Kemarau panjang, tentu akan menjadi persoalan tersendiri masysrakat, khususnya bagi masyarakat tani di pedesaan. Hal ini juga dirasakan oleh masyarakat Madura. Salah satu usaha yang kerap dilakukan oleh masyarakat tradisional Madura, yaitu dengan cara melakukan ritual permohonan minta hujan kepada Yang Maha Pencipta.
Pada musim kemarau tahun ini, warga Dusun Akkor Daya Kecamatan Palengaan, Kabupaten Pamekasan, sangat berharap agar air hujan segera turun, mengingat kebutuhan pokok pertanian di dusun tersebut, sudah tidak dapat diharapkan lagi. Sumber air yang makin menyusut dan tanah tegalan tampak gersang dan tandus.
Untuk itu masyarakat setempat, Jum’at, 24 Oktober 2014, menggelar ritual berupa tradisi Okol, dengan harapan dengan tradisi ritual ini menjadi berkah bagi warga dan masyarakat setempat. Tradisi Okol, merupakan salah satu bentuk tradisi “pertarungan bebas” perorangan yang diikuti oleh warga. Okol sejenis permainan olah raga gulat diikuti oleh kalangan remaja dan dewasa.
Para pelaku Okol hanya mengenakan celana pendek (seperti gulat atau tinju) tanpa pengaman. Dalam Okol sebagai bentuk perkelahian atau pertarungan dilakukan secara utuh, dengan ketentuan permainan yang telah diusepakati bersama. Okol ditengahi wasit yang bakal menetapkan pihak yang kalah atau yang menang.
Menurut salah seorang panitia, Rosidi, yang juga tokoh masyarakat setempat itu, mengatakan pertandingan Okol diikuti oleh 7 kecamatan, yaitu dari Kecamatan Pakong, Pegantenan, Palengaan, Proppo, Pamekasan, Larangan dan Pademawu. “Tradisi ini selain untuk meminta hujan juga untuk menjalin persahabatan antar warga agar tidak ada perselisihan di kemudian hari,” ungkapnya.
Yang nulis artikel ini siapa ya pengen dijadikan referensi..terimakasi