Rekomendasi Kongres I Bahasa Madura

Catatan Dari Kongres I Bahasa Madura

[junkie-alert style=”green”]

kongres-bahasa-madura
Penyerahan rekomendasi Kongres I Bahasa Madura

Kongres I Bahasa Madura yang digelar selama empat hari dengan mendatangkan 29 nara sumber dari berbagai kalangan, seperti akademisi, budayawan dan seniman bahkan pemerhati dari luar negeri itu merumuskan 19 poin rekomendasi yang terbagi dalam tiga kebijakan, yaitu pengkajian, pengembangan dan pembinaan. [/junkie-alert]

Dalam bidang pengkajian, kongres merekomendasikan dua hal. Yakni meminta pemerintah kabupaten/Kota memfasilitasi pengkajian, penerjemahan dan penerbitan berbahasa Madura, terutama yang berkaitan dengan pengembangan dan pelestarian karya sastra tradisional dan keagamaan.

Penyair kenamaan asal Sumenep Madura Syaf Anton Wr, menyatakan, kesusastraan Madura akhir-akhir ini sudah jauh tertinggal dibanding perkembangan sastra modern. Meskipun demikian, belum ada soluasi alternatif bagaimana mengupayakan agar sastra Madura menjadi lebih maju, minimal seimbang dengan perkembangan sastra modern.

“Semoga dengan adanya peran aktif pemerintah, sastra Madura akan kembali menemukan masa kejayaannya,” katanya.

Rekomendasi kedua dalam kebijakan pengkajian adalah mengamanatkan kepada pemerintah untuk melakukan penelitian tentang laras-laras (register) yang diperlukan masyarakat Madura dalam kaitannya dengan pemekaran kosa kata Bahasa Madura.

Dalam poin pengembangan, kongres merekomendasikan empat hal. Pertama, perlunya dibuat pedoman dan pembentukan istilah Bahasa Madura yang memungkinkan kosakata Bahasa Madura berkembang sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan, sastra dan budaya. Kedua, mengamanatkan kepada Balai Bahasa Surabaya (BBS) agar mengesahkan Ejaan Bahasa Madura Yang Disempurnakan sesuai dengan prosedur kaidah bahasa baku.

Selanjutnya mengupayakan adanya komputerisasi carakan Madura. Dan yang keempat, mengamanatkan BBS agar merevisi tata bahasa dan kamus Bahasa Madura yang ada selama ini.

Selanjutnya di pengembagan remokendasi Kongres I Bahasa Madura yang diikuti 250 peserta tetap itu mengamanatkan sebanyak 13 poin rekomendasi. Masing-masing, pemberian anugerah kepada perorangan atau lembaga yang memajukan bahasa dan sastra Madura, meningkatkan frekuensi penyelenggaraan kegiatan dan lomba kebahasaan, serta kesastraan Madura, serta yang ketiga, perlunya membentuk lembaga konsultasi kebahasaan dan kesastraan di tiap kabupaten/kota.

[junkie-alert style=”yellow”] Kongres juga mengamanatkan membuka program studi Bahasa Madura sebagai pilot project di sebuah perguruan tinggi di Madura dan perlunya ada peraturan daerah (Perda) yang mengatur tentang pembinaan, pengembangan bahasa dan sastra Madura, serta memfasilitasi adanya buku ajar Bahasa Madura yang kontekstual sesuai dengan pembakuan Badan Standarisasi Nasional Pendidikan (BSNP). [/junkie-alert]

Masih dalam bidang pembinaan, rekomendasi point ketujuh adalah perlunya pembentukan Dewan Bahasa Madura (DBM) yang sekaligus berfungsi sebagai tim Pokja Kongres. Mempertegas ciri ke-Madura-an di tempat-tempat umum yang perlu dimotori oleh pemerintah daerah, serta meminta pemerintah daerah mengusulkan kepada pemerintah pusat agar membuka formasi tenaga kependidikan Bahasa Madura.

Berikutnya poin ke-10 dalam bidang pembinaan, peserta kongres juga mengamanatkan agar Kongres Bahasa Madura digelar setiap lima tahun sekali secara periodik. Mewajibkan Bahasa Madura diajarkan mulai jenjang pendidikan dasar (SD) sampai menengah yang mayoritas penduduknya berbahasa Madura. Rekomendasi lainnya adalah memperbanyak frekuensi penyajian Bahasa Madura melalui media massa, baik cetak maupun elektronik.

Yang terakhir rekomendasi Kongres pada point pembinaan dari 19 point rekomendasi itu adalah mengamanatkan agar pemerintah kabupaten/kota memfasilitasi sarana dan prasarana paguyuban/sanggar kebahasaan dan kesastraan Madura.

Dian Palupi dari Pusat Bahasa Surabaya menyatakan, media lokal Madura yang menyajikan penyiaran dengan menggunakan bahasa Madura sangat sedikit.

“Salah satu media elektronik yang masih peduli pada Bahasa Madura dari sekian media yang ada di Madura baru Radio Republik Indonesia (RRI) Sumenep, Karimata FM Pamekasan dan JTV,” katanya.

Tapi ia berharap dengan gelar Kongres I Bahasa Madura itu, Bahasa Madura nantinya akan kembali menjadi tuan rumah di daerahnya sendiri.

[junkie-alert style=”red”] Selain rekomendasi yang disepakati, peserta kongres juga mengimbau agar Pemkab Sampang nantinya bisa menyelenggarakan Kongres Kebaharian Madura sebagai sarana pengembangan sumber daya dan budaya untuk kesejahteraan masyarakat Madura. [/junkie-alert]

Menurut sekretaris panitia Kongres Halifaturrahman, rekomendasi tambahan ini disampaikan karena peserta Kongres memandang pulau Madura memiliki potensi wisata bahari, tapi selama ini belum bisa dikembangkan secara optimal. (*)

Tulisan serumpun:

  1. Kongres Bahasa Madura, Catatan yang Tersisa
  2. Malu Berbahasa Madura
  3. Bahasa Madura Terancam Punah?
  4. Rekomendasi Kongres I Bahasa Madura

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.