Ketika sastra tulis tidak begitu subur, sastra lisan menjadi sesuatu yang niscaya, karena pertanyaan dan persoalan-persoalan kehidupan tidak bisa dijawab dengan bisu. Suara nurani, detak jantung, desiran darah, kegetiran hidup, penderitaan dan rasa senang akan tampil memperdengarkan suara suara terdalam kemanusiaan.