Ritual Cahe, Upacara Adat Permohonan Berkah Hujan (4)

Saat cahe berlangsung

Elfa Arizona, SPd.

Penutup Akhir Pelaksanaan Cahe

Setelah kegiatan ritual dilaksanakan, yang dimulai dari rumah ketua Cahe Pak Suno yang bergelar TK, kemudian dilanjutkan berjalan menuju gua dengan diarak, setelah sampai didalam gua (selesai membacakan ayat suci Al-Qur’an, yaitu surat At-taubah dan surat Yusuf) dilanjutkan mengambil air yang terdapat didasar gua yang memiliki 7 rasa dan bermanfaat untuk mengobati segala macam penyakit. Kemudian air tersebut diberi jampi-jampi, barulah semua peserta Cahe keluar dan dilanjutkan dengan bernyanyi dan menari lagi, dengan tujuan untuk menerima wasiat tentang kapan dilaksanakannya lagi ritual Cahe dan pesan akan jenis katompa’an (tumbal) yang diminta juga harus dilepaskan di tempat yang sesuai dengan haddamnya (wangsit/pesan leluhur).

Sebagai kegiatan penutup air 7 macam rasa yang sudah diberi jampi-jampi kemudian disiramkan disepanjang jalan, sawah dan ladang di desa tersebut, dengan tujuan air warga masyarakat di desa tersebut diberi keselamatan, seluruh tanaman yang ditanam (polowijo) berhasil, seluruh ternak tidak banyak yang mati, serta penduduk desa tersebut dijauhkan dari balak dan marabahaya apapun.

Namun pada pelaksanaan pertama yaitu pada akhir musim penghujan mereka (arwah/roh leluhur) yang mereka panggil lewat pujian tadi meminta katompa’an, maka setelah selesai acara menyiram air disepanjang jalan yang akan dilewati penduduk, jenis katompa’an tersebut diusung dan diarak dengan berjalan kaki menuju tempat yang sudah diminta sesuai dengan haddamnya (wangsit yang datangnya melalui TK).

Pelaksanaan pada musim tanam, karena tidak ada katompa’an yang akan diarak melintasi jalan perkampungan menuju pantai, maka setelah seluruh rangkaian acara di dalam gua (salam pamokka’, meletakkan sesajin yang berupa kelapa gading/kelapa kuning yang sudah diberi hiasan bunga/rangkaian bunga melati, mawar dan du’remmek) lalu TK memerintahkan seluruh peserta Ch meletakkan kelapa tadi pada tujuh tempat didasar goa.

Setelah peletakkan kelapa selesai, seluruh peserta keluar. Mereka menunggu perintah selanjutnya dari TK, yaitu memberikan kelapa gading pada tiap-tiap peserta ritual yang terdiri dari dua belas orang kecuali TK. Setelah semua peserta menerima kelapa, lantas mereka melanjutkan kembali bernyanyi, tapi untuk kali ini mereka tidak membentuk lingkaran melainkan berbaris sambil berjalan mengelilingi pohon, naik pada bebatuan disekitar goa searah dengan gerakan dan mengikuti jejak TK.

Setelah itu, semua sesajin yang penduduk bawa setelah diberi bacaan lalu dikeluarkan. Sambil mengambil barang bawaan mereka, TK dan TP membacakan lantunan ayat yang didalamnya juga terdapat bahasa-bahasa yang kurang dipahami. Kemudian TK menaburkan beras kuning dari atas batu besar. Ada pula sebagian masyarakat yang berebut minum air yang diambil dari dalam goa.

Usai kegiatan ritual, maka mereka semua memakan semua makanan yang memang mereka bawa/masing-masing warga. Mereka semua berkumpul sambil makan bersama. Suasana yang demikian tidak akan pernah kita temui pada masyarakat modern, khususnya suasana dikota-kota besar dan perkotaan yang orang-orangnya cenderung bersikap individualistik dan masa bodoh.

Sejarah Singkat Tujuh Sumur

Seperti yang sudah dipaparkan diawal bab ini, bahwa prosesi pengambilan air dari tujuh sumur tidak asal ambil lalu selesai. Tapi mereka juga melakukan pemujaan sebagai bentuk penghormatan, karena segala sesuatu yang merupakan rentetan dari Ch sebelumnya diawali dengan membacakan doa, dan pujian. Apalagi air dari sumur ini nantinya juga merupakan bagian penting pelaksanaan ritual didalam gua, selain itu air dari tujuh sumur ini nantinya akan disiramkan disepanjang jalan desa yang dilalui warga masyarakat.

Adapun sejarah penemuan sumur keramat ini asal mulanya berbeda-beda, ada yang dibuat oleh ahli pertapa, ada pula yang ditemukan oleh burung jenis unggas, ada yang diambil dari nama tanaman dan sebagainya. Untuk lebih rincinya agar kita tahu asal usul nama-nama sumur keramat ini, berikut peneliti paparkan berdasarkan penuturan ahli waris/ketua adat P. Suno dan P. Ma’ahu :

1. Somor Kari (Sumur Kari)

Menurut penuturan informan sumur ini dibuat oleh seorang ahli pertapa yang juga merupakan bengatowa (sesepuh) pewaris Ch yang bernama Ju’ Kari. Oleh karena itu kemudian sumur ini diberi nama somor Kari’. Ju’ akronim dari kata Juju’ (eyang), sedangkan somor merupakan bahasa Madura, yang kalau di Indonesiakan berarti sumur.

2. Somor Addhas (sumur yang diambil dari nama burung sebangsa kepodang)

Sumur ini ditemukan oleh Addhas (nama burung) yang sedang minum dengan menggunakan talapa’anna Addhas (paruh burung Addhas). Oleh karena itu kemudian sumur ini diberi nama somor Addhas.

3. Somor Talongtong (Sumur Talongtong)

Untuk penjelasan mengenai sumur ini masih belum valid, karena dari pihak informan juga tidak begitu jelas.

4. Somor Marsa(sumur Marsa)

Menurut penuturan informan sumur ini dibuat oleh seorang ahli pertapa yang juga merupakan bengatowa (sesepuh) pewaris Ch yang bernama Ju’ Marsa. Oleh karena itu kemudian sumur ini diberi nama somor Marsa. Ju’ akronim dari kata Juju’ (eyang), sedangkan somor merupakan bahasa Madura, yang kalau di Indonesiakan berarti sumur.

5. Somor Parse (Sumur Parse)

Nama Sumur ini diambil dari nama tanaman yang tumbuh disekitar sumur itu, yaitu tanaman parse.

6. Somor Penang (Sumur Penang)

Sumur milik umum yang tidak akan pernah habis dan kering meskipun musim kemarau, atau yang disebut somor pasal (Sumur Umum). Sumur ini juga milik orang yang ahli tirakat (bertapa).

7. Somor Rendang (Sumur Rindang)

Sumur ini ditemukan oleh burung (nama burung) yang sedang minum dengan menggunakan talapa’anna Dang-dang (paruh burung Elang). Oleh karena itu kemudian sumur ini diberi nama somor Rendang. (terakhir)

******

Elfa Arizona, SPd.

“Ritual Cahe, Upacara Adat Pemohonan Berkah Hujan”, merupakan hasil penelitian Elfa Arizona, mahasiswi STKIP-PGRI Sumenep yang ditulis sebagai bahan skripsinya dengan judul “Sejarah Singkat Upacara Ritual Cahe” di Desa Kebundadap, Kecamatan Saronggi, Kabupaten Sumenep, Madura. Demikian pula foto-foto yang ditampilkan tidak selalu berhubungan langsung dengan tulisan, namun tetap foto-foto tersebut diambil dari peristiwa upacara adat Cahe

Tulisan bersambung

  1. Ritual Cahe, Upacara Adat Permohonan Berkah Hujan (1)
  2. Ritual Cahe, Upacara Adat Permohonan Berkah Hujan (2)
  3. Ritual Cahe, Upacara Adat Permohonan Berkah Hujan (3)
  4. Ritual Cahe, Upacara Adat Permohonan Berkah Hujan (4)

Diposting oleh Syaf Anton Wr, Lontar Madura

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.