Makna Tersirat dan Tersurat dalam Tembang Macapat

Artate’ (Dhandanggula)

Lamon sedha ngadek rato radin
Sentosa’a neggu ka adillan
Aseya dha’ bala kene’
Ja’ lebur dha’ panggunggung
Ajja’ pesan a pele kase
Ja’ baji’ dha reng juba’
Pan jurgaepon
Soppeya mare juba’na
Ban ja’ nyeya dha’ reng nestha ban mesken
Maka sedha bellasa

                                                                  (Asmoro. 1991  )

(Jika sudah berani menjadi pemimpin, pegang rasa keadilan dan buat sentosa, jangan suka pekerjaab kecil, dan jangan suka mendapat pujian, jangan sekali-kali pilih kasih, janganlah benci pada orang jelek/bodoh, supaya cepat selesai kejelekannya, dan jangan menyia-nyiakan orang nestapa dan miskin, kalau bisa kasihani).

Oreng odhi’ neng e dunnya mangken
Ngagaliya dha’ kabajibanna, onenga se nyama odhi’
emota dha’ sal osol, Asallepon odhi’na dibi’
Odhi’na du parkara, Saparkaraepon
Odhi’ epon badan kasar, badan alos enggi sokma enyamae
Moga ekagaliya, badan kasar badan alos enggi
Sadajana buto ka teddha’an, sareng angguy se e sae, se raja gunaepon
Se faeda amanfaate,
Banne angguy teddha’an
Se parsasat racon, Se oneng daddi lantaran
Rosakkepon badan kasar alos pole

Se kasebbut e adha’

(Orang hidup dalam dunia sekarang, dipikirkan apa kewajibannya, tahunya cuma hidup, ingat asal-usulnya, asalnya hidup sendiri, hidup ada dua perkara, perkara pertama, kehidupan badan kasar (tubuh) dan badan halus yaitu jiwanya, semoga direnungkan, badan kasar (tubuh) dan badan halus (jiwa), semuanya butuh makanan, yang dapat dipakai untuk kebaikan, yang besar manfaatnya, bukan makanan yang dapat membawa kejelekan, yang dapat menjadi lantaran, rusaknya badan kasar dan badan halus, seperti yang disebutkan di atas).

Tembang ini mempunyai maksud dan sebuah pengharapan tentang  sesuatu dengan tujuan akhir mencapai  kebaikan. Tembang Macopat ini biasanya dipakai untuk mengungkapkan perasaan suka cita atau pun ketika mencapai sebuah kemenangan. Ada pun rasa suka cita dalam tembang Artate (Dhandanggula), adalah rasa suka cita yang berlandaskan nilai-nilai tinggi ilahiyah. Bagaimana tidak ? sebagai makhluk ciptaan yang paling sempurna, manusia dikaruniai kecerdasan akal, kecerdasan emosional maupun kecerdasan spiritual dalam upaya mengenali serta mendekatkan diri pada Sang Pencipta. Melalui kecerdasan akalnya, manusia dapat memilih dan memilah kebutuhan hidup, baik yang bersifat material maupun spiritual.

Untuk bertahan dan melangsungkan kehidupannya, manusia memerlukan makanan. Dalam upaya pemenuhan kebutuhan inilah, manusia diingatkan supaya berhati-hati, teliti, dan cermat agar makanan yang akan menjadi penopang kehidupannya tidak tercampur dengan makanan yang dihasilkan dari pekerjaan yang nista dan haram. Tembang ini mengingatkan agar manusia bekerja dengan tekun, rajin dan jujur, sehingga hasil yang dicapai akan menghasilkan rejeki yang halal. Rejeki halal tersebut akan  menjadi makanan yang berguna dan bermanfaat  bagi perkembangan jiwa maupun pertumbuhannya.

Di sisi lain, jiwa (roh) yang bersemayan dalam tubuh manusia  juga memerlukan makanan. Adapun makanan yang dibutuhkan oleh jiwa adalah keimanan dan ketakwaan, yaitu dengan jalan senantiasa menjalankan amal kebajikan. Dengan demikian, baik tubuh dan jiwa merupakan satu kesatuan utuh yang tidak bisa dipisahkan dalam mengemban tugas sebagai makhluk ciptaan-Nya.

Responses (11)

  1. mohon linknya diupdate kembali gan karna sudah dihapus… dan kalau ada saya minta macapat yang versi cetakan… dengan tulisan asli(kona) hal tersebut demi terciptanya pendidikan yang baik karena di SMA kami mengajar Bahasa Madura

  2. kebetulan aku butuh reprensi buat skripsi, jika boleh aku mau minta teks asli macapat Madura. terimakasih

  3. boleh tau bku refrensix yg tentang macam2 dan seluk beluk tembang macapat madura yg lengkap. mhon jawabanx, terimakasih

    1. Wah sampai saat ini kami masih belum menemukan referensi teks buku tentang macapat. Tulisan ini diangkat dari buku Berkenalanan Dengan Kesenian Madura, penulis Lilik Rosida Irmawati. Artikel tersebut berdasarkan referensi dari wawancana dan catatan-catatan para pelaku macapat. Ada satu buku “Tembhang Macapat Madhura”, penulis Oemar Sastrodiwirjo (orang tua Wabub Pamekasan Kadarisman Sastrodiwirjo) dapat dihubungi Yayasan Pakem Maddu Pamekasan. Barangkali ……. Trims

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.