Makam Diponegoro Jadi Kontroversi

Jejak Sejarah Masih Lemah

Kebenaran sdiponegoro oal keberadaan makam Pangeran Diponegoro asli yang terletak di Utara Asta Tinggi Sumenep menjadi perhatian dan banyak pengunjung. Sebab, makam Pangeran Diponegoro yang selama ini tercatat dalam sejarah berada di Makassar. Karena itu, banyak pengunjung terutama kalangan mahasiswa yang tertarik dan penasaran terhadap keberàdaan makam tersebut.

Hal tersebut diakui Masykur Arief Rahman, salah seorang peneliti muda asal UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta. Cerita tentang adanya makam Diponegoro yang berada di Asta Tinggi Sumenep menarik perhatiannya untuk mengunjungi lokasi tersebut.

“Kita kesini sebenarnya ingin mendapatkan informasi lebih detail tentang kabar makam Diponegoro itu. Bagi saya ini aneh. Dalam mata pelajaran sekolah, makam Pangeran Diponegoro itu ya di Makassar. Tahu-tahu kok malah ada kabar di Sumenep. Makanya kami tertarik untuk mencari informasi lebih detail,” ujar Masykur, Minggu (10/2) kemarin.

Namun demikian, kabar keberadaan makam Diponegoro tersebut dinilai masih lemah jika ditilik dan perspektif sejarah. Sebab, menurut Masykur, bukti-bukti kongkrit yang menguatkan bahwa makam tersebut asli masih harus dicari dan dikaji ulang.

“Informasi yang saya dapatkan tadi, satu-satunya bukti dapat memastikan bahwa itu Pangeran Diponegoro asli adalah tulisan di batu nisan. Nah, batu nisan itu tidak sempat kami lihat. Bertuliskan apa dan seperti apa bentuk tulisannya. Apa lagi bangunan makam itu dikunci, tak seoranpun yang bisa masuk ke sana,” tambahnya.

Pernyataan tersebut dibenarkan oleh Abdurrazak Gazani (82), juru kunci Asta Tinggi yang bekerja sejak tahun 1982. Ia menuturkan, penemuan Makam Pangeran Diponegoro itu sebenarnya adalah orang Ujung Pandang sendiri.

“Pada waktu itu, orang Ujung Pandang itu datang ke Bapak Sulaiman pegawai Disbud untuk mencari makam di belakang Asta Tinggi. Katanya dia mendapat semacam wangsit dari Pangeran Diponegoro sendiri bahwa makam Pangeran Diponegoro yang asli itu ada di Sumenep,” ungkapnya.

Lebih lanjut ia memaparkan, bahwa makam Pangeran Diponegoro yang di Makassar merupakan makam palsu. Sebab, waktu Pangeran Diponegoro mau dibuang ke Makassar oleh Belanda, dia masih di bawa pulang ke Sumenep. Saat di bawa ke Sumenep, karena khawatir Pangeran Diponegoro di bunuh oleh tentara Belanda, Sultan Abdurrahman kemudian menggantinya dengan orang yang mirip Pangeran Diponegoro.

“Ceritanya begitu. Cuma pihak kementrian dulu melarang adanya penerbitan sejarah karena dinilai akan meresahkan warga. Dan kabar tentang batu nisan hi- lang yang menjadi bukti bahwa makam itu merupakan Pangeran Diponegoro asli itu tidak benar. Sekarang masih ada, cuma di simpan karena takut ada yang mencuri,” papar Abdurrazak tanpa menyebutkan tahun kapan pihak kementrian mengunjungi Asta Tmggi. (aqu/h4d)

disunting dari Harian Kabar Madura, 11 Pebruari 2013

Responses (2)

  1. waaah…dasarnya info sepertix kurang valid yaa.. kok bsa sejarah itu dtgx dari wangsit???

    1. Kepercayaan dan keyakinan masyarakat kerap berbenturan dengan realitas. Masa lalu merupakan misteri yang kadang sulit diungkap. Kini tugas sejarawan untuk mengungkap kebenaran, sebab, “tugas teori sejarah adalah menyusun kepingan masa lalu, hingga kita bisa mengenal kembali wajahnya”(F.R. Ankersmit)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.