Lontar Madura

  • Home
  • Gapura
    • * Merawat Madura
    • Sejarah Madura
    • Budaya Madura
  • Lokalitas
    • Tradisi Madura
    • Sastra Madura
  • Ragam
    • Wisata Madura
    • Tokoh Madura
    • Peristiwa Madura
  • Folklore
    • Legenda Madura
    • Permainan Anak Madura
  • Info
    • Penginapan di Madura
    • Jarak Kota Jawa Timur
    • Jarak Jawa-Bali
    • Dukung Domasi
  • Arah
    • About Us
    • Privacy Policy
    • Disclaimers for Lontar Madura
    • Daftar Isi
    • Sitemap
  • Kontak
    • Forum Madura
    • Kirim Artikel
    • Komentar dan Saran Anda
  • Hantaran
    • Dengarkan, Lagu-Lagu Madura
    • Marlena
    • Mutiara yang Terserak
  • Unduhan
    • Tembhang Macapat
    • Materi Bahasa Madura
    • Madurese Folktales
  • Telusur
    • Peta Lokasi Lontar Madura
    • Penelusuran Praktis
  • Kanal
    • Madura Aktual
    • Lilik Soebari
    • Perempuan Laut
    • Babad Madura

Gilis dan Jurung

▲ Menuju 🏛 Home ► Legenda Madura ► Gilis dan Jurung

Ditayangkan: 24-02-2017 | dibaca : 3,166 views
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

[junkie-alert style=”red”] Oleh: Taufiqurrahman, S.Pd.I

Penggilasan jagung

Suara itu berasal dari tongkat kayu yang dipukulkan pada karung untuk merontokkan biji jagung di dalamnya. Biasanya pekerjaan ini dilakukan oleh ibu-ibu di malam hari karena siang harinya bekerja di sawah.  Mengapa kaum ibu yang biasa melakukannya? Saya tidak tahu jawabannya namun begitulah keadaannya. Ibu-ibu selalu mengalah, melakukan pekerjaan yang mestinya dilakukan oleh para lelaki. Secara fisik laki-laki memang lebih kuat dari perempuan, tapi merontokkan jagung, menimba air di sumur kemudian memikulnya untuk di isikan ke dalam gentong di dapur kerap dilakukan oleh Ibu-ibu. [/junkie-alert]

Tanaman jagung merupakan sumber perekonomian utama penduduk Madura selain tembakau. Tanah yang gersang cocok untuk dua tanaman ini. Maka tidak heran jika jagung menjadi makanan pokok penduduk di sini. Hanya sebagian kecil daerah sawah yang bisa ditanami padi.

Jagung mulai ditanam para petani pada awal musim penghujan. Maklum tanah di sini tadah hujan. Bercocok tanam bila musim penghujan saja. Bila setelah jagung tumbuh hujan tak kunjung datang para petani dilanda kegelisahan akan matinya tanaman mereka. Bersyukur hujan selalu cukup untuk menyiram jagung hingga menguning dan siap dipanen.

Jagung yang telah dipanen dikeringkan dengan kelobotnya di halaman rumah yang luas. Setelah benar-bernar kering kemudian disimpan di dalam jurung2. Inilah kebiasaan masyarakat Madura yang berbeda dengan masyarakat Jawa. Hasil panen jagung atau padi tidak kemudian dijual melainkan disimpan untuk dimakan selama setahun. Diambil sedikit demi sedikit sesuai dengan kebutuhan sehingga mereka tidak terlalu khawatir gejolak harga beras karena mereka menyimpannya.

Biji jagung Madura lebih kecil bila dibandingkan dengan jagung varietas lainnya. Warnanya merahnya lebih tua. Bagian putihnya yang menjadi tepung lebih sedikit sehingga lebih tahan kutu

Pages: 1 2

Dibawah layak dibaca

Tinggalkan Komentar Anda

Click here to cancel reply.

Kembali ke Atas

  •  

RSS_lontarmadura.com  

kosong
Lontar Madura
Madura Aktual
Lilik Soebari
Babad Madura Line
  • ▶ ᴅᴇɴɢᴀʀᴋᴀɴ

    https://www.maduraexpose.com/wp-content/uploads/2010/lm/lagu_madura.mp3
  • ᴘᴏsᴛɪɴɢ ᴘɪʟɪʜᴀɴ

    • Dirk van Duyne, Pengusaha Kesohor di Madura pada Masa Kolonial
      📚 Sejarah Madura
    • Masa Pemerintahan Panembahan Sumolo
      📚 Sejarah Madura
    • denan_kraton_sambilanganKraton Sembilangan yang Tersisa
      📚 Sejarah Madura
    • Sultan Abdurrahman Sahabat Stamford Raffles
      📚 Tokoh Madura
    • Keunikan Bahasa Madura Sebagai Identitas Daerah
      📚 Sastra Madura

ALBUM LAGU MADURA

 
http://bahasa.madura.web.id/utama.php

Beralih Versi Mobile


© All Rights Reserved. Lontar Madura
Tim Pengelola | Privacy Policy | Disclaimers

Close