Makna Tersirat dan Tersurat dalam Tembang Macapat

Secara lugas, Salanget (Kinanti) mempunyai arti sudah selesai menanti, sesuai dengan arti apabila dipakai sewaktu dicari sudah diketemukan, apa yang diinginkan sudah tercapai. Di samping itu tembang Salanget (Kinanti) banyak berisi nasehat atau anjuran kepada manusia, untuk saling memberi, saling menerima, saling mengingatkan dan saling ketergantungan sebagai sesama makhluk ciptaan Tuhan, Penguasa alam semesta.

Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan  orang lain dalam memotivasi diri menuju arah kebajikan. Sebagai makhluk lemah dan dhoif, manusia membutuhkan tuntunan dalam kehidupan ber-masyarakat. Melalui tembang Kinanti inilah, manusia akan lebih peka menangkap arti hidup dan kehidupan di dunia.

Di samping itu tembang Salanget (Kinanti) mengajak setiap manusia untuk lebih meningkatkan mutu individu melalui proses belajar. Manusia diingatkan agar menguasai ilmu pengetahuan, baik dalam bidang IPTEK maupun disiplin ilmu agama. Karena kedua disiplin ilmu tersebut, memiliki intensitas yang tinggi bagi kemaslahatan umat manusia. Dengan menguasai IPTEK, manusia akan lebih menyadari tentang kebesaran Tuhan yang diperlihatkan melalui ciptaan-Nya. Bahwa semua yang ada di alam, merupakan sumber ilmu yang tak pernah habis apabila digali dan di pelajari. Dan semua itu harus diimbangi oleh penguasaan ilmu agama. Sehingga terjadi keseimbangan, bahwa hidup manusia bukan hanya memenuhi kebutuhan jasmaninya saja, tapi aspek rohani merupakan  kebutuhan yang sangat vital.

Allah SWT telah memberikan semua sarana dan prasarana yang memadai kepada umat manusia. Semua yang ada di bumi, baik dalam perut bumi, di daratan, lautan, angkasa raya, tata surya ataupun semua yang tumbuh di bumi semua diciptakan untuk manusia. Semua ciptaan Allah, sekecil apapun sangat bermanfaat bagi manusia. Melalui tembang Salanget (Kinanti), manusia diajak untuk lebih peka, arif dan bijaksana, terbuka cakrawala berfikir dan wawasan.

Di bawah ini, cuplikan 2 tembang Salanget (Kinanti)

Pucung

Pon angongngong pa’na Putjung
Dja’ onengga ngotja’
Lora tore rassa’agin
Kasennengan tebbasa mlarat sampeyan

                                                                   (Asmoro, 1950:21)

Terjemahannya sebagai berikut :

(Sudah terdengar ceritanya bapak Putjung, jika saja bisa mengutarakan, coba rasakan kesulitannya, kesenangan terbayar dengan kemiskinan-mu)

Tembang ini mempunyai watak sembrana parikena (sembarangan), biasanya dipakai untuk menceritakan hal-hal yang ringan, jenaka atau teka-teki. Adapun  tataran yang lebih luas, isi dari tembang Pucung memberikan penggambaran hubungan yang sangat harmonis dan serasi antara sesama manusia sebagai makhluk Tuhan. Apakah manusia itu mempunyai kedudukan dan status tinggi dalam masyarakat, ataupun manusia itu hanya sebagai hamba sahaya. Tembang ini mengingatkan kepada manusia, terutama kepada para penguasa, para majikan, para juragan, para atasan agar tidak berbuat sewenang-wenang.

Tembang Pucung menggambarkan hubungan antara pemberi perintah dan penerima perintah. Walaupun berada dalam posisi yang lebih tinggi, kaya dan mapan, manusia dihimbau agar tidak silau dan berbuat tidak adil kepada para pelayan, bawahan, hamba sahaya. Karena para bawahan, pembantu mempunyai andil yang sangat besar bagi kesuksesan yang di raih. Hal itu sebagai suatu bukti, bahwa manusia membutuhkan orang lain, manusia memiliki ketergantungan yang sangat tinggi sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial.

Tembang ini mengungkapkan tentang nasehat kepada sesama manusia, dalam menjalin hubungan dengan sesama untuk lebih mementingkan rasa rendah hati dan tenggang rasa yang tinggi. Seseorang yang mempunyai status dan kedudukan lebih tinggi, dihimbau  memperlakukan bawahan untuk lebih bersikap manusiawi.

Responses (11)

  1. mohon linknya diupdate kembali gan karna sudah dihapus… dan kalau ada saya minta macapat yang versi cetakan… dengan tulisan asli(kona) hal tersebut demi terciptanya pendidikan yang baik karena di SMA kami mengajar Bahasa Madura

  2. kebetulan aku butuh reprensi buat skripsi, jika boleh aku mau minta teks asli macapat Madura. terimakasih

  3. boleh tau bku refrensix yg tentang macam2 dan seluk beluk tembang macapat madura yg lengkap. mhon jawabanx, terimakasih

    1. Wah sampai saat ini kami masih belum menemukan referensi teks buku tentang macapat. Tulisan ini diangkat dari buku Berkenalanan Dengan Kesenian Madura, penulis Lilik Rosida Irmawati. Artikel tersebut berdasarkan referensi dari wawancana dan catatan-catatan para pelaku macapat. Ada satu buku “Tembhang Macapat Madhura”, penulis Oemar Sastrodiwirjo (orang tua Wabub Pamekasan Kadarisman Sastrodiwirjo) dapat dihubungi Yayasan Pakem Maddu Pamekasan. Barangkali ……. Trims

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.