Schingga untuk melindungi pangkaian tersebut Belanda memperkuat kcmampuan pertahanan pulau Madura dengan menempatkan 3 Batalyon Infanteri, yang diperkuat dengan unsur-unsur bantuan tempur Iainnya. yang terdirl atas Artileri Pantai, Artileri Serangan Udara, Kesatuan Zeni dan Kesatuan Tank. Sedangkan pemrintah Jepang selain kekuatan militernya sendiri juga telah mcnempatkan 5 Batalyon/Daidan Tentara Peta (Pembela Tanah Air). Di samping itu, Batoporron di perbukitan Kamal dijadikan tempat penyimpanan peralatan penting Angkatan Laut mereka dan tempat pembuatan mesiu dan torpedo.
Dari segi kependudukan, menurut catatan statistik Hindia Belanda tahun 1930, suku bangsa Madura termasuk urutan ketiga dalam jumlahnya dengan perbandingan sebagai benikut:
Jawa 47,03 persen, Sunda 14,53 persen, Madura 728 persen, Minangkabau 3,36 persen, Bugis 2,59 persen, Batak 2,02 persen, Bali 1,88 persen, Betawi 1,66 persen, Melayu 1,6 persen, Banjar 1,52 persen, Aceh 1,41 persen, Palembang 1,30 persen, Makasar 1,09 persen, Toraja 0,94 persen dan lain-lain 9,54 persen. Oleh karena jumlah penduduk suku Madura termasuk ranking (urutan) ketiga banyaknya dan dari segi antropologi budaya, suku Madura mempunyai ciri-cirinya tersendiri, maka kaum penjajah memperhitungkan dalam politik devide et imperanya. Misalnya, Madura dijadikan Negara Bagian. Akan tetapi rakyat Madura tidak mau dlpecah-belah, karena itu negara Madura sebagai negara Boneka Belanda segera dapat dlbubarkan.
Di sini tercermin jati diri orang Madura tidak mau dipecah-belah dan tidak herambisi merebut kekuasaan. Cermin semacam itu telah terdapat pula dalam diri pribadi Trunojoyo, ia tidak berambisi ingin berkuasa menjadi Susuhunan, ia hanya ingin Mataram jangan sampai mau diadu-domba oleh Belanda. (Syaf/Lontar Madura)
Disalin dari buku Perjuangan KemerdekaanRepublik Indonesia di Madura, Tim Penyusun Sejarah Perjuangan Kemerdekaan Republik Indonesia 1991, pada halaman 13 s/d 18.
ok…..tapi mengetik nya jangan terburu-buru.
banyak huruf-huruf yang salah.