Thogthog Semarakan Festival Lontar Pamekasan

Thogthog (kerap disebut thugthug, thuk-thuk), adalah salah satu alat musik perkusi yang biasa dimainkan musik tradisi Madura, kini diangkat kembali oleh kalangan seniman Pamekasan melalui Festival Lontar. Thogthog, merupakan idiom bunyi yang dipukulkan pada tempurung buah ta’al (siwalan) yang telah mengering dan mengeras, merupakan kelengkapan bunyi dari musik thong-thong.

Musik thong-thong sendiri telah berkembang dengan modivikasi alat musik yang lebih lengkap dan modern, telah menjadi trade mark musik tradisi Madura yang selama banyak menjadi perhatian masyarakat. Sedang thogthog, posisinya sebagai alat pelengkap, namun sebenarnya melahirkan bunyi unik dan nyaring.

Gagasan inilah yang dimunculkan Turmidzi Jaka, seniman musik dari Kelompok Dizkir Prenduan Sumenep, dalam kapasitasnya sebagai Ketua Pelaksana Festival.

Komposisi pemain musik thogthog (foto: oase kompas)

Menurutnya, bunyi thogthog dari tempurung ta’al itu, justru sangat menarik ketika dimainkan secara kolosal. Dan gagasan ini kemudian dikembangkan oleh Pemerintah Kabupaten Pamekasan dengan melibatkan 2011 penabuh thogthog yang digelar di arena monumen Are’ Lancor Pamekasan, Jum’at, 8 Juli 2011.

Konsep Festival Lontar sebagaimana dituturkan Halifaturrahman, Kasi Pembinaan Seni dan Nilai-Nilai Sejarah Dinas Pemuda Olah Raga dan Kebudayaan (Disporabud) Pamekasan kepada Lontar Madura, Festival Lontar yang betujuan antara lain sebagai usaha penguatan ekonomi masyarakat melalui pendekatan budaya ini diharapkan usaha penguatan ekonomi masyarakat serta memberikan ruang terbuka pada kreator seni dalam melestariskan dan mengembangkan seni, khususnya seni tradisi.

Festival yang dibuka oleh Bupati Pamekasan Khalilurrahman ini, juga dihadiri oleh Menteri Percepatan Daerah Tertinggal (PDT) Helmy Faisal Zaini, yang selanjutnya meresmikan musik thogthog sebagai musik tradisi Madura.

Selain permainan musik thogthog kolosal yang melibatkan siswa dan sastri dibeberapa wilayah di Pamekasan, Sumenep dan Sampang juga digelar parade busana batik Madura yang diperagakan oleh putri-putri Pamekasan, parade musik ul-dhaul yang juga dimainkan oleh mahasiswa dari beberapa negara yaitu Suriname, Austria, Afrika Selatan, Nauru Pasifik, Italia, Tongga, Salamon Islad, Samoa, Timur Leste, Jepang, Hongkong, dan Indonesia. (Syaf)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.