Lok-olok, Tradisi Lisan Madura

Seorang tukang Lok-olok, saat menyampaikan pidatonya
Seorang tukang Lok-olok, saat menyampaikan pidatonya

Terjemahan

Saat ini, matahari condong ke arah Barat
Kemarau yang sangat kering, pecah tonggak di dalam air
Saya mempunyai dua kekasih Kecil-kecil cabe rawit

Semoga menjadi kesempurnaan Kepada penanggap dan penonton
Kepada yang ditanggap dan yang ditonton
Yang sisi luar (kiri) disebut Si Gambar
Yang sisi dalam (kanan) dijuluki si Ghâmbu

Aduh, anakku yang sepasang Anak kembar lahir terbungkus Dicubit sedikit saja bungkusnya sobek
Menatap matahari tidak silau Menginjak tepung tidak berbekas

Aduh anakku si buah hati Sungguh senang punya anak seperti engkau
Dilihat dari depan, engkau gagah Dilihat dari samping engkau menterang
Laksana Arjuna kembar
Aduh anakku, mungkin engkau Bertapa di Gunung Raung selama 17 tahun
Lolos dari terkaman macan

Dalam lok-alok lebih menekankan pada irama dan rhyme (sajak), sehingga makna kata dan bahasanya terbebas. Uniknya Lok- alok diucapkan/dibacakan dengan nuansa teatrikal sehingga kesan yang   diterima dominan menciptakan vokal dengan intonasi yang mengesankan sebagaimana pembacaan puisi/deklamation.

Terkadang, ia juga berisi pesan moral yang menunjukkan bahwa kekayaan bukan sesuatu yang harus dipamerkan dan dibangga- banggakan. Justru yang paling penting untuk dimiliki oleh seseorang adalah harga diri atau kehormatan.18 Pesan moral ini merupakan ungkapan balasan atas ejekan yang dilontarkan oleh penonton. Ini dapat dilihat dari contoh Lok-olok di bawah ini.

Bâdhân kaulâ sobung sè èkerrabâ
Bâdhân kaulâ ta’ andi’ dhunnya Tapè mon ka kahormadhân Bâdhân kaulâ andi’ sakonè’ Kaulâ ghi’ aromasa orèng Madhurȃ
Ca’ èpon orèng, èngghi
Pa’, dhunnyana èpatao ka tengnga lapangan
Mon bâdhân kaulâ bhunten, tarètan
Ta’ andi’ dhunnya.

Terjamahan
Saya tidak punya sapi untuk ikut serta dalam kerapan
Saya tidak punya harta, tapi saya masih punya sedikit harga diri
Saya masih merasa sebagai orang Madura
Katanya orang, ya
Pak, hartanya dipajang saja di tengah lapangan
Tetapi saudaraku, saya tidak begitu
Saya tidak punya harta

Pidato dalam tradisi Lok-olok banyak mengandung pesan moral kepada masyarakat Madura untuk tetap mempertahankan jati diri dan harga diri orang Madura. Setelah menyampaikan pidato lok-olok, tokang lok-olok menari (atandhâ’) beberapa saat diiringi oleh soronèn. Selama tarian itu, pemilik sapi atau anggota keluarganya menyelipkan rokok atau sejumlah uang (ngèrèm) ke dalam saku tokang lok-olok.

Lok-olok dalam Perspektif Etnometodologi

Ethno-methodology merupakan gabungan dari kata ethno (folk/rakyat), method (cara), dan ology            (ilmu   pengetahuan/studi).20 Ethno, yang meruju pada anggota sebuah kelompok sosial, method, yang mengindikasikan  proses tindakan praktis danpenalaran praktis melalui mana aktor sosial menciptakan danmenciptakan kembali tatanan sosial yang dapat dikenal, dan ology, yakni studi tentang metodeini.

Karenanya, etnometodologi   sebagai disiplin sosiologis menekankan pada metode dan prosedur yang dilakukan oleh orang-orang ketika mereka mendefinisikan dan menginterpretasikan kehidupan sehari-hari.22 Garfinkel dipandang sebagai pendiri etnometodologi pada akhir tahun 1940-an, tetapi baru menjadi sistematis setelah diterbitkan karyanya yang berjudul Studies in Ethnometodology pada tahun 1967.

Salah satu hal penting dalam etnometodologi adalah bahwa iadapat dijelaskan secara reflektif.23 Ini berarti bahwa penjelasan adalah cara aktor melakukan sesuatu seperti mendeskripsikan, mengkritik, dan mengidealisasikan situasi tertentu. Penjelasan adalah proses yang dilalui aktor dalam memberikan penjelasan untuk memahami dunia. Pakar etnometodologi menekankan perhatiannya untuk menganalisis penjelasan aktor maupun cara-cara penjelasan diberikan, diterima, atau ditolak oleh orang lain. Inilah salah satu alasan mengapa pakar etnometodologi memusatkan perhatiannya dalam menganalisis percakapan.

Konsep terpenting dari model analisis percakapan ini adalah apa yang disebut dengan adjacency pair (pasangan yang berdekatan). Konsep ini mencakup observasi jenis- jenis tindakan tertentu, seperti pertanyaan dan jawaban, pernyataan dan respon, yang secara konvensional dilakukan secara berpasangan. Dalam hal ini ungkapan yang dikemukakan oleh orang atau pihak pertama membutuhkan jawaban atau respon orang kedua atau pihak kedua. Yang terpenting dalam hal ini adalah bahwa respon orang atau pihak kedua menduduki posisi penting.

Artinya orang atau pihak kedua dibebani tanggung jawab atas kegagalan dan kesalahan respon serta berbagai kesalahan interaksi lainnya. Dalam pidato lok-olok, respon yang ditunjukkan oleh penonton, sebagai pihak kedua, atas pidato yang disampaikan oleh tokang lok-olok, sebagai pihak pertama, bisa berupa kesetujuan dan ketidaksetujuan. Kesetujuan penonton   bisa ditunjukkan dengan perilaku, seperti tepuk tangan dan ngèrèm (memberikan sejumlah uang atau rokok) dan kata-kata tertentu, seperti sorak-sorak dan ucapan setuju/cocok.

Sedangkan ketidaksetujuan penonton ditunjukkan dengan kata-kata, seperti comoohan, ejekan, dan olokan. Jika tepuk tangan dan sorak-sorai dilakukan secara bersamaan dan kolektif, maka ngèrèm, ejekan, cemoohan, dan ucapan setuju dilakukan secara terpisah dan individual.

Fokus  analisis etnometodologi bergerak dari populasi menuju scene,  tidak sebagaimana kajian etnografi yang menfokuskan pada suku bangsa atau komunitas tertentu.  Scene tersebut bisa berupa ruang sidang, yakni percakapan hakim dan terdakwa,  rumah, yakni percapakan suami dan istri,  ruang kelas, yakni ceramah guru dan respon murid,  rumah sakit, yakni komunikasi antara dokter dan pasien,  kerja ilmiah, yakni percakapan antara laboran antara asisten laboran dalam sebuah laboratorium riset,   pertemuan/rapat politik, yakni pidato politisi di depan audien,32 dan klinik, yakni percakapan antara dokter dan pasien.

Dalam pidato lok-olok, scene-nya adalah lapangan kerapan sapi. Dalam menyampaikan pidatonya, tokang lok- olok berdiri sambil memegang mikrofon di depan sejumlah pasang sapi. Sesudah menyampaikan pidatonya, di tempat yang sama ia atandâ’ (menari) diiringi musik saronèn baik secara langsung maupun melalui tape recorder atau sound system berukuran kecil.

Dalam sebuah pidato lok- olok, strukturnya diawali dengan salam pembukaan dilanjutkan secara berturut-turut dengan sapaan ramah tamah kepada pemrakarsa dan penonton, pengumuman nama sapi dan alasan pemberian nama tersebut, pujian atas sapi, dan diakhiri dengan terima kasih dan salam.  Tetapi, apabila waktu tidak memungkinkan karena banyaknya sapi yang di- kerap, pidato lok-olok biasanya hanya terdiri atas salam pembukaan, pengumuman nama sapi, dan salam penutup. Pengumuman nama sapi, misalnya, terdapat dalam ungkapan sebagai berikut:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.