Prosesi Hari Jadi Sumenep ke 744, Masyarakat Tak Menikmati?

Kirap budaya: petinggi naik odong-odong
Kirap budaya: petinggi naik odong-odong

Prosesi penobatan Arya Wiraraja sebagai Adipati Sumenep, yang terjadi tanggal 31 Oktober 1269 M, digambarkan oleh para pelakon dalam suatu gelaran kolosal di depan Masjid Agung Sumenep, 2 Nopember 2013, dan dihadiri sejumlah kalangan khususnya para pejabat di lingkungan Pemerintah Kabupaten Sumenep, serta instansi lembaga lainnya.

Bupati Sumenep, A. Busyro Karim beserta istri hadir dalam perhelatan itu. Kehadiran orang nomer satu di Kabupaten Sumenep ini, yang pemberangkatannya dari pendopo Agung Sumenep diiringi sejumlah pengawal layaknya pengawalan pada jaman kerajaan tempo dulu.

Sedang ribuan pengunjung yang berusaha menikmati penobatan Adipati pertama di Sumenep, tampaknya tidak seperti yang diharapkan. Mereka harus berdesakan dan berebutan mencari celah sekedar bisa melongok bagian sisi dari peristiwa gelaran tersebut.

Memang arena pergelaran yang tidak memungkinkan memberi pengunjung menikmati acara, lantaran batas antara area gelaran dengan pengunjung dibatasi pagar besi, dengan posisi area pengunjung sangat sempit, sekitar lebar 1 meter, sehingga para pengunjung yang datang dari penjuru wilayah Sumenep ini saling berhimpitan.

Gelaran prosesi dari batas selatan depan Polsek Kota sampai perempatan utama Kota ini, memang dirasa sangat sempit dan tidak memungkinkan pengunjung bisa menikmati  acara. “Penyitaan ruang yang sedemikian itu, membuat pengunjung berebut posisi dalam area yang sempit itu”, ungkap seseorang mengaku dari desa di Batang-batang.

hari jadi sumenep 744_172
Dengan terpaksa pengunjung mengintip di belakang tribun utama

Sementara fokus acara serta posisi panggung di depan masjid Agung yang berhadapan langsung dengan tribun utama tempat duduk para tamu itu, sama sekali tidak memberi peluang pengunjung menikmati dengan seksama.

Meski demikian, panitia tampaknya memberi kesempatan kepada masyarakat setelah acara prosesi usai, para pelaku gelaran diarak beserta para pejabat dengan menaiki kendaraan odong-odong (kendaraan hiburan yang biasa dinaiki anak-anak disekitar Taman Adipura, depan Masjid Agung Sumenep) keliling dari Jl. Terunojo, Jl. Jend Sudirman, Jl. Agus Salim, Jl. Kartini, Jl. Halim Perdana Kusuma sampai pada awal pemberangkatan, paling tidak mengobati seperti apa para lakon prosesi penobatan Arya Wiraraja. Itu.

Akibatnya, para pengunjung banyak bertumpuk di halaman Taman Adipura yang berada dibelakang tribun utama, bahkan banyak pengunjung dengan terpaksa menyingkap tabir kain bagian belakang yang menutupi bagian belakang tirbun.

Banyak pihak menyayangkan, panitia seharusnya mempertimbangkan lokasi gelaran prosesi, mengingat peristiwa yang jarang terjadi ini benar-benar tidak dinikmati masyarakat secara luas.

“Kalau begini adanya, bagaimana masyarakat bisa tahu, seperti apa pada saat Arya Wiraraja dinobatkan sebagai Adipati?”, ujar Banu Sabeta, aktifitas di sebuah agency modelling di Sumenep mempertanyakan.

Sebenarnya acara ini bisa diminimalisir, dengan mengambil inti peristiwa misalnya, “Jadi, yang penting gambaran peristiwa penobatan Arya Wiraraja dapat direpresentasikan”, tambahnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.