Rokat Bârlobârân, Permohoan pada Musim Hujan Agar Membawa Berkah

Ibu-ibu bebondong-bondong menuju Goa Kandhalia untuk ikut serta melaksanaan rokat bârlobârân (foto Siti Aisyah)

Goa Kandhalia dan pelaksanaan rokat ngorok somor (foto Siti Aisyah)

Gua Kandhalia

Gua Kandhalia terletak di dusun Karoka Desa Langsar Kecamatan Saronggi Kabupaten Sumenep. Konon goa ini diberi nama Khandalia oleh warga yang karena merupakan tempat bertemunya dan berbincang atau adhẻkadhẻ dalam menguji kesaktian antara Ju’ Marju dan Ju’ Kamoning. Khandalia berasal dari kata dha’-kandha’an’ (bercerita), makanya kemudian lubang batu itu di beri nama goa Khandalia

Sumur atau Sỏmỏr

Adapun sejarah penemuan sumur ini asal mulanya berbeda-beda yakni sebagai berikut.

  • Sỏmỏr Kari (Sumur Kari), menurut penuturan informan dibuat oleh seorang ahli pertapa yang juga merupakan bȃngatowa (sesepuh) pewaris yang bernama Ratnakarsari atau Ju’ Kari. Oleh karena itu kemudian sumur ini diberi nama Somor Kari (Yanto, wawancara, 12 Maret 2019).
  • Sỏmỏr Addhás (Sumur Addhás), ditemukan oleh Addhas (nama burung) yang sedang minum dengan menggunakan talapa’anna Addhas (paruh burung Addhas). Oleh karena itu kemudian sumur ini diberi nama somor Addhás (Yanto, wawancara, 12 Maret 2019).
  • Sỏmỏr Marsa (Sumur Marsa), menurut penuturan informan sumur ini dibuat oleh seorang ahli pertapa yang juga merupakan bengatowa (sesepuh)       pewaris          yangbern ama Ju’ Marsa. Oleh karena itu kemudian sumur ini diberi nama somor Marsa (Yanto, wawancara, 12 Maret 2019).
  • Sỏmỏr Talongtong (Sumur Talongtong), menurut penuturan informan sumur ini dibuat oleh seseorang yang bernama Ju’ Talontong. Oleh karena itu kemudian sumur ini diberi nama somor Talontong (Yanto, wawancara, 12 Maret 2019).
  • Sỏmỏr Parse (Sumur Parse), nama sumur ini diambil dari nama tanaman yang tumbuh disekitar sumur itu, yaitu tanaman parse. Oleh karena itu kemudian sumur ini diberi nama somor parse (Yanto, wawancara, 12 Maret 2019).
  • Sỏmỏr Penang (Sumur Penang), yakni sumur milik umum yang tidak akan pernah habis dan kering meskipun musim kemarau, atau yang disebut somor pasal (Sumur Umum). Sumur ini juga milik orang yang ahli tirakat (bertapa) (Yanto, wawancara, 12 Maret 2019).
  • Sỏmỏr Rendang (Sumur Rindang), ditemukan oleh burung (nama burung) yang sedang minum dengan menggunakan talapa’anna Dang-dang      (paruh            burung Elang). Oleh karena itu kemudian sumur ini diberi nama somor Rendang (Yanto, wawancara 12 Maret 2019).

Pohon Asam atau Accẻm Râjâ

Pohon Asam atau accẻm râjâ berada di pinggir jalan tepatnya arah jalan masuk ke gua yaitu di Desa Kebundadap. Pohon asam atau accẻm râjâmerupakan tempat bersinggahnya Ju’ Marju dalam menata benang untuk menguji kesaktiannya dengan kakaknya yang bernama ju’ Kamoning.

Bhuju’

Buju’ merupakan makam keramat, yaitu makam sesepuh yang dianggap tempat bersejarah. Bhuju’ bertempat di daerah desa Kebundadap yang berdekatan dengan daerah sumur.

Tȇggal

Těggal atau kebun merupakan lahan untuk menaman kacang-kacangan dan ubi-ubian. Těggal tersebut memiliki nilai sejarah yakni empat persinggahan para sesepuh dan sebagai lahan untuk bertani.

Pelaku Pelaksanaan Rokat Bârlobârân Jumlah anggota peserta ritual Cahe

sebanyak 12 orang yang seluruhnya laki-laki. Karena yang berhak menerima amanah/warisan dari nenek moyang adalah keturunan yang berjenis kelamin laki-laki. Amanah/warisan yang diberikan tidak berupa benda pusaka, tidak juga berupa materi, melainkan pangkat/gelar. Dalam ritual ini perempuan hanya menyiapkan dan membawa sesaji. Adapun struktur pada masing-masing gelar diantaranya :

Jârâgân

Tugas Jârâgân adalah memberi perintah atau memandu pelaku dalam proses rokat. Maksudnya, dalam ritual ini yang berhak untuk memberi arahan saat proses rokat dilaksanakan.

Kâpala Perang

Tugas dari kapala perang adalah sebagai pengawal masuk ke dalam goa. Maksudnya, dalam ritual ini terdiri dari beberapa bagian, pertama kegiatan sebelum masuk ke dalam mulut goa,kedua setelah itu keluar dari dalam mulut goa, ketiga dilanjutkan dengan rokat di luar gua, dan terakhir keempatmasuk lagi ke dalam gua untuk meletakkan sesaji. Jadi keluar dan masuk ke gua merupakan tugas kâpala perang untuk mengawal peserta yang lain.

Pamardhẻẻn

Tugas Pamardhẻẻn adalah pemegang dhủpa artinya saat pelaksanaan rokat yang beertugas sebagai orang yang menghidupakan dhủpa. dalam proses rokat ini selalu diawali dengan dhủpa. d. Apẻl (Masyoto)

Tugas Apẻl   adalah menyampaikan hasil dari keputusan/hal-hal yang disampaikan oleh leluhur/roh nenek moyang yang telah merasuki tubuh salah satu anggota peserta rokat. (misalnya: roh leluhur meminta sesajin tambahan berupa satu pasang perahu (katompa’an) kemudian apẻl menyampaikan permintaan itu pada masyarakat yang sedang mengikuti jalannya rokat ini dengan menawarkan.

Kalẻbun

Tugas Kalẻbun adalah menerima perintah dari seorang tampa karsa, baik itu perintah tentang jalannya prosesi rokat, bentuk           sesajin,            jenis    katompa’an-katompa’an tersebut harus dilepaskan. Semuanya itu berdasarkan Haddam (wangsit dari leluhur).

Tampa Karsa

Tampa diartikan menerima sedangkan karsa adalah petunjuk. Gelar ini juga bertugas sebagai komando untuk memulai bernyanyi acahě, selain itu untuk memastikan kapan rokat ini akan dilaksanakan menunggu bisikan gaib dari nenek moyang yang melalui tampa karsa. Jalannya prosesi ritual ini juga dibawah komando Tampa Karsa dan Kalebun Cahě

Opas Parẻnta

Tugas dari gelar ini adalah menyampaikan petunjuk. Karena petunjuk itu bisa datang pada dua orang, yaitu tampa karsa dan opas parenta. Kemudian mereka berdua berembuk untuk memastikan kapan rokat dilaksanakan. Karena petunjuk/wangsit yang datang tidak harus bersamaan waktunya

Rama Kadri Kathebel

Tugas dari rama kadri kathebel adalah meletakkan sesajin. Maksudnya rama kadri kathebel menerima perintah untuk meletakkan sesajin dibeberapa tempat yang diyakini oleh mereka bahwa tempat itu adalah kuburan nenek moyang mereka/ persemedian dengan dikawal oleh kâpala perang dan atas petunjuk dari tampa karsa.

Sỏmỏr Sẻ Pẻttỏ’

Tugas gelar sỏmỏr sẻ pẻttỏ’ adalah mengumpulkan air dari tujuh sumur, dimana tujuh sumur ini juga terdapat di sekitar Desa Kebundadap dan Tanjung. Mengumpulkan air dari tujuh sumur ini merupakan serangkaian kegiatan sebelum hari ‘H’ pelaksanaan rokat. Seluruh anggota ritual yang terdiri dari 12 orang ini secara bersama-sama melakukan ritual di tujuh sumur itu (semacam minta izin kepada ‘pemilik sumur’). Setelah mengaji dan membacakan pujian di sumur-sumur itu kemudian tugas sỏmỏr sẻ pẻttỏ untuk mengambil air di sumur.

Raden Begus Adil

Tugas dari Raden Bagus Adil adalah yang memberi petunjuk kepada tampa karsa. Konon orang yang bergelar Raden Bagus Adil ini dia adalah ahli pertapa, wujudnya tidak nampak, memang dia manusia tetapi karena dia ahli pertapa bisa menghilang (makhluk gaib).

Cèlèng Tat

Tugas dari cèlèng tat adalah yang memiliki hak untuk permohonan. Maksudnya, Cèlèng tat adalah sȇ andi’ pangraksa (yang memiliki karsa atau pentunjuk), dimana warga yang memiliki hajat/keinginan untuk menyampaikan supaya keinginannya terwujud maka melalui cèlèng tat. Cèlèng yang di dalam bahasa Indonesianya disebut babi, mungkin saja orang yang menyandar gelar ini punya sifat atau tingkah laku seperti babi, tapi pada saat rokat saja.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.