Lontar Madura

  • Home
  • Gapura
    • * Merawat Madura
    • Sejarah Madura
    • Budaya Madura
  • Lokalitas
    • Tradisi Madura
    • Sastra Madura
  • Ragam
    • Wisata Madura
    • Tokoh Madura
    • Peristiwa Madura
  • Folklore
    • Legenda Madura
    • Permainan Anak Madura
  • Info
    • Penginapan di Madura
    • Jarak Kota Jawa Timur
    • Jarak Jawa-Bali
    • Dukung Domasi
  • Arah
    • About Us
    • Privacy Policy
    • Disclaimers for Lontar Madura
    • Daftar Isi
    • Sitemap
  • Kontak
    • Forum Madura
    • Kirim Artikel
    • Komentar dan Saran Anda
  • Hantaran
    • Dengarkan, Lagu-Lagu Madura
    • Marlena
    • Mutiara yang Terserak
  • Unduhan
    • Tembhang Macapat
    • Materi Bahasa Madura
    • Madurese Folktales
  • Telusur
    • Peta Lokasi Lontar Madura
    • Penelusuran Praktis
  • Kanal
    • Madura Aktual
    • Lilik Soebari
    • Perempuan Laut
    • Babad Madura

Rokat Tase’ Bentuk Syukur kepada Tuhan

▲ Menuju 🏛 Home ► Peristiwa Madura ► Rokat Tase’ Bentuk Syukur kepada Tuhan

Ditayangkan: 23-11-2018 | dibaca : 2,775 views
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Rokat tase’ atau petik laut dilaksanakan setiap tahun. Tradisi ini kerap dihubungkan dengan hal-hal mistis. Bahkan ada anggapan menyalahi norma agama. Bagaimana pandangan budayawan tentang rokat tase’?

Sejak Kamis pagi (22/11) puluhan warga sudah berada di sekitar Pelabuhan Aeng Panas, Desa Aeng Panas, Kecamatan Pragaan, Sumenep. Sebagian dari mereka adalah pedagang yang menjajakan berbagai makanan, juga mainan anak. Lalu sebagian lagi pengunjung, mereka warga sekitar.

Kedatangan puluhan warga ini untuk menghadiri dan mengikuti prosesi rokat tase’ atau yang biasa disebut petik laut. Tua-muda dan laki-laki-perempuan terlihat antusias. Saat itu jam di tangan masih menunjuk angka tujuh.

Suasana di lokasi sudah ramai. Padahal acara baru akan dimulai pukul 09.00. Acara petik laut memang menjadi kegiatan yang digemari masyarakat. Bukan hanya masyarakat pesisir Sumenep, tapi juga masyarakat perkotaan.

Matahari semakin tinggi, jumlah warga yang berada di lokasi semakin banyak. Satu per satu peserta penampil kesenian datang. Dengan dandanan dan peralatan, mereka siap menampilkan pertunjukan seni tradisional di lokasi itu.

Pukul 09.00, suasana semakin riuh. Pengunjung memadati lokasi, bahkan sampai luber ke jalan raya. Hal itu menyebabkan kemacetan. Maklum, posisi pelabuhan yang berada tepat di pinggir jalan Sumenep–Pamekasan membuat kendaraan terpaksa mengalah pada warga yang berseliweran di jalan nasional tersebut.

Kegiatan pun dimulai. Orang-orang penting mulai menaiki panggung. Semua sudah bersiap. Kegiatan dimulai dengan penampilan tari tradisional. Salah satunya tari muwang sangkal. Lalu ada arak-arakan penunggang kuda. Ada juga pertunjukan musik tongtong. Suasana benar-benar meriah.

Tiba di acara puncak, seluruh pengunjung yang sebelumnya berada di sisi barat jalan pindah ke pelabuhan yang berada di timur jalan. Mereka mengikuti rombongan yang membawa sesaji ke pelabuhan.

Diiringi tari-tarian dan gamelan, pengunjung berjalan beriringan. Panas matahari yang saat itu cukup terik seperti tidak terasa. Semua orang berbahagia.

Sesaji yang sebelumnya sudah disiapkan dinaikan ke kapal milik nelayan untuk dibawa ke tengah laut dan dilepas. Lalu, puluhan kapal lain mengikuti di belakang serta kanan-kiri kapal yang membawa sesaji itu.

Setelah cukup jauh dari daratan, sesaji dilepas di lautan. Puluhan anak-anak, remaja, bahkan orang tua berebut sesaji yang sudah dilepas itu. Mereka beradu cepat untuk mencapai sesaji.

Usai melihat prosesi tersebut, wartawan koran ini penasaran dengan tanggapan budayawan tentang prosesi rokat tase’ yang sering dilakukan masyarakat pesisir di Sumenep. Koran ini menghubungi salah satu budayawan Sumenep, yakni Syaf Anton.

Menurut dia, petik laut merupakan tradisi turun-temurun yang dilaksanakan masyarakat pesisir di Sumenep. Bukan hanya di Sumenep, menurut dia, kegiatan serupa banyak dilakukan masyarakat di seluruh Indonesia. ”Hanya namanya saja berbeda. Mungkin di daerah lain namanya lain, tapi intinya sama,” katanya.

Tidak ada unsur klenik dalam tradisi petik laut. Dia menganggap, petik laut adalah bentuk lain dari cara bersyukur masyarakat zaman dulu. Karena dilaksanakan terus-menerus, akhirnya menjadi kebudayaan.

Sejatinya, petik laut adalah bentuk rasa syukur masyarakat, khususnya nelayan, atas berkah yang diberikan Tuhan melalui laut. ”Rokat itu bentuk dari cara menyampaikan syukur kepada pencipta. Itu sedekah dalam bentuk kearifan lokal.” jelasnya.

Anton berpendapat, sebagai kebudayaan, rokat tase’ perlu dilestarikan. Sebab, kebudayaan merupakan salah satu kekayaan Kabupaten Sumenep yang berharga.

”Rokat tase’ ini bukan hanya kegiatan melarung sesaji. Sesajinya pun tidak dibuang, tapi diambil oleh warga. Isinya pun bukan kembang atau dupa, tapi barang-barang yang bermanfaat. Sebelum melarung, pasti ada kegiatan pengajian dan khataman Quran. Jadi tidak ada unsur yang menyalahi agama,” jelasnya. (mr/hud/bas/JPR)

Dibawah layak dibaca

Tinggalkan Komentar Anda

Click here to cancel reply.

Kembali ke Atas

  •  

RSS_lontarmadura.com  

kosong
Lontar Madura
Madura Aktual
Lilik Soebari
Babad Madura Line
  • ▶ ᴅᴇɴɢᴀʀᴋᴀɴ

    https://www.maduraexpose.com/wp-content/uploads/2010/lm/lagu_madura.mp3
  • ᴘᴏsᴛɪɴɢ ᴘɪʟɪʜᴀɴ

    • Keris Aeng Tongtong, Pamornya Mendunia
      📚 Peristiwa Madura
    • Cerita Orang Madura, Tentara dan Polisi
      📚 Legenda Madura
    • Tayub di Madura: dari Ritus Ekonomi ke Kekuasaan Simbolik
      📚 Tradisi Madura
    • Orang Madura Harus Kembali Menghayati Warisan Nenek Moyangnya
      📚 Budaya Madura
    • Musik Gebbluk, Musik Gertak Burung Merpati
      📚 Tradisi Madura

ALBUM LAGU MADURA

 
http://bahasa.madura.web.id/utama.php

Beralih Versi Mobile


© All Rights Reserved. Lontar Madura
Tim Pengelola | Privacy Policy | Disclaimers

Close