Pengaruh Islam dalam Sistem Birokrasi Pemerintahan Sumenep

Struktur masyarakat di Indonesia pada masa permulaan kedatangan Islam dalam beberapa hal masih melanjutkan tradisi masa Indonesia-Hindu. Hal itu terutama dapat diketahui karena budaya Hindu di Indonesia kebanyakan menyentuh lapisan kaum bangsawan dan raja-raja.[31] Pada umumnya sebutan raja sebagai kepala pemerintahan yang tertinggi pada kerajaan-kerajaan Islam masih memakai nama-nama atau sebutan-sebutan seperti lazimnya untuk para raja pada masa sebelum berdirinya kerajaan Islam, seperti panembahan, sultan, susuhunan, maulana, dan raja. Sartono Kartodirdjo menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan pengertian raja adalah seseorang yang menyatukan pelaksanaan kekuasaan tertinggi dan berbagai lambing magis dan mistis, yang menyatukan kualitas perlengkapan-perlengkapan itu.[32]

Di Sumenep, hal seperti di atas juga diterapkan di dalam Kerajaan Sumenep. Masuknya Islam ke dalam kerajaan sejatinya tidak mengubah banyak struktur birokrasi kerajaan. Warisan budaya pemerintahan yang feodal masih diteruskan hingga masuknya Islam ke dalam kerajaan. Ini terbukti dengan suksesi yang dilakukan di kalangan raja-raja Sumenep yang masih menurunkan tahtanya kepada keturunan keluarganya. Sampai pada abad ke-20 bangsawan di kalangan keluarga raja Sumenep juga masih memiliki posisi yang berbeda dan tinggi di kalangan masyarakat. Dalam hal ini dengan masuknya Islam kiranya tidak mempengaruhi masyarakat dan raja dalam memandang posisi kaum bangsawan.

Hanya saja, saat masuknya Islam ke kalangan keraton Sumenep, raja-raja membangun institusi sosial, seperti masjid dan alun-alun. Pada tahun 1639, Pangeran Anggadipa mendirikan masjid di desa Kepanjen, Sumenep. Nama masjidnya sering disebut Masegit Laju yang berarti masjid lama. Menurut tutur cerita masyarakat setempat, Pangeran Aggadipa adalah raja yang dekat dengan rakyatnya. Keberadaan masjid sekiranya tidak berlebihan bila disebut bukti kedekatannya dengan rakyat. dengan pendirian masjid, terdapat ruang interaksi antara berbagai golongan sehingga juga dapat menjadi ruang penyatu antara pemimpin dengan rakyatnya. Saat pemerintahannya, Pangeran Anggadipa membawa perubahan yang berarti bagi perkembangan Islam di Sumenep. Perubahan tahun Saka yang berdasarkan peredaran matahari menjadi tahun Jawa berdasarkan kalender Hijriah yang dipergunakan Islam diterapkan di Sumenep dan mendapatkan respons positif dari masyarakat Sumenep.[31]

Ilmu agama Islam yang dianut raja-raja di Sumenep juga banyak mempengaruhi tindakan dan keputusan pada saat pemerintahannya. Misalnya, pada masa kekuasaan Panembahan Somala. Sebelum ia memutuskan sesuatu yang melibatkan masyarakat, ulama-ulama diajak bermusyarawah di keraton. Pada masa kekuasaanya, Panembahan Somala membangun komplek keraton. Di dalam struktur pemerintahannya, secara hirarki dilibatkan pengurus-pengurus agama, seperti penghulu keraton, khatib, tukang adzan, dan marbot masjid. Pada masanya pula, masjid lama diperbaiki dan masjid baru, masjid jamik yang sekarang, didirikan sebagai wakaf, sehingga harus terus dijaga oleh raja-raja setelahnya.

Raja-raja yang berkuasa dalam periode ini

Dari periode siapa Sumenep mulai dipimpin oleh raja beragama Islam adalah pertanyaan pokok pada pembahasan kali ini. Sejatinya, masih banyak perdebatan, baik di kalangan akademisi maupun masyarakat di Sumenep sendiri mengenai raja pertama Sumenep yang beragama Islam. Perdebatan ini didasari atas perbedaan pendapat tentang waktu kedatangan Islam ke wilayah Sumenep.

Bila merujuk pada sub-bagian di atas, secara garis besar dapat ditarik semacam kesimpulan bahwa ada empat pendapat mengenai siapa raja Sumenep pertama yang beragama Islam, yaitu Panembahan Joharsari, Panembahan Mandharaka, Jokotole, dan Tumenggung Kanduruwan. Untuk itu pada sub-bab ini, agar jelas siapa saja para raja beragama Islam yang pernah berkuasa di Sumenep, di bawah ini dipaparkan raja-raja Sumenep yang beragama Islam berdasarkan keempat pendapat di atas.

_________________

29 Nugroho Notosusanto, dkk., Sejarah Nasional Indonesia Jilid III, Jakarta: Balai Pustaka, 2010 hal. 205.
30 Ibid., hal. 207.
31 Iskandar Zulkarnain, dkk., Op.Cit., hal. 84.

Tulisan bersambung:

  1. Masa Kejayaan Kerajaan Sumenep Pra Islam
  2. Raja-raja Sumenep yang Berkuasa Masa Pra Islam
  3. Peperangan Periode Koloneal di Tanah Sumenep
  4. Kerajaan Sumenep Masa Periode Islam
  5. Masa Keemasan Zaman Sultan Abdurrahman
  6. Pengaruh Islam dalam Sistem Birokrasi Pemerintahan Sumenep
  7. Hubungan Kerajaan Sumenep dengan Belanda
  8. Pengawasan VOC Tidak Seketat Madura Barat
  9. Konflik yang Mengakibatkan Keruntuhan Kerajaan Sumenep

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.