Persebaran Agama Islam di Madura

Masjid Agung Sumenep

Jalur Para Sunan atau Wali Serta Pengaruhnya Terhadap Orang Orang Cina

Persebaran agama Islam  di Madura tersebut tidak hanya melalui dari jalur perdagangan saja, tetapi juga dari peranan para wali yaitu dari Sunan Ampel dan Sunan Giri yang mengutus murid muridnya ke madura. Bahkan Islam  datang ke Madura ini merupakan hasil penyebaran dan pengajaran oleh sunan Giri, serta pedagang pedagang Islam  dari Gujarat yang berlabuh di pelabuhan Kalianget. Untuk sunan Ampel, ternyata dakwahnya sudah berpengaruh luas hingga ke pelosok Madura.

Memang, bukti bukti adanya dakwah sunan Ampel di Madura sedikit, akan tetapi menurut cerita ada suatu cerita yaitu kisah Aria Lembu Peteng yang merupakan putra dari Prabu Kertabumi, Raja Majapahit Brawijaya ke V, yang dikirim ke Sampang untuk menjadi Kamituo. Karena Aria tersebut tidak mau, tetapi ia harus menjalankan perintahnya dari ayahnya.

Maka,  ia pun berangkat ke Ampel Delta secara terpaksa untuk belajar Islam  dan menjadi Muslim kepada Sunan Ampel dan akhirnya meninggal di Ampel. Akan tetapi, sayangnya tidak kembali lagi ke Sampang untuk menyiarkan Islam  di sana. Sehingga keturunannya juga masih menganut agama dahulunya yaitu Hindu. Baru, ketika  pada masa cucu-cucunya mendengar kabar Islam  di kalangan masayrakat maka sudah banyak yang berpindah ke agama Islam .

Masih tentang dakwahnya sunan Ampel, ternyata di Sumenep bagian utara, tepatnya di Kecamatan Pasongsongan, terdapat cerita yang menarik yaitu adanya sebuah perkampungan yang di tempat tinggali oleh orang-orang Cina Muslim. Serta di sana juga terdapat murid Sunan Ampel yang lain yang bernama Kyai Ali Akbar yang dikirim untuk menyebarkan dakwah Islam  ke sesepuh Cina itu menambah ilmu keIslam annya. Bersama ulama ini Islam  disebarkan di daerah Pesisir utara Madura.

Menurut penelitian para ahli, proses migrasi etnis Cina ke Sumeneo diperkirakan pada abad ke 14. Hal ini dimulai ada keturunan Biangseng yang merupakan bangsawan dari Cina, dan kemudian diambil menantu oleh kerajaan Sumenep yang pada saat itu di pimpin oleh Aria Wiararaja.

Mereka menganggap dirinya sebagai keturunan Cina yang masih termasuk santri Sunan Ampel di Ampel Surabaya. Dahulu, mereka mendiami Madura sejak maraknya penyebaran dakwah di jawa melalui tangan-tangan para sunan, utamanya Sunan Ampel di Surabaya. Bisa dikatakan, Sumenep sebagai lokasi paling timur Madura yang lebih awal mengalami kemajuan peradaban yang ternyata mempunyai jejak-jejak historis masyarakat Cina yang sudah beragama Islam .

Asal mula mereka sampai ke tanah Madura ini ialah adanya interaksi orang-orang Cina dengan Madura bagian timur. Diperkirakan sejak tentara Mongol dikalahkan Majapahit pada abad ke 13 dimana Aria Wiraraja mempunyai hak  dalam strategi perang Majapahit ketika itu. Dahulu, orang-orang Cina, yang merupakan sisa-sisa prajurit Tartar tersebut terperangkap dalam siasat yang dilakukan oleh Aria Wiraraja sehingga mereka tidak bisa kembali lagi ke negara asalnya. Orang-orang Cina ini semakin banyak di Madura utamanya di Sumenep.

Yang lebih menarik, kebanyakan orang orang Cina tersebut beragama Konghucu.  Dengan menganut agama tersebut, hal ini lah yang membuat orang orang madura membenci orang orang cina. Bisa dikatakan kalau orang orang di Madura tersebut sangat menjaga agama yang dianutnya yaitu agama Islam . jadi hal inilah yang menyebabkan orang orang Cina lebih memilih bertahan di perkotaan karena lebih aman dan mudah sekali dalam melakukan aktivitas.

Memang hampir di seluruh perkotaan Madura, orang orang Cina menguasai ekonomi dan pasar strategis yang berpusat di kota. Akan tetapi banyak juga orang orang Cina yang sudah beragama Islam , tujuannya agar mereka bisa berkomunikasi dengan orang orang madura lainnya.

Menurut Ali Al Humaidi, sebagaian orang orang Cina di wilayah Madura ini sudah muslim dari nenek moyang mereka. Diceritakan bahwa, nenek moyang mereka masih bermarga King, sehingga nama depan mereka memakai huruf “K”. Misalnya Kingpangkeng yang merupakan santri dari Sunan Ampel dan berasal dari Cina. Dahulunya ia diambil menantu oleh kerajaan Sriwijaya yang kemudian mempunyai dua orang putri yaitu Teisi dan Caul.

Selain melalui jalur perdagangan, jalur para santri atau para wali, dan bahkan melalui jalur kerajaan, saluran Islamisasi di Madura juga melalui jalur santri, pondok pesantren, pengaruh penguasa setempat dan dengan jalan perkawinan baik perkawinan dengan penguasa lokal, atau dengan perkawinan dengan keluarga pemuka agama.

Judul bersambung:

 

  • Penyebaran Islam di Sumenep dan Perkembangannya, baca
  • Persebaran Agama Islam  di Madura, baca
  • Masa Kekuasaan Panembahan Mandaraga, baca
  • Pangeran Katandur, Tokoh Penyebar Islam di Sumenep, baca

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.