Lontar Madura

  • Home
  • Gapura
    • * Merawat Madura
    • Sejarah Madura
    • Budaya Madura
  • Lokalitas
    • Tradisi Madura
    • Sastra Madura
  • Ragam
    • Wisata Madura
    • Tokoh Madura
    • Peristiwa Madura
  • Folklore
    • Legenda Madura
    • Permainan Anak Madura
  • Info
    • Penginapan di Madura
    • Jarak Kota Jawa Timur
    • Jarak Jawa-Bali
    • Dukung Domasi
  • Arah
    • About Us
    • Privacy Policy
    • Disclaimers for Lontar Madura
    • Daftar Isi
    • Sitemap
  • Kontak
    • Forum Madura
    • Kirim Artikel
    • Komentar dan Saran Anda
  • Hantaran
    • Dengarkan, Lagu-Lagu Madura
    • Marlena
    • Mutiara yang Terserak
  • Unduhan
    • Tembhang Macapat
    • Materi Bahasa Madura
    • Madurese Folktales
  • Telusur
    • Peta Lokasi Lontar Madura
    • Penelusuran Praktis
  • Kanal
    • Madura Aktual
    • Lilik Soebari
    • Perempuan Laut
    • Babad Madura

Kebudayaan Madura, Tak Ramah Perempuan?

▲ Menuju 🏛 Home ► Budaya Madura ► Kebudayaan Madura, Tak Ramah Perempuan?

Ditayangkan: 28-02-2017 | dibaca : 3,458 views
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (1 votes, average: 5.00 out of 5)
Loading...

Dardiri Zubairi

Persoalan perempuan di Madura sampai sekarang masih krusial. Meski di luar Madura gerakan yang menuntut perlakuan lebih adil terhadap perempuan sudah cukup lama, tapi di Madura persoalan perempuan masih belum “digelisahkan”. Kalaupun ada gerakan itu belum menjadi mainstream. Bahkan banyak organisasi perempuan justru menjadi bagian dari yang di(meng)gelisahkan itu.

Melihat perlakuan yang tidak adil terhadap perempuan kita tidak perlu bertanya seberapa besar peran perempuan Madura di ruang public (public sphere). Kita mulai dari yang lebih “praktis”, misalnya, sudahkah perempuan (usia sekolah) memperoleh hak pendidikannya?

Dalam penelitian pengamat pendidikan nasional, Darmaningtyas, (tidak dipublikasikan, 2002), Angka Partisipasi Murni (APM) untuk pendidikan dasar (terutama SLTP) di Madura sangat rendah. Di Sampang, misalnya, APM untuk tingkat SD rata-rata di atas 90%, tapi untuk tingkat SLTP rata-rata masih di bawah 50%. Di Kabupaten Sumenep APM untuk SLTP mencapai 68,87%. Di banding kabupaten lain Sumenep APMnya memang tertinggi.

Pertanyaannya, dalam angka-angka di atas, seberapa besar APM perempuan? Bisa dipastikan bahwa APM perempuan lebih rendah daripada laki-laki. Sayangnya kita memang tidak memiliki data yang akurat. Tetapi kesaksian kita—terutama di pedesaan—akan banyaknya perempuan yang putus sekolah atau tidak bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, sudah cukup dijadikan bukti. Salah satu sebabnya karena banyak perempuan dipaksa kawin dalam usia yang masih sangat muda. Masalah ini bukan persoalan sederhana tetapi sebenarnya menjadi masalah kebudayaan.

Menarik membaca hasil penelitian Darmaningtyas tentang harapan orang tua di Madura terhadap anak-anaknya berdasarkan jenis kelamin. Harapan terhadap perempuan, meski ia disekolahkan, tetap bersifat domistifikasi peran, sementara harapan terhadap laki-laki lebih didorong ke peran-peran public atau peran di luar rumah. Selengkapnya bisa dilihat dalam table berikut di bawah ini.

Pages: 1 2

Dibawah layak dibaca

Tinggalkan Komentar Anda

Click here to cancel reply.

Kembali ke Atas

  •  

RSS_lontarmadura.com  

kosong
Lontar Madura
Madura Aktual
Lilik Soebari
Babad Madura Line
  • ▶ ᴅᴇɴɢᴀʀᴋᴀɴ

    https://www.maduraexpose.com/wp-content/uploads/2010/lm/lagu_madura.mp3
  • ᴘᴏsᴛɪɴɢ ᴘɪʟɪʜᴀɴ

    • Islamisasi Bangsawan Madura
      📚 Sejarah Madura
    • Madura Melawan Penindasan dan Penjajahan
      📚 Sejarah Madura
    • Aroma Du’remmek dan Kembhâng Campor Bhâbur
      📚 Budaya Madura
    • Takat Lanjang, Kampung Terapung di Perairan Sapeken
      📚 Peristiwa Madura
    • Gema Kyai Semantri Prajan Melawan Kafir Belanda.
      📚 Sejarah Madura

ALBUM LAGU MADURA

 
http://bahasa.madura.web.id/utama.php

Beralih Versi Mobile


© All Rights Reserved. Lontar Madura
Tim Pengelola | Privacy Policy | Disclaimers

Close