Bahasa Madura Terancam Punah?

Catatan Dari Kongres I Bahasa Madura

kongres-bahasa-madura
Syaf Anton Wr, saat menyampaikan pemikirannya

Adanya keharusan menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam dunia pendidikan, yang pada akhirnya menyebabkan adanya kecenderungan kalangan generasi muda Madura meninggalkan bahasanya sendiri, tentu saja akan berdampak terhadap punahnya Bahasa Madura. [/junkie-alert]

Kekhawatiran semacam ini menyebabkan sebagian tokoh, para akademisi, seniman dan budayawan di Madura mendirikan lembaga-lembaga pembinaan khusus Bahasa Madura. Salah satunya seperti yayasan Pakem Maddhu, hingga akhirnya menggelar Kongres Bahasa Madura sebagai upaya untuk melestarikan Bahasa dan Sastra Madura.

Menurut Wakil Bupati Pamekasan Drs. Kadarisman Sastrodiwirdjo, Kongres I Bahasa Madura di Pamekasan itu sebenarnya merupakan tindak lanjut dari Kongres Kebudayaan Madura yang digelar di Kabupaten Sumenep pada tanggal 9-11 Maret 2007.

“Salah satu rekomendasinya waktu itu agar digelar Kongres Bahasa Madura. Sebab hasil kajian teman-teman peserta Kongres waktu itu Bahasa Madura sudah jarang digunakan dan orang Madura sendiri banyak yang tidak bisa berbahasa dengan baik dan benar,” katanya.

Ketua Dewan Kesenian Pamekasan (DKP), Syafiudin Miftah menyatakan, ancaman akan kepunahan Bahasa Madura, sama halnya dengan ancaman terhadap kepunahan budaya dan tradisi yang ada di Madura. Sebab bahasa menunjukkan identitas, suatu daerah dalam konteks ke-Indonesia-an.

Kusnadi,M.A, salah satu nara sumber di Kongres I Bahasa Madura dari Universitas Jember (Unej) menyatakan, orang Madura, menyebar di berbagai provinsi yang ada di Indonesia.

Sebagian besar mereka berdomisili di Jawa Timur 6.281.058 jiwa (92,72%), Kalimantan Barat 203.612 jiwa (3,01%), Kalimantan Tengah 62.228 jiwa (0,92%), Jakarta 47.005 jiwa (0,69%), Kalimantan Selatan 36,334 jiwa (0,54%), Kalimantan Timur 30.181 jiwa (0,45%), Bali 18.593 jiwa (0,27%), Jawa Barat 17.914 jiwa (0,26%) dan yang terakhir adalah Jawa Tengah 14.166 (0,21%).

Menurut Kusnadi, hubungan masyarakat Madura dengan etnik Jawa di Jawa Timur, mampu memainkan peran penting bahkan bisa mewarnai keragaman budaya dan memberikan sumbangan positif terhadap dinamika sosial yang ada di sana. Pertemuan dan interaksi kebudayaan Jawa dan Madura dalam waktu lama, telah melahirkan asimilasi dan integrasi budaya yang biasa dikenal dengan sebutan “pendhalungan”.

“Salah satu unsur kebudayaan tersebut misalnya dapat kita lihat pada karakteristik bahasanya. Seperti Bahasa Jawa, tapi dialeknya Jember,” terang staf pengajar Fakultas Sastra Unej itu.

Praktisi Media di Madura Abrari menyatakan, memang di satu sisi keberadaan warga Madura di berbagai Provinsi di Indonesia mampu melakukan ekspansi dalam hal interaksi sosial budaya. Tapi di sisi lain, kebanyakan warga Madura yang ada di rantau seringkali larut dengan kondisi kebahasaan yang ada di tempat rantaunya.

“Kecendrungannya sangat berbeda dengan etnik Jawa. Kalau orang Jawa merantau ke Madura, masih mau menggunakan bahasa daerahnya sebagai pengantar komunikasi sehari-hari. Etnik Madura justru sebaliknya,” katanya.

Lebih lanjut wartawan senior itu menjelaskan, meski jumlah penduduk yang tinggal di Madura tergolong banyak, yakni sekitar 3 juta lebih tapi hingga kini belum memiliki perguruan tinggi ternama. Hal ini berbeda jauh dengan Brunei Darussalam yang hanya memiliki 200 ribu jiwa, tapi sudah berdiri perguruan tinggi berkualitas.

Ancaman akan kepunahan Bahasan Madura inilah yang menjadi salah satu rekomendasi Kongres I Bahasa Madura, di samping penyempurnaan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dan upaya memasukkan pelajaran Bahasa Madura dalam kurikulum pendidikan formal, mulai dari tingkat SD hingga Perguruan Tinggi.

Tulisan serumpun:

  1. Kongres Bahasa Madura, Catatan yang Tersisa
  2. Malu Berbahasa Madura
  3. Bahasa Madura Terancam Punah?
  4. Rekomendasi Kongres I Bahasa Madura

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.