Peristiwa lain ialah terjadi di sekitar abad ke-15, ketika Dempo Awang (Sam Poo Tualang) seorang Panglirna Perang dari negeri Cina menunjukkan kekuatannya kepada raja-raja di Jawa dan Madura, agar mereka tunduk kepadanya. Di dalam peperangan itu, Jokotole dan Madura melawan Dempo Awang yang menaiki kapal layar yang dapat berlayar di laut, di atas gunung di antara bumi dan langit. Demikian menurut ceritera legenda.
Dalam peperangan itu Jokotole mengendarai Kuda Terbang. Pada suatu saat setelah Ia mendengar suara dan pamannya (Adirasa), yang berkata “pukul”, maka Jokotole menahan kekang kudanya dengan keras dan ia menoleh sambil memukulkan cemeti (cambuknya) yang mengenai musuhnya sehingga hancur luluh jatuh berantakan.
Menurut kepercayaan orang Jawa Tengah, khususnya Semarang, kapal Dempo Awang tenggelam di perairan Semarang. Dan diceriterakan pula bahwa Sam Poo Tualang tersebut ialah seorang Laksamana Cina yang bernama Cheng Hoo.
Sewaktu Sultan Agung memimpin Mataram, ia menjalankan politik pemenintaln untuk mempersatukan Jawa dan Madura, bahkan ingin mempersatukan seluruh kepulauan Nusantara, agar Kompeni sukar melebarkan sayapnya. karena itu Sultan Agung kadang-kadang menjalank2tn politik kekerasan. Dalam tahun 1614 Surabaya ditaklukkan, demikian pula Pasuruan dan Tuban. Akhirnya dalam tahun 1624, Madura mendapat giliran. Pendekatan yang kurang bijaksana rnenimbulkan peperangan yang dahsyat. Tentara Madura yang berjumlah 2000 orang melawan pasukan Mataram yang berjumlah 50.000 orang.
ok…..tapi mengetik nya jangan terburu-buru.
banyak huruf-huruf yang salah.