adalah penembang wanita dalam posisi duduk (posisi duduk berganti posisi berdiri) ketika para penari merubah posisi duduk ke posisi berdiri ataupun dalam gerak ragam melingkar. Di depan penembang wanita, ketua dari seni Sandhur Panthel membantu memberikan improvisasi lagu ataupun penegasan cerita (berdasarkan cerita baku). Sedangkan posisi terdepan dalam bentuk lingkaran, adalah para penari berjumlah 14.
Dalam setiap pementasan, pembukaan acara di buka dengan gending Mantre Anom, dilanjutkan dengan melantumkan doa pujian bis-jabis adualla, bat-tobat adialla, wuattalla, alim mas-taiman, alim mas-taiman, hilangan monhardham, hilangan tobat, adujabis, alan-alan adi tobat, tobat-tobat, sandhurrennang, sandhurrennang, pak lamo, alim mastah kafirullah, buju’ambang minta dikkir. Tarian-tarian yang dibawakan sesuai dengan pengaturan komposisi, dengan gerakan-gerakan sederhana, dari posisi duduk berubah ke posisi melingkar ataupun berubah ke posisi berdiri.
Kebudayaan Madura harus dilestarikan, agar tidak lekang dimakan usia, karena di jaman ini sudah banyak sekali kaum muda yang tidak mempedulikan lagi kebudayaan leluhurnya,,,