Langgar Seribu Kisah, di Ujung Barat Kota Sumenep

oleh : Syarifah *)

Langgar Seribu Kisah

Selain masjid dan mushalla, di Sumenep khususnya dan Madura pada umumnya, hampir setiap rumah memiliki tempat yang bernama “langgar”atau disebut “kobhung”. Langgar atau kobhung adalah bangunan yang terbuat dari kayu berkaki empat atau lebih yang pada umumnya digunakan untuk untuk kegiatan religi dan sebagainya. Dan pada perkembangan berikutya langgar berbentuk sebuah bangunan dari tembok. Namun menurut penulis, bangunan yang terbuat dari tembok adalah mushalla, sedangkan langgar atau kobung adalah ruang yang terbuat dari kayu dan bhidhik (anyaman bambu).

Dulu, semasa kecil penulis, menjelang maghrib, sepulang dari sekolah madrasah atau di niyah di tahun 1980-an, penulis mengaji dengan teman-teman di langgar. waktu itu, belum ada penerangan listrik, yang ada adalah dhamar talpek, oncor atau strong king. Seorang kyai duduk dikelilingi santri kecil sambil menunggu giliran mengaji dan di tengah diletakkan dhamar strong king. Sunyi senyap dan santri khusyuk dengan bacaan al-Qur’an, a fatha a, ba fatha ba, ta’ fatha ta di baca abata. Santri yang datang awal, dialah yang mengaji duluan. Dari sebelah kanan sang kyai lalu sebelah kiri kyai,  kyai menoleh ke kanan dan ke kiri bergantian, dengan memakai bambu kecil sebagai petunjuk atau dhu’dhuddhu’. Santri dengan sopan dan sabar menunggu giliran. tak ada yang lari-larian sampai pengajian selesai.

Setelah santri selesai mengaji, sang kyai bercerita, entah itu cerita tentang para Nabi, malaikat atau tokoh/ulama bahkan para pejuang kemerdekaan. Santri mengitari sang kyai dengan seksama tanpa suara. Sesekali bulu kuduk merinding dan terkadang meneteskan air mata bila kisahnya mengharukan. Yang membuat santri takut adalah cerita tentang neraka. Apalagi jika musim hujan dan angin, dhamar penerangan tertiup angin dan sinar lampu strong king mulai pudar. Tangan kyai dengan gemulai memompa dan memberi spirtus sampai dhamar strong king terang kembali. Kisahpun dimulai sampai kemandang adzan isya’ terdengar. Seorang santri adzan di sudut langgar, sementara santri yang lain menjawab. Shalat isya’ dilaksanakan dan ditutup dengan senandung yang mengantarkan anak pulang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.