
Itulah salah satu kisah yang unik di langgar. Namun selain untuk kegiatan religi, langgar juga memiliki fungsi lain diantaranya:
- Untuk tempat beristirahat. sejauh pengetahuan penulis, tentang seorang kakek, bila sang kakek dari sawah, ia tidak langsung masuk rumah, namun bersandar di langgar dengan meminum secangkir kopi yang telah disediakan si nenek. bila kantuk tiba, sang kakek tertidur lelap bersama semilir angin yang membelainya tanpa sehelai baju. hanya sarung yang menutupi badannya.
- Ruang tamu. bila mana tuan rumah kedatangan tamu, ia mempersilahkan tamu di langgar atau kobhung. sehingga tamu bisa lebih santai dan nyaman. Sesekali bila tamu dari jauh, iapun beristirahat sambil menungu hidangan ari tuan rumah. Dulu, waktu kecilnya penulis, bila ada tamu, tuan rumah menyembelih ayam kampung. dengan proses yang begitu lama, hingga si tamu tertidur. Bila bangun, ia mandi, shalat lalu hidangan telah siap.
- Secara sosial adalah tempat berkumpulnya keluarga dan tetangga. Pada event-event tertentu, seperti kompolan, langgar difungsikan sebagai tempat berkumpul atau pertemuan. Dengan secangkir kopi disertai kocor dan gedhang guring, mereka dengan asyik mengobrol. Sesekali terdengar canda tawa dan senda gurau yang menambah indah dan nikmatnya suasana. Keakraban dan persaudaraan terasa begitu kental.
- Secara ekonomis adalah tempat menyimpan tembakau atau jagung bila panen tiba. Selain hal tersebut di atas, langgar juga digunakan untuk menyimpan tembakau. Pada musim tembakau, bila panen tiba, langgar dijadikan tempat pematangan tembakau hingga berwarna kuning. Setelah itu, tembakau di sek-sek, dijemur. Saat tembau kering, tembakau di bungkus dengan tikar lalu di simpan di langgar. Hal ini agar memudahkan pembeli untuk mencari tembakau di pelosok-pelosok desa. Pembeli dengan mudah menemukan tembakau yang dicari di langgar tersebut. Begitu pula bila musim jagung tiba, jagung disimpan di langit-langit langgar. Sedangkan di bawah langgar, tempat istirahatnya ayam piaraan. bila malam tiba, ayam tidur di bawah langgar dan sekaligus tempat menyimpan kayu.
Begitulah sekilas pandang dan kenangan penulis dengan langgar. Langgar dengan sejuta kisah di masa lalu, namun sekarang langgar mulai jarang ditemukan. Dengan meningkatnya ekonomi masyarakat, langgar kayu menjadi langgar bertembok yang penulis menyebutnya mushalla.
pragaan, 24 Februari 2017
*) penulis adalah peserta Workshop Penulisan Rumah Literasi Sumenep, bagi guru SD/MI – TK/RA se Kabupaten Sumenep (18-19 Peb. 2017) dari PAUD Edelweiss Pragaan Sumenep