Warisan Sastra Lisan Madura, Sebuah Perkenalan

  Oleh : D. Zawawi Imron

Mamaca, salah satu bentuk sastra lisan Madura

Karena itu tradisi lisan di Pulau Madura pernah hidup sastra lisan dengan subur. Kesenian tradisi lisan itu merupakan pernyataan jiwa orang Madura di tengah-tengah kehidupan. Alam Madura yang sebahagian gersang telah melahirkan suara-suara yang menyatakan rasa seni dalam menjawab tantangan alam. Alam yang berbukit-bukit dengan tumbuh-tumbuhan yang khas telah melahirkan seniman yang menyuarakan gairah kehidupan.

Ketika sastra tulis tidak begitu subur, sastra lisan menjadi sesuatu yang niscaya, karena pertanyaan dan persoalan-persoalan kehidupan tidak bisa dijawab dengan bisu. Suara nurani, detak jantung, desiran darah, kegetiran hidup, penderitaan dan rasa senang akan tampil memperdengarkan suara suara terdalam kemanusiaan.

Dalam makalah ini saya akan berusaha membicarakan beberapa seni lisan yang terdapat di ujung timur pulau Madura, tepatnya di wilayah Kabupaten Sumenep. Dengan catatan apa yang terdapat di wilayah ujung timur ini sebagiann besar juga terdapat di wilayah-wilayah lain di pulau Madura. Makalah ini diharapkan memberi sedikit gambaran tentang tradisi lisan di pulau Madura. beberapa warisan tradisi lisan di Madura :

Mengingat di pulau Madura banyak terdapat pesantren, maka tidak mustahil kalau pernah tumbuh subur sastra pesantren. Sastra pesantren ialah sastra keagamaan yang berpusat di pesantren. Karena pesantren merupakan tempat pendidikan agama, maka sangat besar andilnya dalam pengembangan karangan-karangan keagamaan yang bernilai sastra.

Di antara salah-satu bentuk sastra pesantren ialah syi’ir yang berasal dari salah-satu bentuk puisi Arab. Pada umumnya syi’ir itu ditulis oleh para santri zaman dahulu di luar waktu-waktu belajar. Ketika di pesantren belum adaa madrasah seperti sekarang, maka santri-santri yang bertempat tinggal atau mondok di kompleks kediaman kiai itu mempunyai banyak waktu terluang untuk menggubah syi’ir. Meskipun demikian para kiai banyak juga yang menulis syi’ir.

Biasanya syi’ir itu dilagukan dengan suara merdu dan dan penggemarnya banyak sekali di luar pesantren. Syi’ir itu mempunyai lagu-lagu yang bermacam-macam dan masing-masing pesantren ada yang mempunyai variasi sendiri-sendiri.

Bentuk syi’ir ini sama dengan syair dalam sastra Melayu, yang terdiri dari empat bait dengan pola rima a a a a.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.