Loteng, Rumah Bertingkat yang Hanya Dihuni Putra Sultan Sumenep

Bangunan Loteng Pangeran Kornel Pasarsore, Kelurahan Karangduak, Kecamatan Kota Sumenep. (MAMIRA.id)
SITUS RONGGODIBOSO: Bagian belakang Rumah Panggung R. Ario Onggodiwongso alias R. Entol Anom alias Pangeran Ronggodiboso, Patih Dalem Sumenep, yang masih tersisa saat ini, di Pasarsore, Kelurahan Kepanjin. ( MAMIRA.id)

Perkiraan lain, Raden Onggodiwongso dimungkinkan sebagai wakil Mataram sebagai Kuasa Sumenep. Mengingat dalam sejarah perlawanan penguasa Madura atas hegemoni Mataram, Yudonegoro memang dikenal sebagai salah satu penguasa di Pulau Garam yang mencoba melepaskan diri dari pengaruh Mataram.

“Yudonegoro berpihak pada Trunojoyo. Namun di masa akhir Trunojoyo, kemungkinan Madura Timur secara politik memilih dekat dengan VOC daripada tunduk pada Mataram,” kata Ja’far, narasumber sebelumnya.

Perlawanan Yudonegoro yang dikenal juga dengan nama Pangeran Macan Ulung bisa jadi dikarenakan faktor sejarah. Sejarah Sumenep menceritakan kala beliau sempat menjadi pelarian, saat Sumenep diserang Mataram. Serangan yang mengakibatkan ayah Yudonegoro, Pangeran Cakranegara I (1589-1626), gugur dalam pelariannya di tanah Sampang.

Kembali pada rumah panggung sang Ronggo di Kepanjin, saat ini sudah tinggal bekasnya. Satu-satunya situs yang masih ada ialah sisa dinding bangunan belakang rumah panggung.

Melihat sisa bentuknya, bangunan rumah panggung berbeda dengan bangunan panggung atau loteng di abad 18 maupun 19 yang umumnya menghadap ke arah selatan. Rumah panggung Ronggodiboso menghadap ke arah barat.

“Memang sebelum abad 18, bangunan-bangunan utama arahnya disesuaikan. Secara filosofi menghadap ke ketinggian (gunung). Namun di abad selanjutnya menghadap ke samudera atau laut,” kata RB Hairil Anwar, yang juga salah satu personel Komunitas Ngopi Sejarah (Ngoser).

Itulah sebabnya, sambung Hairil, bangunan keraton maupun kediaman bangsawan utama dan lainnya di Sumenep khususnya di abad 18-19 menghadap ke arah selatan. Sedang di abad sebelumnya menghadap ke arah barat.

Dalam penelusuran penulis, berdasar catatan dan pitutur para sepuh, rumah panggung Ronggodiboso bercikal bakal pada rumah yang dibangun pada 1570 oleh Patih Kiai Ronggomiring. Ronggomiring merupakan patih legendaris Sumenep di masa Pangeran Lor I, penguasa Sumenep pada 1567-1574.

“Namun dipugar pada masa Patih Ronggodiboso atau Raden Onggodiwongso, dengan ditambah panggung atau loteng (lantai dua; red). Dan terakhir dipugar lagi pada tahun 1804 di masa Patih Raden Wongsokusumo I, cicit Ronggodiboso,” kata Iik.

Sepeninggal Ronggodiboso, rumah panggung ditempati kedua putranya yang bernama Raden Demang Wongsonegoro dan Raden Kromosure (Atmologo). Keduanya juga merupakan patih Keraton Sumenep yang terkenal dalam sejarah.

Setelah itu rumah panggung ditempati oleh putra Atmologo, yaitu Raden Tumenggung Ronggo Kertaboso Pratalikromo, Hoofd Jaksa Keraton Sumenep. Pratalikromo merupakan tokoh Sumenep yang membantu Sultan Abdurrahman Pakunataningrat (memerintah pada 1811-1854) kala menerjemahkan prasasti yang ditemukan Rafflesh di Pulau Bali.

Sepeninggal Pratalikromo, rumah panggung ditempati Raden Wongsokusumo I, patih Sumenep. Wongsokusumo I terus menurunkan keluarga patih, cendekia, dan pembesar di Sumenep maupun Nusantara.

Beberapa tokoh keturunan Raden Onggodiwongso via Pratalikromo ini ialah Raden Werdisastro (penulis Babad Songennep), Raden Wongsotaruno (ayah Pahlawan Nasional Abdul Halim Perdanakusuma), Raden Mertawasiso (sekretaris Keraton Sumenep), dan lain-lain.

Saat ini bangunan rumah panggung Ronggodiboso telah menjadi bangunan Masjid Al-Alim dan lembaga pendidikan.

“Slogannya saat ini dari syi’ar kembali ke syi’ar. Karena Raden Onggodiwongso atau Patih Ronggodiboso selain sebagai ronggo juga dikenal di masanya sebagai sosok ulama. Banyak yang mengaji pada beliau, seperti Kiai Rombu cucu Pangeran Katandur, yang di kemudian hari menjadi besan Raden Atmologo,” tutup Iik.

Kondisi Loteng para pangeran yang notabena para putra Sultan Sumenep, Abdurrahman Pakunataningrat (memerintah 1811-1854), dewasa ini beragam. Namun dari keempat bangunan loteng yang dikenal, hanya satu Loteng saja yang saat ini sudah tinggal bekasnya.

“Loteng Pangeran Suryoamijoyo Pangeran Ami sudah roboh. Saat ini tersisa beberapa bagian dinding bangunan,” kata RB Ahmad Fajar, salah satu keturunan Pangeran Ami di Kelurahan Kepanjin, Kecamatan Kota Sumenep.

Dalam pantauan penulis, bekas Loteng Pangeran Ami memang sudah memprihatinkan. Meski sisa-sisa kebesaran masa lalu itu masih tampak.

Di sekitar bekas bangunan Loteng, dihuni oleh keluarga besar keturunan Pangeran Ami. Area yang dikenal dengan nama Kampung Bujanggan, Kelurahan Kepanjin.

 “Bangunan loteng roboh secara bertahap. Mungkin karena sudah lama tidak ditempati,” kata RB Rifa’i di Kampung Bujanggan.

Sementara tiga bangunan Loteng lainnya, masih berdiri tegak. Kendati ada bagian rusak yang direhabilitasi.

Seperti Loteng Pangeran Kornel di Pasarsore, Kelurahan Karangduak. Loteng ini termasuk bangunan loteng yang paling megah dan luas. Di sekitar Loteng Pangeran Kornel ditempati rumah-rumah sebagian kecil keturunannya.

Loteng Pangeran Kornel juga merupakan loteng yang paling populer, karena pasca ditinggal pemilik pertamanya, difungsikan sebagai panggurun atau pesantren. Pesantren Loteng Pangeran Kornel merupakan pesantren tertua di Sumenep. Hampir tokoh-tokoh ulama Sumenep akhir abad 19 hingga abad 20 merupakan alumni pesantren ini.

Dua loteng selanjutnya ialah Loteng Pangeran Le’nan di Kampung Masegit Laju, dan Loteng Pangeran Suryoadiputro di Kepanjin Timur. Keduanya, sebagaimana Loteng Pangeran Ami, juga berada di kawasan Kelurahan Kepanjin.

Baik Loteng Pangeran Le’nan dan Loteng Pangeran Ami saat ini ditempati oleh beberapa keturunannya. Di sekitar kedua loteng juga ditempati bangunan lain dari keturunan kedua pangeran tersebut.

Mengenai sosok dan kiprah para pangeran pemilik loteng dan para putra Sultan Sumenep lainnya, akan diulas secara khusus di edisi selanjutnya.

Penulis: Sidi Mufy/Media Center

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.