Kemampuan mencipta keris dari pengrajin keris yang ada di Sumenep, memang tidak diragukan lagi. Lantaran di daerah terdapat sejumlah “mpu”, dengan menghasilkan keris yang berkualitas. Maka tak heran bila United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNISCO) dengan memiliki mpuk terbanyak se Asia Tenggara, yaitu tahun 2013 sebanyak 524 orang, sedang tahun 2014, sebanyak 648 orang. Sementara didaerah lain seperti seperti Yogjakarta, Solo dan Malang jumlahnya dibawah 10 orang.
Sebagai perhargaan pada kreatifitas para mpu di Sumenep, Bupati Sumenep, A. Busyro Karim, mencanangkan Kota Sumenep sebagai keris, dan sekaligus peresemian monumen keris yang terletak diujung barang Jl. Diponegoro Sumenep, atau dikenal pèlar bârâ’ (pilar dibarat kota), Minggu (09/11/2014) pagi.
Peletakan monumen tersebut, menurut Busyro Karim, mengingat dilokasi tersebut berdekatan dengan tempat tinggal para mpu keris jaman dulu, yaitu di Kelurahan Karangduan dan Desa Pendian, Ketua wilayah ini memang pada jaman dulu tersohor para mpu pencipta keris, dan sampai saat ini masih dikenal orang masyarakat.
Selain itu, ungkap Busyro untuk mempertegas bahwa kehidupan budaya di Sumenep banyak memberikan konstribusi terhadap pembangunan Sumenep, “maka wajar bila mulai saat ini icon Sumenep adalah keris”.
Namun demikian pencanangan Sumenep kota keris, benar-benar memberikan dampak terhadap pengrajin dan pengusaha keris. Dan ini juga diharapkan oleh Suhari, salah seorang anggota paguyuban keris “Megaremeng”, pemerintah hendaknya memfasilitasi para pengrajin dan pencinta keris, “kita berharap juga difikirkan sarana pengembangan seperti shows room dipusat kota, atau sarana lainnya sehingga kreatifitas pengrajin keris makin terpacu”, ungkapnya pada Lontar Madura.
Dalam kesempatan yang sama Bupati Sumenep memberikan penghargaan kepada tiga orang maestro keris, yaitu, Murkak, Mukaddam dan Fathorrahman, yang telah memberikan jasa besar terhadap penciptaan, perawatan dan pelestarian keris di Sumenep. (Syaf Anton Wr)