Makna Tersirat dan Tersurat dalam Tembang Macapat

Tembang ini juga menyiratkan sebuah pesan tentang keberadaan manusia sebagai seorang pemimpin. Karena pada hakekatnya setiap manusia adalah pemimpin, tapi bagaimanakah figur dan sosok pemimpin sejati ?  Bait-bait tembang ini memberikan nasehat, bahwa seorang pemimpin haruslah adil, terbuka, jujur dan penuh kasih sayang. Rasa keadilan tersebut harus diterapkan terutama pada sesama manusia yang berada dalam posisi lemah, miskin dan serba kekurangan. Disamping itu, figur pemimpin dapat dilihat dari kemampuannya dalam menata diri, mawas diri, mampu menahan ambisi pribadi serta mendahulukan  kepentingan umum di atas kepentingan pribadi.

Makna suka cita dan kemenangan yang tersirat dalam tembang Artate (Dhandanggula), adalah kemenangan besar manusia melawan diri sendiri. Baik sebagai makhluk individu, makhluk sosial maupun sebagai makhluk ciptaan-Nya.

Megattro (Megatruh)

Pojur onggu reng se kateban Wahyu
Enggi se olle pamanggi
Parkara se sanget parlo
Da’ bangsa amanfaadi
Asmana kodu epondjung

(Sungguh beruntung orang yang mendapat Wahyu, yaitu yang mendapatkan penerangan lahir bathin, urusan yang sangat perlu, dalam kehidupan sangat bermanfaat, namanya haruslah dijunjung tinggi).

Tembang ini biasanya dipakai untuk melukiskan perasaan kecewa ataupun kesedihan yang mendalam. Makna yang terkandung dalam syair-syairnya, selain melukiskan perasaan kecewa dan kesedihan mendalam, tembang ini menggambarkan secara jelas dan gamblang tentang ketergantungan manusia dengan Sang Pencipta. Karena sifat Maha dari Allah, maka manusia mendapat  uluran  kasih sayang-Nya, limpahan anugerah yang melimpah ruah, karunia serta Rahmat-Nya.

Selain itu tembang Megatruh mengabarkan tentang manusia-manusia pilihan (utusan) Allah SWT yang telah diturunkan ke bumi untuk menjadi  figur teladan dan panutan. Para Nabi dan Rasul merupakan utusan yang mempunyai kedudukan sangat tinggi. Hal itu disebabkan, para utusan Allah merupakan pembawa pesan serta ajaran-ajaran yang harus dilaksanakan  oleh manusia. Kewajiban untuk melaksanakan semua ketentuan-ketentuan Allah dan utusan-Nya, tidak boleh ditawar-tawar sebagai wujud totalitas ketergantungan manusia pada Khalid-Nya.

Di sisi lain, secara khusus tembang ini menyiratkan tentang keberuntungan manusia  yang mendapatkan anugerah serta hidayah dari Allah SWT. Hidayah tersebut berupa keterbukaan pintu hati dalam menerima kehadiran Allah dalam bentuk utuh dalam jiwanya. Dengan demikian, sosok individu itu akan mampu meningkatkan kadar keimanan dan ketakwaan-nya. Dengan keimanan dan ketakwaan yang tinggi, maka manusia tersebut akan mampu meng-implementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Gambuh (Gambu)

Maneh-maneh welingku
Ngabektia maring rama ibu
Uga guru kabeh paring suluh becik
Kanggo nata urip besuk
Paring teken miwah obor

                                                                   (Suwito, 1983:41)

(Sekali lagi nasehatku, berbakti-lah terhadap bapak dan Ibu, juga guru sebab semua memberi nasehat yang baik, untuk menjalani kehidupan kelak, memberi tongkat dan cahaya).

Watak dari tembang ini adalah memberi penjelasan, selain itu tembang Gambu menyiratkan satu sisi tentang ketergantungan manusia kepada manusia lain. Manusia memerlukan figur lain dalam

Responses (11)

  1. mohon linknya diupdate kembali gan karna sudah dihapus… dan kalau ada saya minta macapat yang versi cetakan… dengan tulisan asli(kona) hal tersebut demi terciptanya pendidikan yang baik karena di SMA kami mengajar Bahasa Madura

  2. kebetulan aku butuh reprensi buat skripsi, jika boleh aku mau minta teks asli macapat Madura. terimakasih

  3. boleh tau bku refrensix yg tentang macam2 dan seluk beluk tembang macapat madura yg lengkap. mhon jawabanx, terimakasih

    1. Wah sampai saat ini kami masih belum menemukan referensi teks buku tentang macapat. Tulisan ini diangkat dari buku Berkenalanan Dengan Kesenian Madura, penulis Lilik Rosida Irmawati. Artikel tersebut berdasarkan referensi dari wawancana dan catatan-catatan para pelaku macapat. Ada satu buku “Tembhang Macapat Madhura”, penulis Oemar Sastrodiwirjo (orang tua Wabub Pamekasan Kadarisman Sastrodiwirjo) dapat dihubungi Yayasan Pakem Maddu Pamekasan. Barangkali ……. Trims

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.