Rokat Pandhãbã, Ritual Membersihkan Diri Dari Nasib Buruk

Oleh  Abdul Khalik, S.Pd

Sejarah Ritual Rokat Pandhãbã Di Desa Bluto

Pulau Madura terkenal sebagai wilayah di Provinsi Jawa Timur yang memiliki keunikan ragam kebudayaan, adat istiadat, makanan khas, senjata khas, destinasi wisata yang tersebar dari ujung barat sampai ke ujung timur.

Madura terbagi menjadi empat kabupaten yakni Kabupaten Bangkalan yang terletak di bagian paling barat, kemudian Kabupaten Sampang, kabupaten Pamekasan, dan Kabupaten Sumenep sebagai wilayah di ujung timur.

Kabupaten Sumenep merupakan daerah yang berada di ujung timur Madura. Wilayah administratifnya termasuk luas dengan jumlah kecamatan yang tersebar di bagian daratan dan kepulauan sebanyak 27 kecamatan. Dari sejumlah kecamatan tersebut, Kabupaten Sumenep memiliki 326 desa , termasuk salah satunya adalah Desa Bluto Kecamatan Bluto Kabupaten Sumenep Madura.

Seperti ulasan di atas bahwa dari empat kabupaten yang ada di Pulau Madura, semuanya memiliki keunikan dan ciri khasnya masing-masing terutama pada kegiatan ritual kebudayaan dan tradisi masyarakatnya.

Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengangkat tradisi yang berkembang di Kabupaten Sumenep, yakni ritual rokat. Dari 27 kecamatan dan 328 desa yang ada, dipastikan masyarakatnya memiliki ritual yang hampir sama dalam melaksanakan rokat, walaupun mungkin hanya terdapat perbedaan dari cara melaksanakan, alasan melaksanakan, kelengkapan syarat melaksanakan ritual rokat, dll.

Agar penulisan ini lebih objektif dan fokus, maka sumber data diambil pada salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Bluto sesuai domisili penulis, yakni Dusun Barat Lorong Desa Bluto Kecamatan Bluto Kabupaten Sumenep Madura.

Desa Bluto merupakan salah satu dari 20 desa yang ada di Kecamatan Bluto, terdiri dari tiga dusun yakni Dusun Barat Lorong, Dusun Temor Lorong, dan Dusun Tajjan dengan jumlah penduduknya sebanyak 2558 jiwa. Dari tiga dusun ini, penduduk Desa Bluto hampir memiliki tradisi, kebiasaan, adat, dan pelaksanaan ritual yang sama. Sebagai desa kecamatan, Bluto banyak memiliki ragam kegiatan, tradisi, adat dan budaya dalam kehidupan masyarakatnya. Kegiatan religius yang bersumber pada alquran dan Sunnah Nabi selaras dan tumbuh berdampingan dengan tradisi masyarakat sebagai warisan leluhur. Tanpa pertentangan dan perbedaan. Saling melengkapi membentuk adat dan kebudayaan yang mewarnai kehidupan masyarakat Desa Bluto.

Salah satu tradisi religius yang berkembang di dalam kehidupan masyarakat Bluto adalah ritual rokat ( ruwat ). Rokat dalam adat Bluto dikategorikan sebagai ritual tradisi yang religius karena dalam pelaksanaannya terdapat praktik keagamaan seperti membaca Alquran dan doa bersama. Sementara sisi tradisi sebagai warisan leluhur muncul dalam praktik adanya perlengkapan ritual sebagai persyaratan melaksanakan rokat.

Terdapat banyak jenis rokat dalam tradisi masyarakat Desa Bluto, seperti rokat roma yaitu jenis rokat yang dikhususkan pelaksanaannya ketika salah satu dari masyarakat di Desa Bluto selesai membangun rumah. Rokat pekarangan ( pamengkang ) adalah ritual rokat yang dilaksanakan oleh masyarakat Desa Bluto untuk melindungi tanah miliknya dari pengaruh buruk. Selain itu ada rokat Pandhãbã yakni ritual rokat yang dilakukan apabila salah satu dari keluarga kita memenuhi syarat tertentu.

Masyarakat Desa Bluto meyakini bahwa setiap manusia memiliki dua sisi kehidupan dalam dirinya. Sisi kebaikan dan keburukan, kebahagian dan kesedihan, serta keberhasilan dan kegagalan. Musibah dan nasib sial merupakan sebuah takdir. Tetapi takdir buruk dalam kepercayaan masyarakat Bluto bisa diikhtiarkan untuk berubah menjadi takdir baik dengan sebuah kegiatan. Melalui doa dan ritual.

Rokat Pandhãbã merupakan ritual pembebasan seorang anak yang memiliki ciri tertentu dari nasib buruk dan musibah yang akan menimpanya. Dalam kepercayaan masyarakat Bluto, ada beberapa anak yang dikatakan sebagai Pandhãbã apabila terdapat ciri tertentu sehingga harus dilakukan ritual rokat.

Pertama, Pandhãbã Macan, disebut Pandhãbã macan apabila dalam sebuah keluarga hanya memiliki anak tunggal, baik anak laki-laki atau perempuan. Kedua, Pandhãbã Ontang-anteng, apabila dalam keluarga terdapat tiga bersaudara, satu anak laki-laki dan dua anak perempuan. Ketiga, Pandhãbã Panganten, apabila dalam keluarga terdapat dua bersaudara, satu anak laki-laki dan satu anak perempuan. Keempat, Pandhãbã lema’, apabila dalam keluarga terdapat lima bersaudara dengan jenis kelamin yang semuanya sama, laki-laki semua atau perempuan semua.

Dalam kepercayaan masyarakat Bluto, apabila terdapat sebuah keluarga memiliki ciri tersebut maka disarankan untuk dilakukan ritual rokat sebagai upaya menghindari si anak dari musibah dan nasib sial. Masyarakat percaya bahwa dalam kehidupan mereka dibayangi oleh makhluk yang dikenal sebagai Batara Kala, makhluk tidak kasat mata yang mengintai anak anak dengan ciri tertentu sebagai mangsa.

Sebagai upaya dan ikhtiar melepaskan diri dari musibah, maka ritual rokat Pandhãbã menjadi sebuah kegiatan yang sering dilakukan oleh masyarakat di bawah panduan dan bimbingan langsung oleh tokoh agama yang dikenal sebagai Ki Dalang Renggit.

Alat Dan Bahan Yang Digunakan dalam Ritual Rokat Pandhãbã

No Alat atau bahan No Alat atau bahan
1 Air yang berasal dari 7 sumur 12 Ayam hidup
2 Bunga seribu jenis 13 Peralatan dapur lengkap
3 Duri seribu jenis 14 Peralatan tukang lengkap
4 Kue serabi 15 Buah siwalan dengan tangkainya
5 Tebu 16 Buah kelapa dengan tangkainya
6 Bantal dan tikar 17 Setandan buah pisang
7 Kain kafan, ukuran 1,5 meter 18 Satu setel pakaian
8 Nasi putih 19 Jajanan pasar
9 Ayam pangang 20 Topi dari daun siwalan ( rabunan )
10 Bubur lima warna 21 Ketupat empat buah
11 Cambuk  / cemeti 22 Ketupat berisi beras kuning tanpa dimasak

Makna Simbol Dalam Pelaksanaan Ritual Rokat Pandhãbã

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.