Elfa Arizona, SPd.
Situasi Saat Pelaksanaan Ritual
Persiapan Sebelum Pelaksanaan Upacara Adat
Sama halnya dengan pertunjukan, sebelum dipentaskan/disajikan, ada hal-hal yang disiapkan sehingga pada hari H/pelaksanaan tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Akan tetapi pada pelaksanaan upacara adat, biasanya yang harus disiapkan adalah segala rupa sesaji, seperti: kembang/ bunga-bungaan yang bermacam (khusus untuk hal-hal mistik biasanya bunga melati, kenanga, mawar dan sebagainya), juga kuntum bunga du’remmek. Selain itu alat dan sarana, seperti; kelapa gading/kelapa kuning, pedupa, kemenyan, dan beberapa sesajin.
Bentuk sesajin pada pelaksanaan hampir sama, akan tetapi biasanya pada musim tanam (momocok) roh halus meminta katampa’an (tumbal). Jenis katampa’an itu adalah perahu, kadang hanya satu perahu kadang juga ‘sepasang perahu’. Maksudnya perahu tersebut ada dua, 1 untuk roh yang lelaki dan 1 untuk roh yang perempuan. Perahu-perahu tersebut dibuat dari kayu pohon kapuk atau bisa juga dari batang pohon tarebung (siwalan). Batang tersebut dihias sedemikian rupa, sehingga menyerupai perahu sebenarnya.
Selain itu juga terdapat beberapa rentetan kegiatan, sebelum Ch dilaksankan kesibukan warga berpusat pada salah satu rumah ketua adat, yaitu Pak Suno yang bergelar TK. Pertama, setengah bulan sebelumnya, memasak di goa Kandhalia. Dengan membawa segala macam perlengkapan alat memasak. Mereka semua berkumpul, khususnya para peserta ChCahe ataupun di rumah warga masyarakat. “Memasak itu merupakan nadzar yang diucapkan oleh sesepuh dahulu. Jadi dilaksanakan di goa. Sedangkan sebagai lauknya adalah hewan peliharaan, baik itu kambing, sapi, kerbau, domba, dan ayam kampung, sesuai dengan nadzar atau keinginan yang punya niat.” Jelas Pak Suno. yang berjumlah 12 orang. Kegiatan masak-memasak itu ‘harus’ dilaksanakan di goa tidak boleh dilakukan di rumah peserta
Kedua, dari ke 12 orang peserta Ch dengan masing-masing gelar yang berbeda dan tugasnya berbeda pula mengumpulkan air dari tujuh sumur, yang letaknya disekitar desa Kebun Dadap Timur. Selain untuk mengambil air, mereka juga melakukan doa bersama (12 orang peserta Ch) di lokasi perkuburan yang leteknya di dekat sumur, seperti sumur Kari (karena yang menemukan adalah Juk Kari, seorang ahli petapa), sumur Marsa yang juga ditemukan oleh ahli pertapa yang bernama Agung Marsa. Ketujuh sumur tersebut tidak pernah kering, meskipun musim kemarau.
Ketiga, setelah semua air dikumpulkan dari tujuh sumur tersebut, kegiatan selanjutnya melakukan ritual di pohon asem yang besar. Letak pohon asam itu tepat di pertigaan jalan yang menuju ke lokasi goa. Pohon asam tersebut ada dipinggir jalan desa Kebun Dadap Timur. Disepanjang jalan tidak ada pohon asam yang lebih besar dari pohon asam itu.
Setelah ketiga kegiatan yang merupakan rentetan dan bagian dari Ch. 1 minggu dari ketiga ritual tersebut, barulah pada pelaksanaan Ch.
Pembukaan Pelaksanaan Upacara Adat Cahe
Pada pelaksanaan hari yang ditunggu-tunggu oleh warga masyarakat, akhirnya sampai pada pelaksanaan Upacara Adat Ch. Ch dilaksanakan di gua kandhalia, tapi sebelum menuju ke lokasi, semua peserta yang akan mengikuti ritual ini berkumpul di salah satu rumah ketua adat yang bergelar TK yaitu Pak Maskawi/P. Suno. Mereka ber-Cahe dengan diiringi musik tradisional saronen.
Semua pesarta Ch bernyanyi/melantunkan tujuh macam pujian yang sudah dijelaskan dimuka. Saat semua peserta Ch yang berjumlah 12 orang asyik bernyanyi dan menari, salah satu peserta mulai tidak sadarkan diri. Pak Ma’ahu dengan gelar KCh tubuhnya kerasukan roh leluhur dan bagi mereka yang kesurupan dapat menceritakan keadaan musim yang akan datang. Pada saat kesurupan terjadi perdebatan antara KCh dengan TK kemudian diputuskan hasil perdebatan itu oleh TP yang kemudian hasilnya disampaikan oleh OP kepada seluruh peserta Ch. Selain itu juga dapat menjelaskan sesajin tambahan pada selamatan berikutnya.
Kegiatan Pelaksanaan Ritual Cahe
Upacara adat Ch di laksanakan di lokasi gua KANDHALIA yang terletak di ujung timur Desa Langsar Timur Kecamatan Saronggi Kabupaten Sumenep. Adapun waktu pelaksanaannya dua kali dalam satu tahun. Pelaksanaan pertama pada akhir musim kemarau yang menurut mereka disebut dengan momocok (waktu menanam jagung) dan pelaksanaan yang kedua pada akhir musim penghujan, mereka mengatakan koningnga jagung (waktu panen jagung).
Adapun maksud dan tujuan dari pelaksanaan upacara adat ini, adalah :
- Pada pelaksanaan pertama pada akhir musim kemarau, tujuannya memohon agar musim penghujan yang akan datang berjalan dengan baik, membawa berkah, dan semua tanaman polowijo akan berhasil dengan baik.
- Pada pelaksanaan kedua yaitu pada akhir musim penghujan, tujuannya adalah untuk menyampaikan rasa terima kasih/puji syukur karena musim penghujan berjalan dengan baik dan memberikan kesejahteraan pada masyarakat sekitar, khususnya masyarakat desa tersebut.
Selain itu, pada kegiatan pelaksanaan upacara adat Ch ini, selain masyarakat desa Langsar, Kebun Dadap Timur, Tanjung dan sekitar Kecamatan Saronggi, peserta upacara Ch juga ada yang datang dari berbagai desa diluar kecamatan Saronggi. Semua peserta upacara ikut serta dalam kegiatan dan mereka juga ikut membawa sesajin berupa satu porsi nasi dan lauk pauknya, satu sisir pisang, serta beberapa sesajin wajib, seperti;
- Pada pelaksanaan pertama (akhir musim kemarau) berupa satu piring Tegette, yaitu jagung sangngar (jagung digoreng tanpa minyak, tetapi memakai pasir) yang dicampur dengan gula merah/gula aren.
- Sedangkan pada pelaksanaan kedua, sesajin yang harus dibawa berupa satu piring jagung rebus.
Pada saat upacara sedang berlangsung, semua peserta upacara berkumpul di halaman gua, semua peserta yang jumlahnya 12 orang dan pesertanya terdiri dari laki-laki semua dan mereka semua telah menerima amanah/warisan dari nenek moyang dengan masing-masing gelar berbeda. Mereka berkumpul membentuk lingkaran, mereka semua membacakan pujian dengan bernyanyi dan menari. Bernyanyi dan menari dilakukan setelah ritual inti (kegiatan didalam gua) dilaksanakan, kemudian semua peserta keluar dan acara dilanjutkan dihalaman luar gua. Mereka bernyanyi dengan diiringi musik tradisional saronen.
NY/PJ dimulai setelah ada komando atau aba-aba dari JP, setelah ada komando semua peserta Ch mulai menyanyi sambil menari dengan membentuk lingkaran. Semua peserta yang berada dilingkaran dililiti selendang.
******
Tulisan bersambung
- Ritual Cahe, Upacara Adat Permohonan Berkah Hujan (1)
- Ritual Cahe, Upacara Adat Permohonan Berkah Hujan (2)
- Ritual Cahe, Upacara Adat Permohonan Berkah Hujan (3)
- Ritual Cahe, Upacara Adat Permohonan Berkah Hujan (4)