Berbicara tentang potensi Sastra Madura tidak bisa lepas dari pembicaraan tentang ciri khas dan modal-modal yang dimiliki sastra Madura untuk dapat berkembang pesat.
Modal pertama terletak pada jumlah penutur bahasa Madura yang besar yaitu menempati posisi keempat di Indonesia dan menyebarnya suku Madura di seluruh daerah di Nusantara dapat mejadi modal besar bagi penyebaran sastra Madura secara cepat dan luas di Indonesia. Selain itu, berbagai karya sastra Madura tercipta oleh penutur besar ini, didasarkan pada nilai-nilai filosofis yang luhur dan lengkap seperti berdasarkan pada filosofi nelayan‚”abantal omba’ asapo’ angen” (berbantal ombak berselimut angin=bekerja keras), filosofi petani “atatanem kaaangguy mamakmora nagara tor bangsa” (bertanam untuk memakmurkan negara dan bangsa=peduli bangsa), filosofi negarawan “juda nagara potos” (hukum negara tidak tertandingi=sadar hukum), filosofi prajurit “sami’na wa atho’na” (saya mendengar dan saya taat=ketaatan pada pimpinan), filosofi sarjana/orang berpendidikan “buppa’ bubbu’ guru ratoh“, (hormat pada bapak, ibu, guru dan pemimpin) dan masih banyak lagi. Lengkapnya filosofi yang menjadi dasar pembentukan sastra Madura ini jarang dimiliki oleh sastra dari daerah lain dan hal ini menyebabkan sastra Madura memiliki karakter kuat dan variatif;
Modal kedua terletak pada jiwa orang Madura. Orang madura memiliki jiwa relijius yang kuat yang dimiliki suku madura turut mempengaruhi sastra Madura, sehingga sastra Madura yang tercipta adalah sastra yang penuh dengan kebaikan serta berisi pesan moral dan agama sehingga sangat cocok dengan budaya Indonesia yang kental dengan budaya ketimuran dan relijius. Relijiusitas ini berpengaruh pada sastra Madura yaitu munculnya ciri yang kuat yang berbentuk tatanan bahasa yang penuh semangat, keras, lugas, namun jujur yang merupakan perwujudan dari karakter orang Madura secara umum. Dengan aspek-aspek inilah orang Madura mampu memproduksi sastra Madura yang memiliki bentuk yang unik dan variatif. Kondisi ini jarang dimiliki sastra dari daerah lain;
Modal ketiga terletak pada aspek regulasi. Telah diberlakukannya ejaan bahasa Madura baku baru-baru ini oleh Balai Bahasa Surabaya menyebabkan proses penciptaan karya sastra Madura menjadi makin mudah dan proses inventarisasi karya sastra Madura dalam bentuk buku dan majalah menjadi makin mudah pula.
Potensi besar yang dimiliki sastra Madura menyebabkan sastra Madura memiliki peran yang besar pula dalam mengembangkan budaya nasional. Dua peranan besar yang dimainkan sastra Madura terhadap pengembangan budaya nasional adalah: (1) sastra Madura merupakan komponen penyumbang ide dan semangat terhadap perkembangan sastra dan budaya nasional, (2) eksistensi sastra Madura adalah pelindung sastra dan budaya Nasional dari serangan budaya asing.
Tulisan berkelanjutan
- Sastra Madura: Potensi, Realita, dan Harapan
- Potensi dan Apresiasi Masyarakat Madura Terhadap Sastra Madura
- Hambatan dan Memajukan Sastra Madura
Tidak bisa dipungkiri bahwa sastra Indonesia dan budaya nasional berkembang karena didukung oleh sastra dan budaya daerah. Bentuk dukungan sastra dan budaya daerah terhadap sastra dan budaya nasional ini dapat berupa banyak hal seperti” (1) sumbangan kosakata daerah yang muncul dalam berbagai karya sastra nasional, (2) filsafat luhur yang muncul dari daerah-daerah yang berbeda memainkan peran signifikan dalam membentuk karya sastra dan budaya nasional, (3) terkadang karya sastra daerah seperti folklore dan/atau folktales diadaptasi menjadi sastra dan budaya nasional.
Sastra Madura sebagai salah satu sastra daerah tentu saja memainkan peranan yang signifikan dalam membangun sastra dan budaya daerah. Kita dapat melihat berbagai macam kosakata Madura diadaptasi ke dalam sastra dan budaya Nasional. Kata clurit, kerapan sapi, carok, dsb, muncul dalam berbagai karya sastra nasional dan dianggap sebagai bagian dari budaya nasional. Demikian juga filosofi-filosofi Madura yang telah disebutkan di atas, turut serta mempengaruhi bentuk dari sastra dan budaya Nasional. Folklore Madura seperti kisah pangeran Trunojoyo, Sakera, dan sejarah kerapan sapi, muncul dan memperkaya khasanah sastra dan kebudayan Indonesia
Mator Sakalangkong se bennya’