Asal-Usul Desa Lombang

Rama Kaè, Ramalan Musim, Dan Kematian Yang Tak Bisa Dihentikan
Gambar: Tamar Saraseh

ilustrasi: Tamar Saraseh

Kehidupan semakin liar. Orang-orang yang berdatangan dengan maksud berdagang tak hanya membawa rempah-rempah, kain, dan segala keperluan kehidupan sehari-hari. Mereka juga sudah mulai berani membawa seorang penghibur yang menemani penjudi-penjudi itu sepanjang malam.

Riasannya dibikin seminor mungkin. Wajahnya yang dipoles lipstik sedemikian rupa dengan parfum menyengat hidung setiap laki-laki yang sedang mabuk dengan gaya bicara merayu dan mendayu mampu membuat malam semakin ingar dan permainan judi semakin menjadi-jadi di setiap jengkal kota pesisir itu. Yang paling ekstrim, perempuan-perempuan itu juga menyediakan tubuhnya untuk dinikmati dengan imbalan setimpal, maka mulai berdirilah warung remang-remang.

Kehidupan kota pesisir itu berubah drastis. Kaum laki-lakinya mulai tak betah di rumah. Siang hari mulai malas-malasan untuk bekerja. Perdagangan dikuasai oleh orang-orang asing yang memang sengaja memanfaatkan situasi itu. Warung remang-remang dan penjualan minuman keras semakin laku keras sedang kaum perempuan mulai khawatir akan ditinggalkan suami-suami mereka.

Dalam waktu dekat, isteri-isteri mereka mulai berubah. Mereka juga enggan bekerja. Mereka hanya berdandan dan memperindah dirinya agar tak kalah dengan perempuan-perempuan jalang yang sengaja didatangkan dari luar. Mereka mulai melirik dan menggoda setiap lelaki yang lewat. Tak peduli sudah punya isteri atau pun tidak. Bagi mereka yang penting adalah berhasil menggoda apalagi merayu lelaki-lelaki itu untuk menidurinya. Dengan cara itulah mereka bisa balas dendam terhadap suami-suami mereka dan juga mendapatkan penghasilan yang lebih menguntungkan.

Semakin hari kehidupan di kota pesisir itu semakin parah. Hutang karena kalah judi menumpuk. Perekonomian mulai dikuasai orang-orang asing yang datang dari negeri entah. Kebutuhan sehari-hari juga menuntut diberi bagian. Kebergantungan untuk berjudi begitu menggebu. Keinginan bersenang-senang dengan perempuan cantik yang dibanderol dengan harga tak begitu mahal juga meluap-luap. Kekacauan dalam diri mereka mulai terjadi.

Hal itu berdampak pada terjadinya peristiwa perampokan yang sesekali menelan korban jiwa. Sesekali ditemukan perempuan penghibur mati berlumur darah dari kedua bibir dan bagian belakang kepalanya di kamar yang sengaja dibuat khusus melayani pelanggannya. Perkosaan pada anak perempuan di bawah umur juga mulai ada. Pertengkaran antara pedagang asing dengan masyarakat karena mereka terus menagih hutang setiap bertemu juga sering terjadi.

Responses (2)

  1. ijin mengambil sedikit informasi dari website saudara sebagai kebutuhan pembuatan buku terkait sejarah Desa Lombang sendiri

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.